Penulis: Vina Nurul Izzati – Universitas Pendidikan Indonesia
Pernah nggak sih kamu ngerasa hari baru dimulai kalau udah ada secangkir kopi di tangan? Entah itu kopi susu favorit di kafe, kopi sachet di kosan, atau es kopi literan yang jadi teman begadang ngerjain tugas. Kopi seolah jadi bagian dari rutinitas remaja masa kini simbol healing, teman produktif, bahkan bentuk self-care.
Di tengah tren “ngopi biar chill” yang makin populer, banyak dari kita mungkin belum sadar: ternyata di balik aroma harum dan rasa pahit-manis itu, kopi juga punya sisi lain. Nggak sedikit remaja yang justru merasa deg-degan, susah tidur, atau cemas setelah ngopi, padahal niatnya cuma mau nyenengin diri.
Jadi, sebenarnya… ngopi itu bentuk self-care, atau malah jebakan kecil yang bikin tubuh makin lelah? Yuk, kita bahas pelan-pelan.
Buat banyak remaja, kopi itu bukan sekadar minuman.
Singkatnya, kopi bisa jadi teman baik kalau diminum dengan porsi yang pas.
Sayangnya, nggak semua efek kopi itu menyenangkan. Terutama kalau kita minum terlalu banyak atau di waktu yang salah.
Contoh yang sering kejadian: minum kopi jam 9 malam biar bisa belajar, eh malah akhirnya insomnia sampai pagi dan besoknya ngantuk di kelas.
Biar ngopi tetap jadi self-care dan bukan sumber masalah, coba tips ini:
*****
Ngopi bisa jadi bagian dari self-care, asal tidak berlebihan. Ingat, tujuan self-care itu bikin tubuh dan pikiran tenang, bukan sebaliknya.
Jadi, nikmati secangkir kopi untuk menemani harimu, tapi jangan sampai terjebak gaya hidup yang bikin kesehatanmu terganggu. Kamu yang mengendalikan kopi, bukan kopi yang mengendalikan kamu.
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.