Majalah Sunday

Pejuang Gap Year : Kisah Gap Year NO Tear

Penulis: Masriah – Universitas Negeri Jakarta
Editor: Husna Raharjo – Universitas Kristen Indonesia

Tidak semua orang bisa langsung melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, akhirnya beberapa terpaksa menjadi pejuang gap year. Gap year adalah waktu untuk rehat sejenak sebelum melanjutkan kembali alur kehidupan, salah satunya sekolah formal. Sunners, mari kita lihat cerita perjuangan gap year berikut ini yuk!

Cerita Pejuang Gap Year : Gap Year NO Tear

“Alasan aku gap year karena aku optimistis dengan menunda setahun dulu, aku bisa dapat kampus impianku. Kalau tahun ini belum dapat, berjuang lagi, supaya tahun depan bisa jadi mahasiswa di kampus itu,” cerita Rani.

Sunners, gap year tak berarti sepenuhnya dihabiskan dengan belajar untuk tes masuk perguruan tinggi loh. Ada baiknya waktu ini juga diisi dengan kegiatan yang menambah pengalaman hidup, meningkatkan keterampilan, dan membuka wawasan. Misalnya, ikut kursus atau pelatihan, menjadi relawan, mengerjakan proyek pribadi, magang atau bekerja part-time. 

“Awal lulus SMA banget aku sempat jadi asisten dokter gigi. Untuk meningkatkan skill aku juga ikut kursus tata boga selama tiga bulan,” kata mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jakarta ini.

Cerita Pejuang Gap Year : Gap Year NO Tear, Majalah Sunday

Pict by Unsplash.com

Keasikan menikmati hal baru tak membuat Rani malas dan menurunkan motivasi menggapai tujuan berkuliah. Kerap kali ketika bekerja perempuan energik ini suka membawa buku soal-soal tes SBMPTN dan mempelajarinya di waktu senggang. Tantangan terbesar pejuang gap year salah satunya adalah rasa malas melanjutkan impian berkuliah dan belajar sungguh-sungguh sebelum ikut tes masuk perguruan tinggi.

Menariknya, pengalaman dan pengetahuan yang didapat selama satu tahun tidak berkuliah itu akhirnya membuka pikirannya untuk memfokuskan tujuannya ke jurusan yang menjadi passion-nya yaitu komunikasi. “Aku ngalamin banyak hal dan pikiran aku jadi terbuka. Aku jadi berani bilang ke diri aku sendiri, ‘gapapa kok nggak masuk UI yang penting kampusnya negeri dan masih sesuai sama jurusan yang aku mau,” tutur mahasiswa yang kini berkuliah di UNJ ini.

Cerita Pejuang Gap Year : Gap Year NO Tear, Majalah Sunday

Pict by Unsplash.com

Konsep gap year yang belum lazim seringkali membuahi pejuangnya cap sebagai pemalas atau pengangguran. Pertanyaan dari orang sekitar yang suka membandingkan dengan teman sebaya yang sedang mencicipi bangku perkuliahan membuat kita harus tahan mental. “Ada sih respon kayak, ngapain sih maksain banget kuliah di kampus negeri kan bisa juga di swasta daripada nunda. Beruntungnya lebih banyak yang mendukung aku, terutama orangtua.”

Rani adalah salah satu yang menganggap waktu ini sebagai peluang untuk keluar dari zona nyaman dan meraih pengalaman yang mengubah pribadi menjadi lebih baik. Apakah kamu salah satu pejuang gap year? Selama kita yakin dengan pilihan kita, jangan ragu ya Sunners. Ingat, ini bukan alasan untuk bermalas-malasan. Semoga menginspirasi!

*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 2,400
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?