Penulis: Raisha Putri Ramdhani – Universitas Negeri Jakarta
Indonesia melahirkan berbagai macam keberagaman. Tak hanya suku, budaya, adat istiadat, dan makanan, tetapi juga berbagai macam permainan tradisional. Permainan ini bukan sekadar permainan yang dimainkan di kala bosan, tetapi juga mengandung filosofi yang sarat akan makna mendalam —inilah egrang. Permainan tradisional ini tidak hanya menguji keseimbangan tubuh, melainkan juga keberanian dan kesabaran.

Dilansir dalam situs tirto.id, egrang merupakan permainan tradisional yang berasal dari Lampung. Di sana, permainan ini disebut terompang pancung, yang berartikan bambu bulat panjang. Namun, tidak semua tempat menyebutnya dengan nama yang sama. Penyebutan permainan ini disesuaikan dengan daerah masing-masing, misalnya di Sumatra Barat menyebutnya dengan tengak-tengak, di Kalimantan Selatan disebut dengan batungkau, dan di Jawa Tengah disebut jangkungan. Awalnya, bambu tersebut digunakan untuk menyusuri genangan air atau banjir, tetapi seiring berkembangnya zaman, dimanfaatkan sebagai permainan anak.
Bahan yang digunakan untuk membuat egrang mungkin terdengar mudah, yaitu dua batang bambu atau kayu, tetapi dari bahan sederhana itu tersimpan filosofi hidup. Dalam permainan ini, kita dilatih untuk seimbang, berani, tekun, dan sabar yang bisa kita terapkan dalam kehidupan.
Bermain egrang memerlukan konsentrasi penuh agar tetap stabil dan fokus pada tujuan. Begitu pun dengan hidup, untuk sampai tujuan, kita harus fokus, tetapi tetap menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Dalam bermain permainan ini, kita melawan rasa takut untuk jatuh. Ini melambangkan bahwa dalam hidup kita harus berani dalam bertindak dan menerima segala risikonya.
Tidak mudah untuk berjalan di atas bambu, apalagi ketika pertama kali mencoba. Butuh latihan berulang-ulang dan berkali-kali untuk jatuh. Namun, perlahan akan terasa mudah jika tekun dan sabar. Dalam hidup, jika kita memiliki ketekunan dan kesabaran, maka apa yang kita inginkan akan berhasil.
Permainan tradisional ini kerap tampil di berbagai festival budaya, salah satunya adalah Festival Egrang Tanoker Ledokombo. Festival tersebut merupakan acara tahunan yang diselenggarakan di Jember sebagai ajang pelestarian budaya tradisional dan sebagai wadah untuk mengembalikan kembali minat generasi muda dalam mempelajari permainan tradisional ini. Banyak para wisatawan dari Australia, Belanda, Thailand, dan lainnya yang menyaksikan festival tersebut, bahkan penyelenggara juga menyediakan fasilitas bermain egrang bagi tamu-tamu dari luar negeri.

*****
Dari sebuah bambu sederhana, egrang mampu menjulang tinggi dan dikenali turis mancanegara. Egrang bukan hanya sekadar permainan tradisional, tetapi bagian dari identitas budaya yang layak dilestarikan sepanjang masa. Sebagai generasi muda, sudah seharusnya kita turut memperkenalkan dan mempertahankan eksistensi permainan tradisional di tengah arus modernisasi.

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
