Majalah Sunday

Cacing Bisa Membawa Kemakmuran?
Inilah Tradisi Bau Nyale Suku Sasak!

Penulis: Raisha Putri Ramdhani – Universitas Negeri Jakarta

Tak ada habisnya jika berbicara tentang tradisi Indonesia. Indonesia memiliki beragam tradisi, mulai dari yang terdengar familiar, unik, membahayakan, bahkan bisa sampai membuat kita bertanya-tanya. Jika bagi orang awam cacing hanya sekadar hewan biasa, tetapi bagi suku Sasak cacing bisa membawa kemakmuran. Bukan hanya ditangkap, melainkan juga dikonsumsi. Bukan sekadar keisengan belaka, melainkan bagian dari hidup masyarakat Sasak.

Cacing nyale (instagram.com/natgeoindonesia)

Mengenal Tradisi Bau Nyale

Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat untuk menangkap cacing laut. Kata “Bau” memiliki arti tangkap, sedangkan “Nyale” adalah salah satu jenis cacing laut. Tradisi ini biasanya dilakukan setahun sekali pada bulan Februari atau Maret karena cacing nyale hanya akan muncul setahun sekali di beberapa pantai di Lombok, seperti Pantai Seger, Pantai Kuta Mandalika, dan sekitarnya. Cacing nyale yang sudah ditangkap, biasanya akan dimasak, seperti pepes atau sebagai emping dan dimakan bersama-sama. 

Adanya tradisi ini tentu tak lepas dari cerita turun-temurun yang telah mengakar dalam masyarakat Sasak. Tradisi Bau Nyale berasal dari legenda seorang putri di Kerajaan Seger bernama Mandalika. Kecantikan sang putri mampu memikat banyak pangeran dan membuat mereka ingin menikahinya, tetapi tak ada satupun yang diterimanya. Sampai suatu hari, ada dua pangeran yang bersikeras untuk meminang sang putri, mereka mengancam akan menghancurkan kerajaan jika Putri Mandalika menolak. Tak ingin ada peperangan, Putri Mandalika pun lebih memilih untuk melompat ke laut. Setelah itu, muncullah binatang cacing berwarna-warni yang disebut dengan “Nyale”. Masyarakat Lombok menduga bahwa Nyale itu merupakan jelmaan sang Putri. 

Makna Tradisi Bau Nyale

Bagi suku Sasak, tradisi ini bukan sekadar kegiatan menangkap cacing laut, tetapi memiliki makna tersendiri yang dipercaya dapat membawa kesejahteraan dan kemakmuran dalam hidup. Apabila banyak cacing nyale yang keluar, maka menandakan keberhasilan panen. 

Tradisi ini juga sebagai penghormatan kepada Putri Mandalika yang telah mengorbankan dirinya demi kebaikan bersama. Tradisi ini dapat mempererat hubungan masyarakat Lombok untuk selalu bergotong royong, meningkatkan nilai kebersamaan, dan kekeluargaan. Selain itu,  juga berpeluang untuk semakin dikenal karena ketika tradisi ini dilaksanakan, banyak wisatawan yang menyaksikan, bahkan ikut menangkap cacing nyale.

Eksistensi Tradisi Bau Nyale

Tradisi Bau Nyale hingga kini masih terus dilakukan dan akan terus dilestarikan. Sebelum acara puncak tradisi ini digelar, akan ada atraksi budaya, salah satunya adalah Peresean. Atraksi tersebut melibatkan dua orang laki-laki yang akan bertarung menggunakan tongkat rotan dan perisai kulit kerbau. Tahun ini, tradisi Bau Nyale telah dilaksanakan pada tanggal 18-19 Februari lalu di Pantai Seger. Bahkan, masyarakat Lombok sudah mempersiapkan tradisi ini untuk tahun mendatang, yang akan dilaksanakan pada 7-8 Februari 2026. Hal ini menandakan bahwa tradisi Bau Nyale memiliki arti mendalam dan berarti bagi suku Sasak yang perlu dipersiapkan secara matang. 

Masyarakat Lombok beramai-ramai menangkap cacing nyale dalam tradisi Bau Nyale di Pantai Seger (tempo.co)

*****

Tradisi Bau Nyale bukan sekadar perayaan mencari cacing laut, tetapi juga simbol kuatnya hubungan antara manusia dan alam yang akan terus hidup berdampingan. Melalui tradisi ini, masyarakat Sasak membuktikan bahwa kearifan lokal mampu bertahan dan terus dirayakan sebagai bagian dari identitas bangsa. Jadi, kalau kamu ke Lombok, sempatkan diri untuk menyaksikan tradisi ini, bahkan harus  mencoba ikut menangkap cacing nyale!

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 4