Majalah Sunday

Heaven: Mystery of Hidden Gem School
Part 5: Find The Truth 1

Penulis:Ingesia Aulia Kamila – Universitas Negeri Malang

Chapter 5 : Find The Truth 1

Hari ini kami ada tugas menggambar peta kecil, hanya untuk lingkup kota kami. Tugas kami rata-rata dikerjakan secara berkelompok, alasannya untuk melatih kemampuan kerjasama kami. Kali ini kelompok diundi, dan tebak aku sekelompok dengan siapa? Itu Tameem, Ab, dan Daisy. Aku tidak banyak membantu, tidak punya kemampuan menggambar. Kali ini tugas ini bisa selesai dengan bantuan Daisy dan tentu Ab, yang punya ingatan kuat, dia cukup hafal denah kota kami, Tameem juga sangat membantu, ia menambahkan detail-detail kecil yang tidak pernah dilewati banyak orang, ia biasa mengantar pesanan karpet ke tempat-tempat tersebut.

Sepekan ini hubunganku dan Ab cukup membaik, meskipun belum saling menyapa, setidaknya ia sudah tidak menatap sinis ke arahku. Daisy tidak menyerah untuk mendekati Tameem, apalagi setelah melihatku berangkat dan pulang sekolah bersama, ia bahkan menggunakanku untuk bisa mendekati Tameem, rasa gengsinya sebagai seseorang yang punya kemampuan memikat tersinggung karena tidak bisa menaklukkan Tameem.

“Wah, ini sebuah takdir kita bisa sekelompok, aku, Ab, Heaven, dan tentu saja Tameem” Daisy memulai pendekatannya lagi “Tameem, kau tidak bisa menghindar lagi, di antara kita ada benang merah yang saling terhubung :)”

Ab memutar bola matanya muak, itu kesekian kalinya ia mendengar Daisy merayu Tameem hari ini.

Yang dirayu hanya diam, sibuk menggambar bagian-bagian yang terlupakan, seakan tidak mendengar Daisy berbicara.

Daisy merengut ketika dirinya tidak mendapat tanggapan “Selain Ab yang kulkas empat pintu, ternyata di sini ada beruang kutub utara” 

“Haha, Tameem hanya terlalu fokus menggambar” Aku merangkul Tameem, menunjukkan betapa seriusnya dia” Iya kan Tameem?”

Tameem mengangkat kepalanya “Tidak juga, boleh ku pinjam headset mu? Ocehan Daisy sangat mengganggu”

Ab langsung tertawa lepas mendengarnya.

Aku hati-hati melirik ke arah Daisy, takut tiba-tiba ia berubah jadi singa, tapi ternyata aku salah, ia lebih terlihat seperti monyet yang kegirangan setelah diberi pisang.

“Oh, demi Tuhan!! Kau mendengarkanku?” Daisy berteriak kegirangan “Ab, dengar? Ia mendengarkanku!!” 

“Aww” Ab mengaduh, mengelus pundaknya yang dipukul Daisy “Biasa saja dong!!”

Aku tersenyum melihatnya, jarang sekali melihat Ab menunjukkan ekspresi itu, berbeda dengan Tameem yang bersikap dingin untuk mempertahankan dirinya di lingkungan sekolah yang aslinya sangat ramah. Sikap dingin Ab memang bawaan, tidak banyak berinteraksi, dengan Daisy pun karena mereka sudah berteman sejak kecil.

Berkat kemampuan menggambar Daisy, kami bisa menyelesaikan satu per dua dari keseluruhan tugas membuat peta hari ini. Kami sepakat melanjutkannya esok hari sepulang sekolah seperti ini, gambarnya dibawa Daisy untuk dipoles lebih cantik, bagian ini serahkan saja padanya, ia sangat suka bermain dengan warna.

“Oh, ya! Untuk rencana kita tadi, aku punya kenalan yang bisa membantu, besok selepas mengerjakan tugas kita ke rumahnya kalian bisa meluangkan waktu kan?” Tawarku saat kami menunggu bus di halte.

Semua mengangguk setuju.

Maka di sinilah kami sekarang, duduk di ruang tamu Guru Kashmir, menunggu pria tua itu keluar membawa camilan.

“Oh, bung! Kami bukan anak kecil lagi, kenapa mengeluarkan gummy bear?” Aku protes melihat gummy bear warna-warni dalam toples yang dibawa Guru Kashmir.

Guru Kashmir tersenyum “Kau bahkan masih tampak seperti bayi di mataku Heaven”

Ku dengar suara tawa tertahan dari sampingku, membuatku malu saja, untung guruku.

Pict by AI Canva

“Jadi, ada apa kau membawa teman-temanmu ke sini?” Guru Kashmir bertanya to the point.

“Kami butuh bantuanmu bung untuk mencari tempat yang bisa menunjukkan keterkaitan sekolah kami dengan organisasi lama terlarang yang dibicarakan orang-orang” Aku dengan bersemangat memberi tahu.

Namun bukan ekspresi menyenangkan yang ku dapat, wajah Guru yang lebih sering kupanggil bung itu berubah, senyumnya menghilang, tatapannya menjadi datar.

“Kenapa kau tiba-tiba bertanya? Dan kenapa kau bertanya padaku?”

Rasanya udara di sekitarku terasa semakin menipis, ruangan yang cukup terbuka dan diisi beberapa pot tumbuhan hijau jadi terasa pengap.

Aku melirik ke arah teman-temanku di samping, mereka kompak menunduk.

Tidak mungkin bukan ku katakan, karena aku melihat file di komputernya yang menunjukkan bahwa guru Kashmir memiliki petunjuk terkait organisasi terlarang tersebut.

Dengan sedikit gemetar ku coba menatap guru Kashmir, menantang tatapannya, ini pertama kalinya aku merasa takut, di antara guru-guruku, ia adalah guru yang paling santai, bisa diajak bercanda, bahkan ketika aku bertingkah ia tidak akan marah.

“Begini guru, aku rasa guru tau banyak hal, jadi kami meminta tolong untuk membantu, kami mencari tau hal tersebut karena penasaran dengan hal-hal tidak wajar yang sekolah kami miliki”

“Hal tidak wajar?”

Kami mengangguk.

“Bukankah keberadaan kalian juga tidak wajar? Kenapa tidak memulai mencari tahu dari sana, kenapa harus menyadarinya saat bersekolah di tempat yang isinya siswa dengan keunikan seperti kalian?”

Tameem mengangkat tangan.

“Iya, kenapa?”

“Aku tidak punya kemampuan apapun, aku bersumpah”

“Baiklah, kecuali dirimu”

Pertanyaan Guru Kashmir membuat kami terdiam sejenak.

“Kalian tahu, tempat di mana barang-barang yang kalian pakai disimpan sebelum dijual, dipasarkan, diperkenalkan?”

Kami saling menatap.

“Di sana kalian akan menemukan jawaban” Guru Kashmir berdiri “Pulanglah! Aku ingin beristirahat, dan jika kalian tidak ingin gummy bear ini, aku akan membawanya kembali masuk”

Kami buru-buru merogoh gummy bear dalam toples itu dan memasukkannya di kantong jaket masing-masing.

Pict by AI Canva

Di sinilah kami sekarang, di depan sebuah gudang penyimpanan barang. 

Jam menunjukkan pukul tiga sore, aku punya setidaknya dua jam sebelum jam pulangku, teman-temanku mereka lebih fleksibel. 

“Kau yakin gudang maksudnya? Dan ini gudang yang menyimpan petunjuk itu?” Daisy menatap serius ke arah Ab.

“Lalu menurutmu apa?” Ab bertanya balik, kebiasaan.

“Cih” Daisy membuang wajahnya.

“Jika kita membaca ucapan guru Kashmir, ini adalah satu-satunya tempat yang memenuhi klasifikasi, tempat barang disimpan sebelum dijual, mengenali diri sendiri, kau lihat papan pengenal di depan gerbang itu? Born to know ur self , itu adalah slogan dari merek baju pemilik gudang ini” Ab menjelaskan.

Aku dan Tameem mengangguk.

“Sekarang tinggal mencari tahu bagaimana masuk ke dalam” Tameem menatap sekeliling daerah gudang itu.

“Tempat seperti ini akan selalu punya satu titik yang diabaikan” Aku menunjuk ke arah pohon besar di bagian kanan pos penjaga, bagian itu tidak dipagari, dan tidak tampak ada CCTV-nya.

“Simpel, alasannya, pohon itu terlalu besar, jadi tidak perlu dipagari, ia yang akan menjad pagar, posisinya yang dekat pos penjaga membuatnya tidak butuh kamera CCTV, terabaikan lebih cocoknya” Jelasku.

Semua bertepuk tangan.

Akhirnya kami berhasil masuk, berjalan melawan arah pos penjaga, menuju bagian belakang gudang, tanpa menyadari sudah ada yang menunggu kami di pintu masuk.

To be continued ~

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 31
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?