Majalah Sunday

Hari Pertama Bersamamu

Penulis: Endah Romadhon – UNJ

Suara kicauan burung milik tetangga mulai sayup-sayup terdengar, detik-detikan jam terdengar memenuhi ruang ini. Waktu sudah menunjukkan setengah enam pagi, mata masih ienggan terbuka, tapi tiba-tiba jantungku berdebar cepat. Aku kembali teringat kenapa bisa aku masih mengantuk saat ini dan kenapa rasa senang langsung menyelinap begitu saja.

Kemarin  seusai ekskul, dia teman yang selalu kusuka, yang selalu menarik perhatianku, tiba-tiba saja berdiri di hadapanku mengatakan hal yang mengejutkan. Suka katanya, dia suka kepadaku, dia menyatakan perasaannya. Dia mengatakan betapa sukanya dia kepadaku, betapa tertariknya padaku. Dia bertanya maukah diriku bersamanya? Tentu saja aku mengiyakan dirinya bahkan menolaknya tak pernah terlintas dipikiranku.

Semalaman aku terus mengingat kejadian itu bagaikan video pendek yang enggan aku gulirkan. Aku terus mengingatnya, mataku tak mau terpejam sampai semuanya disudahi ketika alam bawah sadar lebih kuat dibandingkan kesadaranku.

Aku segera meninggalkan tempat tidur, dan bergegas mempersiapkan diri untuk ke sekolah. Benar-benar tak membutuhkan waktu lama untukku siap. Dengan meminta ayah mengantarku, aku sudah bisa sampai dengan cepat dan selamat ke sekolah.

Aku melangkahkan kakiku dengan semangat, setiap langkahku ada sedikit harapan yang aku gumamkan. “Semoga hari ini berjalan dengan cepat.” Aku tak sabar menepati janjiku kepadanya untuk menemuinya sepulang sekolah.

Sepertinya harapanku kali ini tidak dikabulkan atau karena aku terlalu memperhatikan waktu sehingga semuanya rasanya bergerak sangat lambat. Aku menghela napas setiap melihat jam tidak bergerak begitu cepat seperti di situ-situ saja.

Akhirnya waktu yang ditunggu sudah tiba dengan cekatan aku merapikan buku-bukuku ke dalam tas, menyisir-nyisir rambut menggunakan jemari tanganku, dan segera menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuhku. Tanpa mempedulikan teman-teman yang menggodaku karena berusaha tampil cantik untuknya, aku segera berlari pelan menuju gerbang sekolah.

“Hai, kamu udah sampai aja di sini.” Ucapku sedikit tersengal-sengal.

“Hahaha iya aku langsung buru-buru ke sini sama kayak kamu gitu.” Senang sekali bisa mendengar suara tawanya.

“Hahaha iya aku udah gak sabar dan aku senang bukan cuma aku aja yang nungguin ini.”

Tak ada yang bersuara setelah itu hanya aku dan dia sedikit saling melirik dan bergerak sedikit untuk membuka jalan bagi siswa yang lain. “Kamu lapar gak? Kalo iya aku ada tempat langganan mie ayam deket sini.” Ucapnya pelan, tapi cukup aku dengar.

“Iya aku lapar kok dan mau banget diajak ke tempat langganan kamu. ” ia tersenyum mendengar jawabanku. Kami berjalan beriringan yang ditemani dengan obrolan-obrolan kecil mengenai kegiatan sekolah hari ini. Obrolan dari mengenai guru killer yang mengajar di kelasnya sampai betapa lamanya waktu berjalan.

Sesampai di tempat mie ayam langganannya kami langsung memesan dua porsi mie ayam dan langsung duduk ke bangku kosong yang tersisa. Kami memakan makanannya tanpa adanya pembicaraan di dalamnya.

Seusai makan kami berdua segera meninggalkan tempat itu dan berencana untuk pulang karena matahari sudah mulai berwarna jingga. Sejujurnya aku tak mengharapkan dia akan mengantarku pulang mengingat kami sama-sama menggunakan angkutan umum untuk kemana-mana. Namun, apa yang ada dipikirannya berbeda, dia mau mengantarkanku, menaik angkutan umum yang sama dan jelas berbeda arah dengan rumahnya, dan mengantarkanku sampai depan gang rumahku.

Aku suka setiap langkah kami bergerak seirama, setiap bahu kami saling sedikit tersentuh, rasanya gila, amat menyenangkan. “Aku gak enak sama kamu udah nganterin aku begini. Padahal rumah kamu jauh dari sini.”

“Gapapa gak usah gak enak. Aku memang mau kok. Aku mau bilang makasih ke kamu karena udah mau makan bareng tadi. Jadinya, kita bisa lebih lama barengnya.”

Aku tersenyum mendengar hal itu dan hanya membalas dengan anggukan-anggukan kecil karena tidak tau harus bagaimana lagi, aku salah tingkah!

“Hari ini aku senang banget karena bisa jalanin hari bareng kamu dengan status yang berbeda. Semaleman aku gak tidur mikirin kamu yang mau sama aku dan mikirin gimana buat jalanin hari ini. Aku suka, sangat suka kamu.”

Jadi, seperti ini ketika perasaan saling terbalaskan, ketika kami sama-sama menantikan hari yang sama, menantikan kebersamaan. Aku tau ini masih awal, tapi aku berharap perasaan ini tidak padam, tidak habis dimakan oleh waktu. Aku berharap perasaan ini terus membara cukup menghangatkan kami berdua.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 1
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?