Penulis: Munira Alaydrus – UIN Jakarta
Pernah nggak sih kamu bisa hafal lirik lagu Ariana Grande atau BTS cuma dalam beberapa kali denger, tapi kalau disuruh ngafalin grammar bahasa Inggris, rasanya kayak ngehafal mantra Harry Potter? Lagu baru keluar dua hari aja udah bisa ikut nyanyi, tapi pas ketemu soal grammar di kelas malah bengong, “Ini pake was apa were sih?”
Tenang, kamu nggak sendirian kok. Otak kita emang lebih gampang nyimpen hal-hal yang fun, berulang, dan bikin emosional—kayak musik. Sedangkan grammar? Isinya aturan kaku, tabel, dan rumus yang kadang bikin kepala panas duluan sebelum sempet paham.
Nah, menariknya, ada penjelasan ilmiah kenapa lirik lagu bisa lebih nempel daripada rumus grammar. Kalau ngerti “trik otak” ini, belajar bahasa asing bisa jadi lebih gampang, bahkan lebih seru. Yuk, kita bongkar bareng rahasianya di artikel ini.
Otak kita itu gampang banget nge-save hal yang bikin emosional. Lagu biasanya dikaitin sama perasaan, seneng, sedih, baper, atau nostalgia. Misalnya, tiap denger lagu JKT48 yang dulu sering diputer pas jam pulang sekolah, langsung keinget momen bareng temen. Nah, emosi itu jadi “lem” yang bikin otak lebih kuat nyimpen lirik.
Coba bayangin deh, lagu favoritmu didengerin tiap hari, bisa berulang-ulang bahkan sampai bosan. Tanpa sadar, otak jadi auto-hafal. Sedangkan grammar? Jarang ada yang ngulang-ngulang aturan past perfect tense sampai 20 kali sehari kan? Itulah kenapa lirik lebih gampang nempel, karena otak kita terbiasa belajar lewat repetisi fun, bukan hafalan kaku.
Lirik lagu itu nempel bukan cuma karena kata-katanya, tapi juga karena ada ritme dan melodi. Otak manusia memang suka pola yang berulang dan enak didengar. Makanya, satu bait lagu bisa lengket banget di kepala sampai jadi earworm. Bandingin sama grammar, yang polanya cenderung datar dan abstrak.
Jadi jelas ya, kenapa lirik lagu bisa lebih cepet masuk ke otak dibanding grammar. Tapi sekarang pertanyaannya, apakah kita bisa pakai “trik musik” ini biar belajar grammar jadi lebih gampang juga? Nah, itu yang bakal kita bahas di bagian selanjutnya!
Lagu itu bikin kita enjoy, dan otak suka banget sama hal yang bikin happy. Artinya, belajar bahasa asing pun bakal lebih gampang kalau dibungkus dengan sesuatu yang fun. Misalnya, belajar kosakata lewat lagu, film, atau bahkan meme. Jadi otak nggak ngerasa itu “beban,” tapi hiburan yang diam-diam ngajarin.
Kunci hafal lirik itu repetisi. Nah, hal yang sama bisa dipakai buat grammar atau vocabulary. Kalau kamu ngulang kosakata dengan cara membosankan, otak langsung auto-off. Tapi kalau ngulang lewat cara asik, misalnya bikin playlist kata-kata baru di catatan HP atau pakai aplikasi game bahasa, otak akan lebih gampang nyimpen.
Kenapa lirik tertentu terasa nempel banget? Karena kita ngaitinnya dengan momen atau perasaan tertentu. Sama halnya dengan bahasa, kalau kamu bisa mengaitkan ke pengalaman pribadi (contoh: bikin diary singkat tentang hari ini pakai bahasa Inggris), itu bakal lebih gampang ke-save di otak.
Jadi, rahasianya bukan semata-mata lirik itu “ajaib,” tapi cara otak kita bekerja: suka fun, suka repetisi, suka hal yang nyambung sama perasaan. Nah, kalau cara ini bisa dipakai buat lirik, artinya bisa juga dong kita pakai buat belajar grammar?
Yuk, di bagian selanjutnya kita bakal bahas tips biar belajar bahasa asing nggak lagi bikin pusing, tapi malah nagih!
Bayangin kalau grammar itu kayak lagu-lagu di playlist kamu. Nggak harus langsung semua, cukup pilih “lagu favorit” alias aturan grammar yang paling sering kepakai dulu. Misalnya present tense buat cerita sehari-hari. Jadi kayak kamu lagi looping satu lagu sampai hafal luar kepala, baru pindah ke lagu berikutnya.
Pernah nggak sih kamu nyoba ganti lirik lagu jadi versi lucu buatan sendiri? Nah, cara itu bisa banget dipakai buat grammar. Misalnya, bikin jingle kecil buat nginget aturan “he/she/it pake -s.” Jadi tiap kali mau nulis atau ngomong, melodi itu otomatis muncul di kepala.
Nggak harus selalu dari buku. Kamu bisa belajar grammar lewat subtitle drama Korea, lirik BTS, atau bahkan caption TikTok artis favorit. Misalnya, kalau lagi nonton series, coba pause bentar, perhatiin kalimatnya, terus bandingin sama aturan grammar. Dijamin lebih nempel karena kamu suka konteksnya.
Sama kayak lagu, kamu bisa hafal karena sering diulang, bukan sekali langsung bisa. Jadi, coba bikin kebiasaan kecil, kayak nulis caption Instagram pakai bahasa Inggris, atau tuker-tukeran chat singkat sama temen. Konsistensi kecil ini efeknya gede banget buat otak.
Jadi intinya, belajar grammar itu nggak harus ribet. Kalau bisa dibikin fun, otak kita bakal lebih gampang nerima, sama kayak lirik lagu yang tanpa sadar kita hafal. Yuk, kita wrap up!
Kalau dipikir-pikir, nggak heran sih kalau otak kita lebih gampang hafal lirik lagu Ariana Grande atau BTS ketimbang aturan grammar. Lagu itu fun, emosional, dan sering kita ulang, sedangkan grammar biasanya datang dengan kesan “kaku” dan “serius.” Tapi kabar baiknya, sekarang kamu tahu rahasianya: cara otak bekerja bisa kita contek buat bikin grammar lebih gampang dipahami.
Mulai dari bikin grammar kayak playlist, nyanyi-nyanyiin aturan, belajar dari konten yang kamu suka, sampai latihan kecil-kecilan tapi konsisten, semua bisa bikin grammar terasa lebih ringan. Jadi nggak ada lagi alasan grammar harus jadi musuh besar.
Akhirnya, pertanyaan di judul kita punya jawaban: iya, grammar emang sering bikin pusing, tapi kalau dipelajari dengan cara yang fun, dia bisa nempel semudah lirik lagu favoritmu.
Sekarang giliran kamu. Kalau boleh milih, aturan grammar apa yang pengen kamu bikin jadi “lagu favorit” duluan? Coba share pengalamanmu, siapa tahu bisa jadi inspirasi buat temen-temen lain juga!
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.