Penulis: IPutu Agus Wargiana – Tempat Belajar
Hallo sunners, kali ini sunny akan bercerita sisi lain dari teman sekolah di bangku pelajar yang menjadi kpopers. Beberapa pengemar kpop pastinya relate. Ayo kita simak.
Di sudut kelas, ada Kpoppers yang duduk sambil mencoret-coret binder dengan nama-nama idol Korea. Di lapangan sekolah, sekelompok siswa latihan dance cover saat jam istirahat. Di grup chat kelas, ada perang opini: siapa bias terbaik di dunia K-Pop?
Fenomena Kpopers bukan hal baru di lingkungan sekolah. Namun, lebih dari sekadar fandom, dunia K-Pop ternyata bisa menjadi ruang hiburan, imajinasi, bahkan inspirasi bagi para pelajar.
Tak bisa dipungkiri, hidup sebagai pelajar sering penuh tekanan. Tugas menumpuk, ujian datang silih berganti, dan kadang masalah pribadi pun ikut menyapa. Musik dan konten K-Pop sering kali jadi tempat “melarikan diri” sejenak dari stres.
“Kalau aku lagi capek banget, nonton variety show BTS atau dengerin lagu-lagu Seventeen bisa bikin hati lebih ringan,” ujar Tuti, siswi kelas 10 yang dikenal aktif tapi juga sering overthinking.
Di sinilah K-Pop mengambil peran sebagai hiburan yang menyegarkan tanpa harus keluar rumah atau menghabiskan banyak uang.
Bagi sebagian pelajar, menjadi Kpopers juga berarti memperluas dunia imajinasi. Mereka menulis fanfiction, menggambar fanart, membuat video edit, bahkan belajar bahasa Korea dari lirik lagu dan wawancara idol.
“Dulu aku nulis fanfiction buat iseng. Sekarang malah kepikiran buat jadi penulis naskah beneran,” kata Agus, siswa SMA yang juga anggota ekstrakurikuler jurnalistik.
Di balik bias dan fandom, banyak pelajar diam-diam menemukan potensi diri. Imajinasi yang awalnya dianggap ‘alay’ bisa jadi awal mimpi yang serius.
Lebih dari sekadar idola, banyak pelajar menganggap idol K-Pop sebagai contoh kerja keras dan konsistensi.
Mereka belajar bahwa di balik panggung megah, ada latihan bertahun-tahun, tekanan mental, hingga pengorbanan besar. Bagi pelajar yang ingin berprestasi di bidang akademik, seni, atau olahraga kisah perjuangan idol bisa menjadi sumber semangat.
“Waktu aku mau nyerah ikut lomba vokal, aku ingat Jisoo BLACKPINK latihan bertahun-tahun sebelum debut. Aku pikir, kalau mereka bisa tahan, aku juga harus berusaha lebih,” cerita Naya, siswi kelas 11.
Namun, tak sedikit pula yang menganggap Kpopers terlalu fanatik, bahkan mengganggu kegiatan belajar. Di sinilah pentingnya keseimbangan.
Menjadi Kpopers bukan masalah selama tetap tahu batas. Tak semua orang harus suka apa yang kita suka, dan tak semua hal dari dunia idol bisa diterapkan di kehidupan nyata.
K-Pop bisa jadi jembatan ke arah positif, kalau dinikmati dengan bijak.
Menjadi pelajar Kpopers bukan sekadar soal fandom dan poster. Di balik layar handphone, ada banyak cerita tentang semangat, mimpi, dan kreativitas.
Jadi, kalau kamu seorang Kpopers jangan malu. Asal tahu waktu, tahu batas, dan tetap jadi versi terbaik dirimu, dunia K-Pop bisa jadi ruang tumbuh yang tak kalah hebat dari pelajaran di kelas.
Karena terkadang, inspirasi bisa datang dari bias mu, tapi keberhasilan tetap harus datang dari usahamu sendiri.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.