Majalah Sunday

Bayang Hitam Dunia Perfilman

Penulis: Richie – Universitas Kristen Indonesia

Troy West, seorang aktor remaja pendatang baru, melangkah dengan wajah berseri-seri; ia berkesempatan untuk beradu akting dengan beberapa nama nama besar di sebuah film horor garapan sutradara ternama bernama Kevin Mailer. Tepat pada pukul 8 pagi, Troy tiba di lokasi. Hujan turun rintik-rintik sejak di perjalanan dan Troy berusaha menjaga penampilannya tetap prima meski ia memutuskan berjalan kaki dari halte bus ke lokasi shooting. Ini adalah proyek film pertamanya yang besar, setelah sejumlah proyek iklan; lebih menarik lagi, ia akan beradu akting dengan Alyssa, aktris muda berbakat yang sudah punya banyak pengalaman.

Sayang, kegembiraan Troy tak bertahan lama. Lima hari setelah syuting dimulai, Alyssa menghilang. Tidak ada pemberitahuan, tidak ada pernyataan resmi, hanya digantikan oleh aktris lain yang tiba-tiba muncul. Kru dan pemain lain tidak banyak bicara, seolah ini hal biasa. 

Troy merasa ada yang tidak beres.
 
Suatu malam, saat kru mulai membongkar set, seorang figuran yang merangkap kru bernama Leon menghampirinya.
 
“Ini bukan pertama kalinya,” katanya pelan.
 
Troy mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”
 
Leon menatap sekeliling sebelum berbisik, “Aktor juga pernah menghilang begitu saja di proyek film Kevin. Mereka tidak pernah kembali.”
 
Troy terdiam. Sebagian dari dirinya ingin menganggap ini hanya kebetulan, tapi hatinya mengatakan sebaliknya.
 
“Kalau kau mau tahu apa yang sebenarnya terjadi, ikut aku…” bisiknya lagi.
Malam itu, Troy dan Leon menyelinap ke Rainbow Studio, markas utama Kevin Mailer. Mereka melewati set yang kosong, peralatan syuting yang dibiarkan berantakan, hingga akhirnya sampai di gudang penyimpanan.
 
Di sana, mereka menemukan seseorang yang tidak mereka sangka akan bertemu—Ricky, aktor yang juga diberitakan menghilang beberapa bulan lalu. Ia tampak jauh lebih kurus dari yang mereka ingat.
 
“Ricky?” Troy berbisik. “Apa yang terjadi padamu?”
 
Ricky tampak lelah dan ketakutan. “Kalian harus pergi. Kalau Kevin tahu kalian di sini, kalian juga akan menghilang.”
 
“Kami mencari Alyssa,” kata Leon. “Dia menghilang dari proyek ini.”
 
Ricky menatap mereka dengan ragu, lalu menghela napas. “Alyssa akan dikirim ke negara Maroko.”
 
Dada Troy terasa sesak. “Apa maksudmu ‘dikirim’?”
 
“Kevin bukan cuma sutradara. Dia menjalankan bisnis gelap. Para aktor  yang ‘menghilang’ dijual ke luar negeri – biasanya, mereka dibeli oleh para penguasa yang korup, atau dimasukkan ke harem milik keluarga kerajaan tertentu. Aku tahu ini terdengar gila, tapi perbudakan seperti itu masih ada!”
 
Troy dan Leon terkesiap. “Lalu…apa yang kamu lakukan di sini?” Leon menyelidiki.
 
“Satu kali, aku tidak sengaja memergoki Kevin sedang bertransaksi untuk mengangkut para figuran Vietnam ke Amerika Serikat. Aku hampir dibunuh, tapi kemudian aku ditahan di sini, untuk membantu urusan logistik mereka.”
 
“Kenapa polisi tidak pernah mendapat laporan?” Troy bertanya.
 
“Kamu harus tahu, ia tidak takut untuk melakukan hal senekat ini karena dia merupakan orang yang memiliki jaringan yang luas,” Ricky berbisik. “Sebentar lagi ia kembali, kalian harus segera pergi dari sini!”
 
Troy merasakan kemarahan naik ke dadanya, seiring Leon menariknya pergi. Ia merasa pengecut karena tidak berdaya pada situasi ini. “Kita harus menghentikan kegilaan ini, Leon!” 
Ingin menjadi pemain sinetron atau pemeran di film? Cerpen "Bayang Hitam Dunia Perfilman" berikut akan membuka matamu!
Studio di mana Troy dan Leon menyusun rencana dan bertemu Ricky dan mendapatkan informasi
Beberapa hari berlalu, suasana shooting berlangsung lesu karena sejumlah orang bekerja sambil sibuk dengan pikirannya sendiri. Terutama bagi Troy dan Leon. 
 
Akhirnya, karena keresahan tak kunjung redam, keduanya sepakat bertemu diam-diam seusai jam kerja. Keduanya berbincang lama sebelum akhirnya menyepakati sebuah rencana.
 
 Setelah menyusun rencana, Troy dan Leon kembali ke studio untuk mengambil sebuah mobil dan beberapa properti film yang bisa mereka modifikasi menjadi senjata sungguhan.
 
Malam itu, mereka menuju pelabuhan—tempat Alyssa dan beberapa korban lainnya akan dikirim. Dari jauh, mereka melihat Alyssa di antara orang-orang yang diikat dan dikawal menuju kapal kargo. Mayoritas mereka adalah perempuan muda.
 
 “Kita harus cepat,” kata Leon.
 
Troy menginjak gas, menabrak gerbang pelabuhan. Para penjaga terkejut. Beberapa mencoba menarik senjata, tapi Leon sudah lebih dulu melemparkan bom asap rakitan.
 
Troy keluar dari mobil, langsung menghajar salah satu penjaga dan mengambil kunci borgolnya.
 
“Alyssa!” teriaknya. Alyssa menoleh, matanya melebar saat melihat Troy.
 
 “Ayo kabur dari kegilaan ini!” kata Leon sambil membebaskan tawanan lain. Namun, sebelum mereka bisa kabur, Kevin muncul. “Apa yang kalian lakukan di sini, rupanya aktor kelas teri mau jadi pahlawan?” tanya sang sutradara dengan nada dingin.
 
 Troy menatapnya tajam. “Aku tidak akan diam saja melihatmu melakukan ini.” Kevin menyerang lebih dulu. Troy menghindar, membalas dengan pukulan ke rahang Kevin. Mereka saling bertukar serangan di dek kapal, suara sirene polisi mulai terdengar di kejauhan.
Ingin menjadi pemain sinetron atau pemeran di film? Cerpen "Bayang Hitam Dunia Perfilman" berikut akan membuka matamu!
Pelabuhan di mana Troy dan Leon bertemu Kevin dan menyelamatkan Alyssa
Troy akhirnya berhasil menjatuhkan Kevin, membuatnya tersungkur ke lantai kapal. Polisi tiba tepat waktu, menangkap Kevin dan anak buahnya.
 
Alyssa mendekat, suaranya masih sedikit gemetar. “Aku tidak tahu harus bilang apa… tapi terima kasih.”
 
Troy hanya mengangguk. “Yang penting kau selamat.”
 
Malam itu, Kevin ditangkap, para korban diselamatkan, dan Troy tahu satu hal—ini bukan sekadar film, ini kenyataan yang akhirnya menemukan akhir yang adil.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 107