“UKI UNGGUL: Menggoreskan Tinta Emas” Sebuah Teater Musikal

Teater Musikal “UKI UNGGUL: Menggoreskan Tinta Emas”
Persembahan Jiwa dan Cinta untuk Kampus

Penulis: Meiccy Putri Jonarti – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 8 November 2025 – Universitas Kristen Indonesia (UKI) bersama Ikatan Alumni UKI dan Connection Production mempersembahkan teater musikal bertajuk “UKI UNGGUL: Menggoreskan Tinta Emas” di Gedung Kesenian Jakarta. Pementasan ini juga didukung oleh Indonesia Musical Company dan UPH College.

Teater musikal tersebut menuturkan perjalanan panjang UKI dalam meneguhkan moto luhurnya, “Melayani, bukan dilayani.” Melalui gabungan musik, tari, dan akting, para pemain menggambarkan kisah nyata perjuangan, pelayanan, dan pengabdian yang telah menjadi identitas kampus sejak berdiri.

Menghidupkan Sejarah Melalui Teater Realis

Sutradara pertunjukan menjelaskan bahwa konsep teater ini mengusung pendekatan teater realis musikal dalam skala kecil.

“Ini kan kisah tentang sejarah ya, berarti segalanya nampak harus realis, nampak harus sesuai seperti kenyataan dengan keterbatasan yang ada,” jelasnya.

Ia menambahkan, inspirasi cerita diambil dari berbagai kisah nyata kampus, termasuk pengalaman para mantan rektor UKI yang menggambarkan perjalanan panjang universitas tersebut.

“Inspirasi cerita dari mantan rektor tadi, kita ngambil sejarah kampus ini,” ujarnya.

Kolaborasi Lintas Generasi

Pertunjukan ini makin spesial berkat kolaborasi antara mahasiswa, alumni, dan para pelaku seni. Mereka menghadirkan panggung yang nggak cuma bercerita tentang sejarah, tapi juga menampilkan semangat dan kreativitas yang hidup di setiap generasi UKI.

Tata cahaya yang dinamis, alunan musik yang selaras dengan tiap adegan, sampai ekspresi para pemain yang total, semuanya berhasil bikin penonton larut dalam kisah panjang UKI dari awal berdiri hingga kiprahnya hari ini.

Melalui panggung ini, UKI tidak hanya merayakan perjalanan sejarahnya, tetapi juga menegaskan komitmen untuk terus berkarya dan memberikan inspirasi. Motto “Melayani, bukan dilayani” terus bergema sebagai cerminan nilai luhur yang terus dijaga hingga kini.

*****