Majalah Sunday

High-functioning Anxiety: Saat Cemas Disembunyikan

Penulis: Vanessa Mariana Nggebu – Universitas Pancasila

“Nilai oke, tugas beres, tapi kenapa hati tetap gelisah, ya?”
Banyak pelajar merasa seperti ini, tapi bingung buat memahaminya. Padahal secara akademik terlihat sukses, aktif di berbagai kegiatan, dan tidak ada tanda-tanda “masalah besar.” Tapi saat sendirian, kepala terasa penuh, dada sesak, dan hati terus diliputi rasa khawatir yang sulit dijelaskan.

Kondisi ini bisa jadi tanda dari sesuatu yang dikenal sebagai high-functioning anxiety, yaitu jenis kecemasan yang jarang dibicarakan, apalagi dikenali. Padahal, semakin banyak remaja yang mengalaminya, terutama mereka yang terbiasa tampil kuat dan serba bisa.

Apa Itu High-functioning Anxiety?

High-functioning anxiety adalah kondisi di mana seseorang mengalami kecemasan yang intens, tapi tetap mampu berfungsi secara “normal” atau bahkan sangat baik dalam aktivitas sehari-hari. Mereka rajin, disiplin, punya ambisi tinggi, tapi di balik performa mereka yang mengesankan, mereka menyimpan tekanan batin yang besar.

Karena nggak ada gejala yang “mengganggu” orang lain secara langsung, banyak dari mereka nggak sadar kalau mereka sedang mengalami gangguan kecemasan. Justru karena terlihat ‘baik-baik saja’, kondisi ini lebih sulit dideteksi dan lebih sering diabaikan.

Sebuah ilusi orang dengan teks yang bertuliskan 'Mengapa aku merasa cemas?'
Capek tapi gak tahu harus cerita ke siapa. High-functioning anxiety bikin kita pandai sembunyiin luka batin.

Tanda-Tanda High-functioning Anxiety pada Pelajar

Ciri khasnya biasanya terlihat dari kesenjangan antara penampilan luar dan perasaan dalam hati. Berikut beberapa tanda yang umum ditemukan di kalangan pelajar:

  • Terlihat percaya diri, tapi sebenarnya self-critical banget.
  • Berprestasi tinggi, tapi sering merasa belum cukup baik.
  • Sulit untuk bersantai
  • Overthinking berlebihan
  • Takut mengecewakan orang lain
  • Kesulitan tidur atau istirahat
  • Enggan untuk curhat atau bercerita kepada orang lain
 

Kalau kamu merasa sering berada di posisi seperti ini, kamu nggak sendirian kok.

Seorang pelajar terlihat sedang lelah akibat high-functionnig anxiety.
Jika terus-terusan membiarkan high-functioning anxiety, maka kamu akan selalu merasa segan setiap ingin bercerita kepada orang lain.

Kenapa High-functioning Anxiety Sering Terabaikan?

Salah satu alasan utama adalah karena high-functioning anxiety tidak terlihat terkena masalah. Orang dengan kondisi ini jarang menampakkan gejala seperti menangis di depan umum atau kehilangan motivasi total. Justru mereka kelihatan seperti siswa teladan yang selalu siap, aktif, dan mementingkan hasil.

Sayangnya, karena stigma terhadap gangguan mental masih tinggi, banyak remaja memilih untuk diam. Alih-alih berbagi, mereka terus memaksakan diri hingga kelelahan mental. Bahkan saat merasa tidak tenang, mereka akan menganggapnya sebagai “hal biasa” atau bagian dari perjuangan.

Apa Dampaknya Jika Dibiarkan?

Kecemasan yang terus-menerus tanpa saluran pelepasan dapat menimbulkan berbagai dampak jangka panjang:

  • Burnout emosional dan fisik
  • Kehilangan identitas diri
  • Gangguan tidur dan kesehatan fisik
  • Meningkatnya risiko depresi atau gangguan kecemasan lainnya
  • Masalah dalam hubungan sosial

     

Tanpa penanganan yang serius, seseorang bisa merasa terjebak dalam siklus pencapaian tanpa kebahagiaan. Semakin tinggi mereka terlihat baik-baik saja, semakin dalam mereka menyimpan ketakutan dan rasa lelah yang tidak terlihat.

Cara Menghadapi High-functioning Anxiety

Mengelola high-functioning anxiety bukan berarti menghilangkan ambisi atau menghentikan kegiatan produktif kamu. Justru ini tentang menemukan keseimbangan antara pencapaian dan apresiasi diri sendiri. Berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:

  • Sadari dan Akui Emosi: Langkah pertama adalah menyadari bahwa kecemasanmu valid. Nggak semua orang yang terlihat kuat benar-benar baik-baik saja. Kamu berhak merasa cemas, kok.
  • Hentikan Perbandingan Diri Kamu: Setiap orang punya jalannya masing-masing. Bandingkan dirimu dengan dirimu yang kemarin, bukan dengan orang lain di media sosial.

  • Kurangi Ekspektasi yang Terlalu Tinggi: Latih dirimu untuk berkata, “Cukup baik itu sudah cukup.” Belajar menerima hasil yang realistis adalah ungkapan syukur kepada diri sendiri.

  • Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri: Jangan menunggu burnout untuk istirahat. Luangkan waktu buat hal-hal yang kamu nikmati, tanpa tekanan harus produktif.

  • Berani Minta Bantuan: Ngobrol dengan orang yang kamu percaya atau pertimbangkan bantuan profesional. Nggak ada yang salah dengan mencari pertolongan, justru itu merupakan langkah yang berani.

 

High-functioning anxiety memang nggak selalu terlihat. Tapi dampaknya nyata dan bisa melemahkan dari dalam diri sendiri. Kamu bisa terlihat berprestasi, tapi kamu tetap merasa nggak utuh,  dan itu bukan salahmu.

Prestasi itu penting, tapi kesehatan mental kamu lebih utama. Jangan biarkan rasa cemas kamu mengikis diri kamu perlahan.

Yuk, belajar jujur sama diri sendiri. Kalau kamu merasa capek, berhenti sebentar. Kalau kamu butuh bantuan, cari pertolongan. Kamu nggak harus selalu kuat. Kamu juga berhak istirahat, berhak merasa nyaman.

*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 68