Penulis: Agung Izzul Haqq Laksono – Universitas Jenderal Soedirman
Sunners, coba ngaku deh. Siapa di sini yang jantungnya langsung berdetak maraton saat nama kamu dipanggil guru, atau telapak tangan berkeringat saat mau ujian? Tenang, itu manusiawi. Tapi, banyak dari kita yang bingung dan buru-buru melabeli diri sendiri: “Jangan-jangan ini ciri ciri anxiety disorder?” Eits, tunggu dulu! Jangan asal self-diagnosis. Artikel ini akan membedah perbedaan fakta medis antara cemas wajar dan gangguan kecemasan supaya kamu nggak salah langkah.

Sebelum panik, pahami dulu bahwa rasa cemas itu sebenarnya punya fungsi positif, lho. Faktanya, cemas wajar adalah respons alami tubuh terhadap situasi yang menantang atau berbahaya.
Sebagai contoh, saat kamu cemas sebelum ujian, itu adalah sinyal bagi otak untuk lebih fokus belajar. Selain itu, saat kamu cemas menyeberang jalan ramai, itu bikin kamu lebih waspada.
Akan tetapi, kunci utamanya adalah sifatnya sementara (temporary). Rasa cemas ini muncul karena ada pemicu jelas, dan akibatnya, akan hilang dengan sendirinya begitu masalahnya selesai.
Nah, kapan kita harus mulai khawatir? Kita bicara soal gangguan kecemasan (Anxiety Disorder) jika rasa cemas itu berubah menjadi “monster” yang mengganggu hidupmu.
Menurut para ahli, ada ciri ciri anxiety disorder yang perlu diwaspadai, yaitu sifatnya yang persisten (awet) dan intens. Bahkan, kamu merasa cemas terus-menerus selama berminggu-minggu, meskipun tidak ada masalah apa-apa.
Parahnya lagi, rasa cemas ini seringkali tidak masuk akal atau berlebihan. Misalnya, kamu panik luar biasa seolah dunia mau kiamat hanya karena satu pesan singkat dari teman.
Oleh karena itu, biar nggak bingung, yuk cek 4 indikator utama ini untuk membedakan apakah kecemasanmu masih wajar atau sudah masuk kategori gangguan:
1. Durasi (Waktu)
2. Intensitas (Kuatnya Perasaan)
3. Gejala Fisik
4. Dampak pada Hidup (Behavior)
ingat ya Sunners, merasa cemas itu valid dan manusiawi. Sebenarnya, itu adalah cara otakmu bilang, “Hei, ini penting, ayo fokus!” Jadi, jangan musuhi rasa cemasmu.
Akan tetapi, garis batasnya harus tetap jelas. Faktanya, ciri ciri anxiety disorder bukan lagi sekadar soal perasaan gugup, melainkan soal “hilangnya kendali”. Akibatnya, ketika rasa takut itu mulai menyetir hidupmu seperti membuatmu bolos sekolah atau susah tidur, saat itulah ia bukan lagi kawan yang baik.
Oleh karena itu, sekarang coba letakkan HP-mu sejenak dan tarik napas dalam-dalam. Selanjutnya, jika kamu merasa beban di dadamu sudah terlalu berat untuk dipikul sendirian, tolong jangan diam saja.
Akhirnya, beranikan diri untuk bicara. Entah itu ke orang tua, sahabat, atau konselor sekolah. Ingatlah bahwa mengakui kamu butuh bantuan bukanlah tanda kelemahan. Sebaliknya, itu adalah langkah paling berani yang bisa kamu ambil hari ini.
*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
