Penulis: Masrury Hady Jaya – Universitas Brawijaya
Pernahkah kamu merasa hubungan yang kamu jalani terasa begitu berat karena pasanganmu bersikap keras kepala? Kadang, percakapan yang awalnya hanya sekadar diskusi ringan perlahan berubah menjadi perdebatan yang melelahkan. Di satu sisi, ada keinginan untuk tetap bertahan karena cinta dan rasa sayang masih kuat. Namun di sisi lain, sikap keras kepala pasangan sering membuat hati lelah, bahkan menguras emosi. Sebenarnya, kondisi seperti ini wajar terjadi dalam setiap hubungan, tidak ada pasangan yang sepenuhnya sama, selalu ada perbedaan cara pandang, kebiasaan, cara menanggapi masalah, cara mengekspresikan emosi, atau cara mempertahankan pendapat. Perbedaan inilah yang kadang memunculkan benturan kecil dalam hubungan. Salah satunya adalah sifat keras kepala, yang sering kali menjadi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara cinta dan pengertian.
Apakah sikap keras kepala selalu menjadi penghalang dalam hubungan? Atau justru bisa menjadi kekuatan yang membuat cinta lebih bertahan? Artikel ini akan mengajakmu memahami sisi lain dari pasangan keras kepala, menemukan strategi untuk menjaga komunikasi, serta menumbuhkan empati agar hubungan tetap harmonis, meski dinamika cinta tak pernah mudah, selalu ada jalan untuk membuatnya lebih indah.
Jangan buru-buru cap pasangan kamu “bandel” atau “susah diatur”, coba pahami dulu kenapa sifat keras kepala itu muncul. Sifat keras kepala sebenarnya gak muncul begitu saja. Ada yang terbentuk sejak masa kecil karena pola asuh orangtua di rumah, ada juga yang lahir dari pengalaman hidup, seperti sering disepelekan atau tidak pernah didengarkan. Dalam banyak kasus, sikap ini muncul sebagai cara seseorang melindungi dirinya, agar merasa lebih aman, dihargai, dan tetap punya kendali diri dalam hubungan.
Sifat keras kepala itu sebenarnya punya dua sisi. Di satu sisi, dia bisa bikin orang terlihat kuat, punya pendirian, dan gak gampang goyah sama omongan orang lain. Ini bisa jadi hal positif, apalagi kalau dipakai untuk memperjuangkan sesuatu yang benar. Tapi di sisi lain, kalau berlebihan, keras kepala bisa bikin orang susah kompromi, gak mau dengerin pendapat orang lain, bahkan bikin hubungan jadi tegang. Sikap pasangan keras kepala bukan cuma soal “gak mau kalah”, sebenarnya pasangan sedang mencoba menyampaikan sesuatu: “Aku ingin didengar,” atau “Aku butuh dihargai.” Kadang kita lihat doi keras kepala, tapi kalau dipikir lagi, bisa jadi dia cuma ingin dimengerti.
Sifat keras kepala dapat memengaruhi cara mengambil keputusan dalam hubungan. Saat ada masalah yang harus diselesaikan, pasangan yang keras kepala biasanya memaksa agar semuanya berjalan sesuai keinginannya. Akibatnya, keputusan sering berat sebelah dan bikin satu pihak merasa terpaksa mengikuti, Hal ini bisa menimbulkan rasa tidak adil, bahkan mengurangi rasa percaya, yang lebih parah, kalau tidak segera diatasi, hubungan bisa berujung toxic, penuh emosi negatif, jauh dari hubungan yang sehat, dan jauh dari hubungan bahagia.
Keras kepala tidak selalu memberi dampak buruk kalau dikelola dengan cara yang tepat, sifat ini dapat menunjukkan pendirian yang kuat dalam diri seseorang. Dampak positifnya, hubungan bisa jadi lebih kokoh karena kedua belah pihak belajar saling memahami dan sabar menghadapi perbedaan. Dengan komunikasi yang baik dan sikap saling mengerti, keras kepala justru bisa berubah menjadi pelajaran berharga. Pada akhirnya, semua tergantung bagaimana pasangan menyikapinya: apakah dibiarkan hingga membuat hubungan jadi toxic, atau menjadikannya kesempatan untuk tumbuh bersama.

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan adalah ikut keras kepala juga. Kalau pasangan ngotot maunya A, lalu kita juga ngotot maunya B, ujung-ujungnya pasti ribut. Misalnya, saat mau makan di luar, pasangan ngotot ke tempat favoritnya, tapi kita maksa ke tempat lain. Akhirnya, bukannya makan enak, malah jadi adu argumen yang bikin suasana rusak.
Kesalahan lain adalah memilih diam terlalu lama. Kadang kita berpikir kalau diam bisa meredakan suasana, padahal kalau kebiasaan ini terus-terusan, pasangan malah merasa selalu benar. Contohnya, saat dia marah karena hal kecil, kita diam berhari-hari. Bukannya masalah selesai, hubungan malah makin renggang.
kita tidak dapat memaksa pasangan langsung berubah. Sifat keras kepala itu gak bisa hilang begitu saja, butuh waktu dan pendekatan yang tepat. Misalnya, kita bilang “Kamu jangan keras kepala lagi deh!” tanpa memberi solusi. Akhirnya, pasangan merasa disalahkan terus sehingga pasangan menutup diri untuk diajak ngobrol. Kalau kesalahan-kesalahan ini dibiarkan, hubungan bisa makin sering diwarnai pertengkaran dan jauh dari kata harmonis.
Pertama, ngobrol baik-baik. Jangan langsung debat kusir, karena biasanya malah bikin doi makin ngotot. Misalnya, kalau dia maunya nongkrong di tempat favoritnya, kamu bisa bilang, “Oke deh sekarang ke tempat kamu, tapi besok gantian tempat aku ya.” Jadi sama-sama enak, gak ada yang ngerasa kalah.
Kedua, belajar kompromi. Ingat, hubungan itu bukan siapa yang menang atau kalah, tapi gimana caranya bisa ketemu di tengah. Contoh gampangnya, kalau lagi pergi liburan ke luar kota dan kalian beda selera musik, biarin playlist dia dulu yang jalan, nanti gantian kamu. Simple kan? Terakhir, kasih ruang kalau lagi panas. Kadang pasangan cuma butuh waktu sendiri biar kepalanya dingin. Setelah reda, baru deh ngobrolnya lebih gampang.
Kalau kamu bisa tenang, kompromi, dan sabar, sifat keras kepala nggak selalu jadi masalah besar. Malah bisa bikin hubungan lebih kuat, karena kalian belajar saling ngerti di waktu yang tepat.
*****
Sifat keras kepala dalam hubungan gak selalu berarti hal buruk. Kadang, itu cuma bentuk cara seseorang buat nunjukin kalau dia pengin didengar dan dihargai. Akan tetapi, kalau tidak dikelola dengan baik, bisa bikin hubungan penuh emosi dan jauh dari rasa nyaman. Kuncinya ada di komunikasi, saling memahami, dan belajar kompromi. Hubungan yang sehat bukan tentang siapa yang paling benar, tapi tentang dua orang yang mau saling mengerti meski punya pola pikir berbeda.

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
