Penulis: Masrury Hady Jaya- Universitas Brawijaya
Kadang hati memang suka gak bisa bohong. Tanpa sadar, kamu jatuh cinta sama seseorang yang ternyata udah punya pacar. Awalnya mungkin cuma iseng ngobrol, ngerasa nyambung, atau nyaman bareng dia. Tapi makin lama, perasaan itu tumbuh dan bikin kamu bingung harus gimana untuk menyikapi hal ini.
Kamu sadar keadaan ini gak seharusnya terjadi. Dia udah punya pasangan, tapi perasaanmu keburu tumbuh terlalu dalam. Mau diterusin salah, tapi buat berhenti juga gak semudah itu. Akhirnya kamu cuma bisa berada di posisi serba salah.
Banyak orang pernah ngerasain hal yang sama. gak ada yang salah dengan perasaan suka, tapi kalau terus dipelihara, ujungnya cuma nyakitin diri sendiri. Itu sebabnya, penting banget belajar buat move on secara pelan tapi pasti, tanpa drama berlebihan. Karena meskipun kamu nggak bisa ngatur siapa yang kamu cintai, kamu tetap bisa ngatur gimana cara kamu nyikapinnya dan itu bentuk cinta paling dewasa buat diri sendiri.
Tanpa kita rencanakan, perasaan suka muncul ke orang yang ternyata sudah punya pasangan. Awalnya mungkin terasa menyenangkan, dia perhatian, nyambung, dan bikin kamu nyaman. Tapi di balik itu semua, kamu juga tahu ada batas. Di titik inilah kamu perlu sadar diri, gak semua rasa harus dikejar.
Kamu boleh kok mengakui bahwa kamu suka, tapi bukan berarti kamu harus memaksakan hubungan yang pada akhirnya gak mungkin terjadi. Cinta yang sehat tahu kapan harus berhenti, terutama kalau terus maju justru bisa melukai diri sendiri dan orang lain. Menyadari hal itu bukan berarti kamu kalah, justru itu tanda kamu cukup dewasa buat melindungi hati sendiri.
Belajar sadar diri juga berarti belajar menghargai perasaan tanpa harus terjebak di dalamnya. Kadang, langkah paling berani bukanlah memperjuangkan, tapi melepaskan dengan tenang. Dengan begitu, kamu bisa tetap menghormati perasaanmu tanpa harus kehilangan kendali atas diri sendiri. Karena pada akhirnya, cinta yang benar bukan tentang seberapa keras kamu berjuang, tapi seberapa bijak kamu tahu kapan harus berhenti.
Wajar banget kalau kamu sedih atau kecewa saat tahu orang yang kamu suka ternyata sudah punya pacar. Itu tandanya kamu benar-benar punya perasaan dan hati yang tulus. Kadang kamu butuh waktu untuk menerima kenyataan, dan gak masalah kok kalau mau nangis, curhat ke teman, atau butuh waktu sendiri dulu. Yang penting, kamu berani mengakui perasaanmu dan gak memaksakan diri untuk langsung baik-baik saja.
Tapi ingat, jangan terlalu lama tenggelam dalam perasaan galau. Kalau kamu terus baper, kamu malah susah buat move on dan kehilangan semangat buat hal-hal yang bisa bikin kamu bahagia. Coba pelan-pelan alihkan fokusmu ke hal positif , seperti ngelakuin hobi, hangout sama teman, atau fokus capai tujuan pribadi. Dengan begitu, kamu bakal sadar kalau kebahagiaanmu gak harus bergantung pada seseorang yang bahkan bukan milikmu. Move on itu bukan tentang lupa, tapi tentang belajar ikhlas dan lanjut jalan dengan hati yang lebih kuat.
Cinta yang tulus seharusnya bikin kamu merasa tenang, nyaman, dan jadi diri sendiri tanpa tekanan. Tapi kalau perasaan itu malah bikin kamu gelisah, terus kepikiran, atau sampai melakukan hal-hal yang gak masuk akal demi dia, itu tandanya kamu bukan sedang mencintai, tapi terobsesi. Obsesi bisa bikin kamu kehilangan kendali, sulit berpikir jernih, dan menggantungkan kebahagiaanmu sepenuhnya pada orang lain. Itu bukan tanda cinta yang sehat, tapi tanda kamu terlalu larut dalam perasaan sendiri.
Kalau kamu mulai merasa hubungan atau perasaanmu bikin lelah secara emosional, coba berhenti sejenak dan refleksikan semuanya. Tanyakan ke diri sendiri, “Apakah aku bahagia dengan perasaan ini?” Kalau jawabannya tidak, mungkin sudah saatnya memberi batasan interaksi. Cinta yang benar itu saling mendukung, bukan mengikat atau menguras energi. Jadi, belajarlah untuk mencintai dengan sadar, bukan karena takut kehilangan.

Kalau kamu tahu perasaanmu mulai terlalu dalam pada seseorang yang sudah punya pasangan, langkah terbaik adalah melindungi diri sendiri dengan membatasi interaksi. Bukan berarti kamu harus langsung menjauh sepenuhnya, tapi cobalah untuk mengurangi komunikasi dan pertemuan yang gak penting. Semakin sering kamu berinteraksi, semakin sulit juga buat kamu move on dan mengendalikan perasaan.
Kamu merasa nyaman berada di dekatnya, tapi tanpa sadar kamu malah makin terikat dan sulit lepas. Saat hal itu terjadi, ingatlah bahwa menjaga jarak bukan berarti kamu lemah atau menyerah, tapi justru cara terbaik untuk menghargai dirimu sendiri sekaligus menghormati hubungan yang sudah dia miliki. Dengan membatasi interaksi, kamu sedang memberi ruang bagi hatimu untuk perlahan melepaskan, menata perasaan, dan menemukan kembali ketenangan.
Daripada terus mikirin orang yang udah punya pasangan dan bikin kamu susah move on, mending arahkan energi kamu ke hal-hal yang lebih bermanfaat. Coba kembangin hobi yang kamu suka, belajar hal baru, atau mulai kejar impian yang selama ini kamu tunda. Dengan begitu, kamu bisa ngisi waktu dengan hal positif sekaligus bikin diri kamu lebih maju dan percaya diri.
Kalau kamu fokus memperbaiki dan mengenal diri sendiri, perasaan galau juga bakal perlahan hilang. Kamu jadi sadar kalau kebahagiaan itu datang dari diri sendiri, bukan dari seseorang yang belum tentu bisa kamu miliki. Jadi, teruslah berkembang, nikmati prosesnya, dan percayalah saat kamu udah bahagia sama dirimu sendiri, cinta yang tepat bakal datang di waktu yang pas.
*****
Jatuh hati pada orang yang sudah punya pasangan itu wajar, tapi jangan sampai bikin kamu kehilangan kendali. Tetap sadar diri, hindari terlalu terobsesi, dan beri jarak supaya perasaanmu tetap sehat. Arahkan energi ke diri sendiri dan hal-hal yang bikin kamu berkembang supaya proses move on jadi lebih ringan. Ingat, kebahagiaan sejati datang dari diri sendiri, bukan orang lain. Dengan mencintai dan menghargai dirimu sendiri, kamu bakal siap menyambut cinta yang tepat di waktu yang pas.

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
