Penulis: Raditya Bhanu – Universitas Brawijaya
“Hahahahaha….. kita mendapatkan harta banyak sudah sepantasnya kita menguasai dunia, saatnya kita berpesta,” kata seorang jenderal dari Partai Coklat. Jenderal dan pasukan tertawa bergembira karena telah menuntaskan daerah jajahannya yang baru.
Malam hari pada saat berpesta Jenderal dari Partai Coklat pun dikumpulkan.
Dalam perkumpulan Partai Cokelat, Pemimpin Tertinggi Coklat atau yang dinamakan Parcok sedang memberikan arahan, “Dari jenderal-jenderal semua apakah ada saran untuk ke mana kita bisa menginvasi lagi??”
Jenderal Api berkata “Izin menanggapi Parcok, kita di sini telah mendapatkan sumber daya mineral, Parcok. Apakah bisa jika kita seandainya mencari sumber daya lain?”
Jenderal Angin menimpali “Benar Parcok kita harus menguasai sumber daya yang ada di muka bumi ini.” Jenderal Tanah serta Jenderal Air berkata yang sama seperti Jenderal Angin.
Parcok berdiri melihat lukisan berlukiskan dirinya lalu mulai berkata “Apa yang jenderal-jenderal katakan itu benar, visi kita dapat menguasai dunia serta menjadikan bumi ini hanya punya satu kenegaraan dan satu sistem, SISTEM YANG ADA DI BAWAH KAKI KAKI KITA!!!!”
Lalu diambillah peta, dibuka oleh Parcok kemudian memperlihatkan daerah mana yang belum terduduki oleh Partai Coklat. Setelah berdiskusi lama menentukan tempat yang akan diduduki, dengan muka menganga Parcok mengingat akan mitos Gunung Emas di bawah area Kayutangan, satu-satunya daerah yang belum terduduki oleh Partai Coklat karena mitosnya terdapat Kelompok Penjaga Kayutangan dan naga-naga yang menyemburkan batu api.
Di malam itu setelah diskusi panjang, Parcok beserta jenderalnya sepakat untuk besok menyiapkan kapal-kapal beserta pasukan dan berangkat di malam hari karena gelombang laut lebih tenang. Di malam itu juga Parcok menyiapkan obsidian untuk jadi senjata rahasia.
Keesokan paginya para Jenderal telah terbangun dan segera menyiapkan pasukannya masing-masing, perjalanan akan dipimpin oleh Jenderal Air karena memahami rute perjalanan melalui lautan. Semua pasukan dibawa oleh Parcok karena Parcok merasakan ada yang berbahaya ketika mereka berada di Kayutangan. Dengan berada di bagian depan kapal Parcok berdiri di depan Jenderal Air menatap luasnya lautan seraya berkata “Berangkatkan kapal Jenderal!! Saatnya kita menginvasi lagi.”
Di sisi yang lain, para Kelompok Penjaga Kayutangan mendengar kabar bahwa naga-naga yang mereka miliki sekarang menjadi 9 karena 1 naga terjangkit penyakit sehingga meninggal.
Pedesaan Kayutangan dipimpin oleh Sang Sesepuh Bayangan, seorang wanita berambut perak dengan sorot mata yang penuh kearifan. Ia mendapatkan laporan oleh seorang penjaga, dengan suara bergetar berkata “Sepertinya ada yang ingin menyerang dan mengambil Gunung Emas di desa kita.”
Sang Sesepuh Bayangan langsung menyuruh Kelompok Penjaga Kayutangan untuk bersiap akan adanya serangan. Bermula dari yang awalnya pedesaan damai dan sunyi berubah menjadi area yang siap akan datangnya peperangan.
Namun, kabar mengenai Partai Coklat yang akan menyerang telah menyebar di antara para petani dan pedagang kecil. Mereka kemudian segera dipindahkan menuju padang rumput yang luas di balik desa tersebut, mereka tahu Kayutangan adalah garis pertahanan terakhir.
Sang Sesepuh Bayangan berdiam di ruangannya sembari melihat para pasukan Kelompok Penjaga Kayutangan membuat jebakan, Sang Sesepuh Bayangan menarik napas panjang dan melepaskan pelan-pelan. Bayangan di wajahnya semakin pekat oleh cahaya lampu minyak. Sang Sesepuh Bayangan berkata dalam hati,
“Parcok dan jenderal-jenderalnya akan datang, pada akhirnya kita akan siap untuk mempertahankan Kayutangan, jangan sampai kita diduduki oleh kaum fasisme itu. Mereka mengira Kayutangan hanya berisi dongeng dan api naga yang tak seberapa. Kita harus tunjukkan pada mereka mengapa desa kecil ini tidak pernah terjamah.”

Di balai pertemuan desa, tempat para warga biasa berkumpul. Empat Kepala Jaga Kayutangan: Kepala Jaga Hutan, Kepala Jaga Irigasi, Kepala Jaga Batu, dan Kepala Jaga Langit telah berkumpul.
“Pasukan Coklat akan datang dari lautan,” ujar Kepala Jaga Irigasi, seorang pria dengan baju petani berwarna biru tua yang selalu basah, sambil menunjuk area pantai di peta kain usang.
“Dipimpin oleh Jenderal Air, mereka akan menggunakan gelombang tenang malam ini sebagai keuntungan. Pertahanan utama kita adalah pantai berkarang di sisi barat desa.” Kepala Jaga Hutan, bertubuh besar dan kulitnya seperti kayu yang menghitam, menggebrak meja. “Kita harus menggunakan keuntungan medan. Hutan dan kebun rempah kita adalah labirin yang bisa menelan seluruh pasukan mereka. Pintu masuk Kayutangan melalui jalan setapak utama akan menjadi jebakan mematikan!”
Kepala jaga hutan kembali melanjutkan “Parcok pasti mengincar Gunung Emas Kuno.”
Sela Kepala Jaga Batu, pria kokoh yang berkulit seperti kayu, “Artinya, mereka akan mencari jalur tercepat menuju sumber daya desa kita. Kita harus memperkuat formasi di jalur kuno. Sembilan naga akan menjadi senjata kita, tapi kita butuh lebih dari sekadar api kita butuh taktik tani!”
Kepala Jaga Langit, yang tampak paling muda namun memiliki tatapan paling tajam, menimpali “Pasukan mereka besar. Kita perlu mengurai mereka sebelum bentrok besar. Aku mengajukan rencana Operasi Naga Begadang, naga akan diam diam menyerang kapal-kapal mereka sebelum mereka sempat mendarat, menggunakan kabut tebal Kayutangan sebagai selubung.”
Setelah berdiskusi alot, akhirnya Sang Sesepuh Bayangan berkata “Kita telah berdiskusi dan misi sudah jelas: jaga Kayutangan, lindungi Gunung Emas, serta usir Partai Coklat.”
Di lautan, armada besar Partai Coklat melaju dalam keheningan disertai kabut yang mencekam. Kapal-kapal raksasa dengan bendera coklat gelap mengarungi malam. Pemimpin Tertinggi Partai Coklat atau Parcok berdiri di anjungan kapal utama. Di sampingnya, Jenderal Air fokus mengendalikan rute, untuk mempercepat laju memasuki daratan di Kayutangan.
“Jenderal Air, berapa lama lagi kita sampai di garis pantai pedesaan Kayutangan?” tanya Parcok, suaranya mengandung ambisi yang membara.
“Tiga jam lagi, Parcok. Gelombang sangat mendukung, namun sinyal sihir dan energi kuno di sekitar Kayutangan mulai terasa. Sepertinya benar, daerah itu dilindungi oleh semacam kekuatan alam,” lapor Jenderal Air.
Jenderal Tanah dan Jenderal Api berdiri di belakang mereka, ekspresi mereka tegang. Jenderal Api berbisik pada Jenderal Tanah, “Mitos naga dan batu api dari desa kecil itu menggelikan, tapi energi kuno itu… itu bisa jadi masalah besar. Kita harus pastikan Parcok tidak terlalu arogan.”
Tiba-tiba, lautan yang tenang berubah. Kabut tebal berwarna kelabu gelap, bukan kabut laut biasa, merayap cepat dari arah Kayutangan. Kabut yang berasal dari uap persawahan desa itu menyelimuti kapal-kapal dalam hitungan detik. Penglihatan menurun drastis, “Ada apa ini? Kabut ini bukan kabut biasa!” teriak Jenderal Angin.
Dari balik kabut, terdengar lolongan mengerikan, diikuti dengan suara kepakan sayap raksasa. 4 bayangan melesat keluar dari kabut, semburan api kali ini campuran batu dan energi hijau menghantam kapal-kapal terdepan.
“NAGA!” teriak Jenderal Air, kaget.

Kepala Jaga Langit telah menjalankan Operasi Naga Begadang. Di punggung naga-naga itu, anggota elit Kelompok Penjaga Kayutangan melemparkan bola-bola kristal yang berisi mineral tambang yang meledak memancarkan gelombang yang mengganggu pergerakan serta merusak kapal-kapal Coklat. Kapal pertama terkena hantaman langsung api naga. Lambungnya retak, kepanikan pecah di antara pasukan Coklat.
“Jenderal Api! Serang balik dengan peralatan kita! Jenderal Tanah, siapkan batu besar untuk dilempar dari dek kapal!” perintah Parcok, wajahnya memerah karena amarah. Jenderal Api segera meluncurkan bola-bola api besar ke udara.
Namun, api naga Kayutangan jauh lebih kuat dan mengandung mineral bumi yang membuat api Partai Coklat tampak seperti api unggun. Tabrakan energi di udara menciptakan ledakan cahaya yang menerangi kabut sejenak.
Jenderal tanah menyiapkan busur besar untuk membidik naga kemudian, 2 naga pun jatuh. Segera dari Jenderal Penjaga Langit menarik naga ke belakang mengabarkan terkait persenjataan yang dimiliki Partai Coklat.
Partai Coklat telah sampai dataran menembakkan beberapa rudal untuk mengamankan area tanjung agar tidak ada pasukan musuh yang berada di dekat situ. Sementara itu, di belakang garis depan, Kelompok Penjaga Kayutangan yang dipimpin oleh Kepala Jaga Hutan, telah mencapai garis pantai.
Dengan kemampuan mereka, bergerak cepat di balik barisan sawah pedesaan, mereka telah menyiapkan Seribu Panah Racun Kabut, panah-panah yang dilumuri getah pohon langka Kayutangan yang menyebabkan kelumpuhan instan.
Setelah pertempuran singkat yang merusak tiga kapal terdepan, Parcok memutuskan untuk mendaratkan sisa pasukannya secepat mungkin. Mereka berhasil mencapai pantai berbatu di sebelah timur, bukan di barat yang berkarang tajam seperti perkiraan Jenderal Air.
Mereka segera bergerak menuju jalan setapak yang menuju pedalaman desa. “Pecah pasukan menjadi dua,” perintah Parcok. “Jenderal Angin dan Jenderal Air, kalian amankan area ini dan buat jalur air ke arah pedalaman. Jenderal Api dan Jenderal Tanah, kalian ikut denganku, kita akan menyerang langsung ke pusat desa. Kita harus rebut Gunung Emas Kuno!”
Pasukan Coklat yang tersisa mulai berbaris, namun langkah mereka terhenti.
Dari balik pepohonan kebun rempah, muncul sosok Sang Sesepuh Bayangan bersama Kepala Jaga Irigasi dan Kepala Jaga Langit. Di belakang mereka, berdiri Kelompok Penjaga Kayutangan dalam formasi bertarung, perisai rotan dan senjata kayu mereka siap. Mereka adalah para petani, nelayan, dan pengrajin desa yang siap membela tanah leluhur.
“Berhenti, penjajah! Tanah leluhur ini tidak akan tunduk pada sistem bodohmu!” teriak Kepala Adat Utara, suaranya bergema kuat di antara tebing-tebing desa.
Parcok hanya tertawa meremehkan. “Hanya segerombolan penjaga kebun bodoh. Serang! Hancurkan mereka semua!”
Pertempuran pun pecah. Pasukan Parcok, yang jumlahnya jauh lebih banyak, menyerbu. Namun, Kepala Jaga Hutan telah membuat jebakan tak terlihat. Dekat pohon besar merayap keluar dari tanah para prajurit, menjerat kaki-kaki prajurit Partai Coklat.
Panah-panah beracun terbang dari balik dedaunan, menumbangkan prajurit-prajurit yang mencoba maju.
Sementara itu, di udara, naga-naga Kayutangan yang kini tinggal tujuh terus menyemburkan batu api, menargetkan para jenderal Partai Coklat yang tersisa.
Partai Coklat mulai memasang persenjataan salah satunya busur besar yang ditujukan untuk menjatuhkan para naga. Kemudian Jenderal Parcok mulai menyuruh pasukannya untuk memasang formasi untuk mempertahankan barisan dan segera bisa menembakkan busur besar. Panah yang terbentuk dari obsidian pun ditembakkan. Panah melayang dengan kencang dan mengenai satu naga tepat di kepalanya kemudian naga pun terjatuh mati. Karena dirasa berhasil kemudian mereka mulai menembakkan kembali tetapi secara membabi buta. Tiga naga pun terjatuh dan mati tersisa satu naga untuk kembali ke pedesaan.
Di pedesaan Sang Sesepuh Bayangan langsung memasang formasi. Tidak disangka ternyata Partai Coklat telah mengepung pedesaan dari segala sisi, kemudian Jenderal Partai Coklat mengatakan kepada para Penjaga Kayutangan untuk segera menyerah atau akan dihancurkan oleh Partai Coklat.
Setelah itu sang naga datang dengan menyemburkan api dari mulutnya yang mereka incar pertama adalah busur untuk menembakkan panah. Naga tersebut telah mengamuk karena beberapa kawan naga telah tertembak mati oleh busur obsidian tersebut. Partai Coklat dibumihanguskan oleh para naga.
Melewati semalam yang panjang, akhirnya para Kelompok Penjaga Kayutangan dapat memenangkan pertempuran dan berhasil mengusir para Partai Coklat yang berusaha menjajah Gunung Emas tersebut.
*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
