Majalah Sunday

Bahaya Sampah Masih Mengancam Hidup Anak Indonesia

Masalah sampah masih menghantui Indonesia hingga saat ini. Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2020, total sampah nasional mencapai 67,8 juta ton sampah dengan penyumbang sampah terbesar berasal dari rumah tangga yakni sebanyak 37,3 persen. Indonesia National Plastic Action Partneship mencatat sekitar 620 ribu ton dari total sampah Indonesia diketahui mencemari sungai, danau dan laut pada bulan tahun 2020.

Pengelolaan sampah yang belum optimal, seperti pembakaran sampah terbuka, juga menimbulkan dampak
negatif bagi kesehatan manusia, khususnya anak-anak. Dalam laporan State of Global Air 2020 (SoGA 2020)
disebutkan materi partikulat yang terkandung dalam polusi udara di luar ruangan dan rumah tangga
berkontribusi dalam kematian hampir 500.000 bayi di dunia.

Project Manager PHINLA Wahana Visi Indonesia (WVI), Franz Sinaga, mengungkapkan bahwa asap dari
pembakaran sampah mengandung zat-zat beracun seperti Dioxins, Arsenic, Mercury, dan lain sebagainya.
Zat-zat tersebut dapat merusak perkembangan saraf dan perkembangan organ lain pada anak jika terhirup
dalam jangka waktu yang lama. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat
yang membakar sampah di lingkungan tempat tinggalnya.

“Dalam rangka Hari Kesehatan Sedunia tahun ini, kami mengajak masyarakat untuk stop membakar sampah
dan mulai mengelolanya dengan tepat demi masa depan anak. Sampah rumah tangga dapat dikelola di bank
sampah untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus menambah pendapatan keluarga,” tutur Franz.

Sebagai organisasi kemanusiaan Kristen yang fokus terhadap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, dan
gender, Wahana Visi Indonesia percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan standar kesehatan dan
perawatan medis yang terbaik, air bersih, makanan bergizi, dan lingkungan tinggal yang bersih dan aman.
Untuk itu, WVI bekerja sama dengan pemerintah daerah melalui proyek PHINLA yang didanai oleh
pemerintah Jerman (BMZ) dalam memberikan edukasi terkait pengelolaan sampah, menggaungkan
kampanye perubahan perilaku, serta memberikan pendampingan dalam mengelola bank sampah.

Proyek yang dimulai dari Desember 2019 dan berakhir pada Juni 2023 ini bertujuan untuk mendorong
masyarakat memiliki penghasilan tambahan melalui kegiatan pengelolaan sampah dan dapat mengelola
keuangan rumah tangga dengan baik. Hingga saat ini, Proyek PHINLA telah membantu mengembangkan
sepuluh bank sampah yang beroperasi di kelurahan Penjaringan, Cilincing, Semper Barat, Marunda,
Cipinang Besar Selatan.

“Kami juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendukung pengelolaan sampah berbasis
masyarakat seperti bank sampah ini agar dapat meminimalisir dampak bagi kehidupan anak-anak di
Indonesia,” ungkap Franz.

Galvin (18), seorang anak dari Kelurahan Semper Barat, Jakarta Utara, merasa bahwa pelatihan dan praktik
langsung yang dilaksanakan WVI memiliki dampak positif di lingkungannya. Bersama ibunya, siswa kelas 12
SMK ini bertugas melakukan penimbangan bahkan pencatatan di Bank Sampah Suka Senang. “Saya senang
bantu mama di bank sampah. Saya berharap lingkungan di sekitar saya bisa makin bersih dan anak-anak bisa
menikmati lingkungan yang sehat dan bebas sampah.” kata Galvin.

Leave A Comment

Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?