Majalah Sunday

Duka dalam Rimba

Penulis: Dyah Pramesti Purbowati – Universitas Negeri Jakarta

Suasana di hutan berbeda akhir-akhir ini. Semua karena pelantikan raja hutan yang baru. Singa yang masih muda itu, kini telah menduduki singgasana rimba sejak beberapa hari lalu. Memang, Tak ada yang salah dari Singa yang menjadi raja, tetapi jalan menuju singgasana menjadi alasannya. Singa muda itu tak bertarung mempertaruhkan nyawanya melawan kandidat raja hutan yang lain seperti bagaimana cara raja hutan terdahulu menaiki tahta. 

Singa muda terbutakan singgasana yang terlalu menggoda, hingga menghalalkan segala cara. Termasuk membunuh pesaingnya sebelum waktu perebutan tahta. Semua binatang di hutan hanya dapat menggerutu dalam hatinya, sebab memprotes  pun tak dapat menghidupkan Singa yang terlanjur kehilangan nyawa. Hasilnya jelas, Singa muda tanpa hati dan iba, kini menjadi pemimpin mereka. 

Semua binatang di hutan berbondong-bondong mengunjungi rumah Kancil. Sudah menjadi rahasia umum di dalam hutan, bahwasanya Sang Kancil merupakan hewan tercerdas di dalam hutan ini. Di hari ini, Monyet mendapatkan kesempatan bertatap muka dengan Kancil setelah mendapatkan giliran ke-17.

“Bagaimana ini? Singa muda itu sudah jadi raja kita! Kau hanya akan diam saja? Bukankah kau yang paling cerdas di hutan ini?” tanya Monyet sambil memandang rendah Sang Kancil. Tatapan rendah itu entah datang karena posisi Monyet yang berada di atas pohon dan Kancil yang di atas tanah, atau memang karena Monyet memandang Kancil dengan remeh.

Diktator muda telah menjadi raja mereka, kini kedamaian hanya menjadi harapan fana. Penasaran? Baca kisahnya dalam cerpen "Duka dalam Rimba"
Monyet memandang Kancil

“Kau ingin aku melakukan apa? Kau ingin aku melakukan sesuatu, tapi caramu meminta seperti hewan tanpa adab,” kata Kancil tanpa menatap Monyet. Ia langsung berjalan menjauh tanpa memedulikan teriakan Monyet yang memanggilnya.

Kancil melangkah ke kediaman Singa muda yang kini telah menjadi raja. Ia terdiam dan menarik napasnya dalam-dalam sebelum melangkah masuk. Akhirnya hari ini datang, hari dimana ia bertatap mata dengan raja barunya. 

“Kau sudah datang? Bagaimana? Bertemu dengan hewan lain yang ingin menggulingkanku?” Tanya Singa muda itu ketika Kancil baru saja menginjakkan kaki di wilayahnya.

Kancil enggan menjawab. Memberikan jawaban untuk Singa dalam keadaan seperti ini hanya akan membuatnya tambah marah. 

“Ternyata, kau memang cerdas! padahal jika kamu menjawab dengan sepatah kata pun, aku berniat untuk membunuhmu saat ini juga,” ucap Sang Singa tanpa bergerak dari singgasananya.

“Eii, bercandamu tidak lucu,” ucap Kancil dengan tawa hambar, padahal dalam hatinya ia berharap untuk dapat keluar dari wilayah Singa dengan selamat.

“Mulai besok, Harimau akan pindah ke dekat rumahmu. Jika ada yang mencurigakan, Harimau akan langsung memakanmu,” ucap Singa. Ia langsung menutup matanya, berniat untuk tidur. “Kau boleh pergi,” Lanjutnya.

“Kancil, kuperingatkan padamu bahwa kali ini bukanlah candaan,” ucap Singa di akhir pertemuan mereka.

Kancil tau itu, ucapan yang baru dikatakan oleh Singa bukanlah sebuah omong kosong belaka. Jantungnya berdetak cepat, menjadi tanda ketakutannya bukanlah sebuah kebohongan. Mendapatkan kesempatan untuk keluar hidup-hidup dari neraka ini merupakan sebuah anugerah, Kancil tentu tak ingin membuang kesempatan yang berharga itu. Bagaimanapun juga, nyawanya masih menjadi hal terpenting.

Singa yang langsung tertidur

Sesaat setelah ia keluar dari neraka bernama singgasana Singa itu, Kancil langsung memutar kembali kepalanya ke arah belakang, memastikan tak ada siapapun yang mengikutinya. Namun, sialnya ia dikejutkan dengan kedatangan seekor Ular. Ia dengan lihai langsung melata ke arah kaki depan Kancil, membuat hewan berkaki empat itu langsung berhenti berjalan.

“Apa yang kau bicarakan dengan si raja baru itu? Beri tahu aku!” ucap Ular pelan. Hewan melata itu telah singgah di atas punggung Kancil.

“Ia memberikan peringatan padaku tentang semuanya. Tentang pemberontakan yang kalian rencanakan, tentang kalian yang datang padaku untuk diberi saran, dan tentang kalian yang membencinya,” ucap Kancil tak kalah pelan jika dibandingkan dengan suara desisan Ular yang ada di punggungnya.

“Lalu apa yang kau lakukan? Apa kau keluar dengan gemetar ketakutan?” tanya Ular. Kancil tahu bahwa semua ucapan Ular tua itu hanya sebuah provokasi belaka. Akan tetapi, tetap saja Kancil tak terima dirinya dibuat seperti pengecut seperti sekarang.

“Lalu apa yang kau harapkan? Kau berharap aku akan melawan hingga mati mengenaskan? Tidakkah kau sadar bahwa ini adalah hutan? Kau harusnya lebih paham bahwa posisiku hanyalah seorang mangsa! Aku tidak punya kekuatan untuk melawan seorang karnivora yang bahkan bisa dengan mudah memangsa karnivora lainnya!” ucap Kancil marah. Ia merasa bahwa ia tak pantas untuk dipandang rendah hanya karena ia takut berhadapan dengan Singa. Ini bukanlah kesalahannya. Ini memang takdirnya yang akan selalu menjadi mangsa di hadapan binatang karnivora.

“Kau seharusnya melawan! Bukankah kau yang paling cerdas di hutan ini? Itu adalah tugasmu untuk menyampaikan suara kami!” jawab Ular tak kalah marah. Kancil merasa sudah berjalan cukup jauh dari singgasana Singa, sehingga dirinya dapat dengan leluasa berbicara dengan lantang.

“Kau sejak tadi hanya menyuruhku melawan, melawan dan melawan. Lalu bagaimana dengan hewan lainnya? Hanya duduk diam dan menerima hasilnya? Lalu kalau aku mati, apa kalian akan berani untuk setidaknya membawa jasadku dengan utuh dari mulut Singa itu? Mungkin kau tak akan berani melakukannya. Tidak, kau pasti tidak akan berani melakukannya,” jawab Kancil dengan napas yang masih menggebu-gebu. Ia menutup matanya perlahan dan membiarkan suara bising dari angin ini menyapa indera pendengarannya. “Aku hanya menyelamatkan hidupku seperti kalian yang menyelamatkan hidup kalian dengan mengorbankanku.”

“Kau tau Ular, menyelamatkan diri bukanlah sebuah dosa.”

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Add Your Heading Text Here

Post Views: 6
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?