Penulis: Asri Jafni Sabrina- Universitas Pancasila
Mulai dengan fenomena bahwa sekarang “cinta” nggak lagi harus berawal dari pertemuan langsung hanya cukup swipe right. Tentunya banyak orang orang yang mencoba dating apps karena rasa penasaran ingin tahu, ingin dapat validasi, atau sekadar hanya mencari teman baru.
Tetapi di balik serunya match dan chat di dating apps, pastinya ada risiko yang harus ditanggung seperti di-ghosting, akun palsu, hingga ketergantungan pada validasi online.
Dalam bermain dating apps tentunya ada tanda bahaya atau red flag di profil orang yang membuat kita tertarik pada profil dating apps tersebut, kadang kadang bio yang keliatannya lucu atau foto yang keren bisa aja nyimpen sinyal nggak sehat yang bikin kita salah langkah.
Nah, biar nggak keburu baper sama orang yang salah, penting banget buat tahu seperti apa sih profil red flag di dating apps, dan gimana cara mengenalinya dari awal.
Maraknya orang orang yang menggunakan profil red flag di dating apps sebenarnya bukanlah hal hal yang mengejutkan. Adanya foto-foto keren dan bio yang terdengar manis dan lucu, tentunya nggak sedikit orang yang memakai aplikasi ini bukan hanya untuk mencari hubungan serius, tapi sekadar hanya ingin dapat validasi dari orang lain dan ingin merasa disukai, ada orang yang diperhatikan, atau hanya sekadar iseng mencari teman ngobrol.
Ada juga yang sengaja menampilkan citra tertentu supaya terlihat misterius atau menarik, padahal aslinya hanya ingin eksis. Parahnya lagi ada yang menyembunyikan identitas asli atau memainkan banyak persona hanya untuk sekedar bersenang-senang.
Fenomena ini tentunya bikin apps jadi ruang abu abu dimana, setiap orang yang mendownload dating apps tentunya nggak semua memiliki niat yang sama. Maka dari itu penting sekali untuk remaja belajar dan membaca tanda tanda red flag dari awal.

Sebenarnya, tanda-tanda red flag di profil dating apps biasanya sudah sangat ketara , hanya saja terkadang kita terlalu fokus sama fotonya yang menarik atau rayuan manis di bio sampai sampai nggak sadar ataupun terlalu denial pada sinyal bahayanya.
Salah satu tanda bahaya misalnya, bio yang terlalu umum kayak “ngalir aja dulu” atau “terserah nanti juga cocok sendiri” bisa jadi tanda tanda lho kalau dia nggak ada niatan jelas dalam berhubungan.
Ada juga yang isi profilnya isinya cuma pamer fisik tanpa sedikit pun menyinggung soal kepribadian red flag klasik banget. Terkadang foto foto yang terlalu sempurna atau diedit sedemikian rupa juga patut dicurigai, apalagi kalau nggak ada satu pun foto natural.
Belum lagi kalo misalnya hobi ngomong jelek tentang mantan atau ada yang buru-buru ngajak pindah platform lain padahal belum ngobrol banyak, bisa aja itu modus, yang pada intinya kalau dari profil awalnya aja udah bikin ragu mending jangan paksain buat percaya.

Yang bikin lucu, walaupun kita tahu ada banyak tanda- tanda bahaya di profil orang, sering kali kita tetap aja tergoda buat swipe right. Kenapa? Karena rasa penasaran dan keinginan untuk merasa “dipilih” yang kadang lebih kuat daripada logika. Pastinya kita suka berpikir, “ah, mungkin dia nggak seburuk itu,” atau “siapa tahu aku bisa ngubah dia.”
Padahal, pola pikir kayak gitu justru bikin kita terjebak pada hubungan yang nggak sehat sejak awal. Apalagi di dunia online, di mana kata-kata manis bisa diketik semudah menekan tombol kirim.
Tidak jarang factor visual juga berperan besar dimana foto yang keren atau sentyum manis di profil bisa bikin kita lupa sama tanda-tanda kecil yang seharusnya jadi peringatan, yang dimana pada akhirnya kita lebih percaya pada imajinasi versi ideal orang itu tapi bukan realitanya.
Supaya nggak kejebak sama profil red flag, hal pertama yang perlu dilakukan yaitu jangan gampang percaya sama tampilan luar. Harus baca bio dengan kritis dan perhatikan cara mereka berkomunikasi.
Kalau dari awal udah keliatan suka ngegas, ngatur-ngatur, atau malah terlalu baik dan manis kayak naskah drama romantis, itu udah jadi pertanda buat waspada. Jangan juga buru-buru untuk ngasih informasi pribadi seperti nomor telepon, alamat, atau akun media sosial lain sebelum benar-benar yakin orangnya bisa dipercaya.
Percaya aja sama intuisi kamu kalau misal sesuatu terasa aneh, biasanya memang ada yang nggak beres. Ingat, lebih baik unmatch untuk lebih cepat daripada harus nyesel belakangan.
Yang perlu diingat dating apps cuma untuk kenalan, tidak untuk suatu tolak ukur untuk seberapa berharganya kamu. Tetap jaga diri, jaga batas, dan jangan biarkan keinginan untuk “punya pacar” bikin kamu lupa untuk mencintai diri sendiri dulu.

Remaja perlu peka terhadap perilaku yang bikin gak nyaman dan belajar menaruh batas yang sehat dalam hubungan, baik online maupun offline. Dunia digital bisa jadi tempat seru buat kenalan, tapi juga penuh jebakan kalau kita nggak hati-hati.
Jadi, yuk mulai lebih sadar sama sinyal-sinyal kecil yang sering kita abaikan. Kalau kamu ngerasa ada yang “nggak beres”, jangan ragu buat mundur. Pilih untuk jadi versi terbaik dari diri kamu, bukan korban dari hubungan yang toxic.
*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.