Penulis: Meiccy Putri Jonarti – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pernikahan selalu identik dengan momen penuh haru dan bahagia. Tapi, tahu nggaksih kalau di balik hari bahagia itu, ada banyak tradisi yang mengandung makna dan nilai budaya? Pernahkah Sunners mendengar Malam Bainai? Tradisi dari tanah Minangkabau, Sumatera Barat ini sekilas terlihat sederhana, tapi ternyata punya makna yang dalam banget!
Dalam bahasa Minang, bainai artinya memakaikan inai, pewarna alami dari daun yang ditumbuk halus sampai menghasilkan warna merah cantik. Tapi jangan salah, tradisi ini bukan cuma soal mempercantik kuku, lho!
Bagi masyarakat Minang, malam bainai adalah simbol restu dan doa agar si anak daro (calon pengantin wanita) selalu dalam perlindungan Allah SWT saat memasuki kehidupan barunya. Tradisi ini biasanya diadakan di rumah keluarga besar dengan suasana yang khidmat, tapi tetap terasa hangat dan penuh kebersamaan. Semua orang terdekat ikut hadir dari orang tua, nenek, hingga kerabat jauh semuanya bersatu untuk memberi doa terbaik.

Sebelum malam bainai dimulai, ada prosesi bamandi-mandi. Prosesi bamandi-mandi adalah ritual membersihkan diri terakhir dari orang tua. Biasanya dilakukan di tepi sungai atau halaman rumah dengan cara memercikkan air ke tubuh calon pengantin menggunakan daun pandan. Ritual ini melambangkan penyucian diri, semacam “membersihkan hati dan pikiran” sebelum melangkah ke tahap barudalam hidup.
Uniknya, jumlah orang yang ikut memandikan harus ganjil karena menurut kepercayaan lama, angka ganjil itu sakral. Setelah itu, calon pengantin akan maniti kain kuniang, alias berjalan di atas kain kuning yang terbentang, sambil didampingi saudaranya yang membawa payung kuning di belakang. Momen ini menjadi simbol bahwa calon pengantin wanita siap meninggalkan rumah orang tua dan akan segera menjadi bagian dari keluarga barunya.
Nah, ini bagian paling ditunggu prosesi memakaikan inai di kuku calon pengantin. Biasanya dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti mak tuo (nenek), bako (keluarga ayah), dan mamak (paman). Sambil inai ditempelkan di kuku, mereka juga memberi nasehat penuh makna tentang menjadi istri yang sabar, menjaga kehormatan keluarga, dan tetap kuat menghadapi kehidupan rumah tangga.
Di sela-sela acara, ada juga pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan doa bersama. Suasananya campur aduk haru, tenang, tapi juga penuh kehangatan keluarga.

Malam Bainai bukan cuma soal inai yang menghiasi kuku, tapi juga tentang rasa syukur, restu, dan kasih sayang dari orang tua serta keluarga besar. Tradisi ini ngajarin kita, khususnya generasi muda, bahwa sebelum melangkah ke masa depan, kita harus tahu dari mana kita berasal dan siapa yang mendoakan kita dari awal.
Sebagian dari kita mungkin lebih banyak tahu soal budaya luar, seperti bridal shower sampai tradisi pernikahan barat yang estetik banget. Padahal, Indonesia punya tradisi yang nggak kalah indah dan meaningful, salah satunya ya Malam Bainai ini. Jadi, yuk mulai dari sekarang, kenalan lagi sama budaya sendiri. Bisa lewat nonton dokumenternya, ikut festival budaya, atau bahkan sekadar posting konten edukatif tentang adat seperti ini di media sosial.
Melestarikan budaya tidak harus selalu rumit, dengan mau mengenal dan mempelajarinya saja, itu sudah menjadi langkah besar.
*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
