Penulis: Syelvina Gusmarani – Universitas Negeri Jakarta
Indah, seorang siswa baru, menerima seragam bekas dari sekolah karena keterbatasan ekonomi keluarganya. Namun, seragam tersebut ternyata menyimpan misteri kelam yang berkaitan dengan Alya, pemilik sebelumnya. Keanehan mulai terjadi, dan Indah terseret ke dalam usaha untuk mengungkap kebenaran di balik kematian Alya yang dianggap sebagai kecelakaan.
Indah tidak pernah meminta seragam bekas itu. Bu Nina yang memilihkannya, meski ada beberapa seragam lain yang kondisinya lebih baik. “Yang ini sepertinya lebih cocok untukmu,” kata Bu Nina, tanpa bisa menjelaskan alasannya.
Nama “Alya Putri” di kerah seragam itu nyaris tak terlihat, tapi Indah menemukannya saat mencuci. Saat mengenakan seragam itu keesokan harinya, ada sesuatu yang terasa janggal. Seragam itu terlalu pas, seolah memang dibuat untuknya.
“Jangan pakai seragam itu,” bisik Sinta suatu hari. “Itu… milik Alya. Yang meninggal tiga tahun lalu.” Tapi Indah tidak punya pilihan lain.
Mimpi itu datang tak lama kemudian. Indah melihat seorang gadis berdiri di ujung tangga sekolah, mengenakan seragam yang sama. Gadis itu hanya mengucapkan satu kalimat: “Tolong temukan kebenarannya.” Saat terbangun, Indah mencium samar aroma parfum asing di seragamnya.
Kejadian aneh mulai terjadi. Setiap melewati ruang guru tertentu, seragamnya terasa dingin. Di dekat tangga tempat Alya ditemukan, lengan seragamnya selalu bergerak seolah ditarik angin padahal tidak ada jendela di sana.
Suatu hari, saat membuka loker lama di gudang, secarik kertas terjatuh. Catatan terakhir Alya, berisi tuduhan tentang guru yang terlibat korupsi dana bantuan siswa. Indah mulai menyelidiki, dan setiap kali ia menemui jalan buntu, mimpi itu kembali datang. Kali ini dengan petunjuk samar: bayangan lorong, nomor ruangan, atau tanggal tertentu.
Kebenaran terungkap sedikit demi sedikit. Alya tidak jatuh, ia didorong karena mengetahui terlalu banyak. Dengan bantuan Sinta dan bukti yang mereka kumpulkan, kasus ini akhirnya terbongkar. Para pelaku mengaku dan ditangkap.
Malam setelah pengakuan itu, Indah bermimpi untuk terakhir kalinya. Alya tersenyum padanya, tanpa kata-kata, sebelum menghilang dalam cahaya. Pagi harinya, nama di kerah seragam itu sudah memudar sempurna.
Sekarang, setiap kali melewati tangga sekolah, Indah selalu mencium samar wangi parfum yang familiar. Bukan lagi aroma ketakutan, tapi aroma kedamaian seperti bunga yang mekar di pagi hari.
*****
Hati-hati, kisah yang kamu baca mungkin benar, berwaspadalah! Dapatkan cerita misteri lainnya dari Majalah Sunday.