Majalah Sunday

Gunung Tambora: Kok Bisa Bahasa Inggris jadi Bahasa Internasional

Melkisedek Raffles – UKI

Kalian tahu nggak sih kalau Indonesia pernah ambil peran dalam perebutan Bahasa internasional no.1 didunia? Tahun 1815, di sebuah pulau jauh di Hindia Belanda bernama Sumbawa, Gunung Tambora meletus dengan dahsyat. Ledakan itu bukan sekadar letusan gunung api biasa, melainkan yang terdahsyat dalam sejarah modern. Abu vulkaniknya menutupi langit bumi, menurunkan suhu global, dan menyebabkan apa yang dikenal sebagai Year Without a Summer—tahun tanpa musim panas.

Gunung Tambora Meletus

Efeknya ke Seluruh Dunia

Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 merupakan letusan gunung berapi terdahsyat dalam sejarah tercatat, dengan kekuatan VEI 7. Dampaknya tidak hanya dirasakan di Nusantara, tetapi juga mengguncang Eropa, bahkan seluruh dunia. Abu vulkanik dan gas sulfur yang terlontar hingga ke stratosfer, membuat suhu global turun drastis sekitar 3°C dan memicu apa yang dikenal sebagai “Tahun Tanpa Musim Panas” (1816). Dampaknya terasa di berbagai belahan dunia, seperti; gagal panen di Cina, wabah klera di India dan salju yang turun saat musim panas di Amerika Utara.

Begitu juga di Eropa. Musim panas berubah menjadi dingin, hujan deras terus-menerus mengguyur, dan salju turun bahkan di bulan Juni dan Juli. Akibatnya, panen gagal secara masif: di Irlandia, kentang busuk dan gandum hancur, menyebabkan kelaparan; di Swiss, harga gandum naik hingga tiga kali lipat; di Prancis, harga makanan meningkat hampir dua kali lipat dalam beberapa bulan. Kelaparan meluas, menyebabkan ratusan ribu orang meninggal akibat kekurangan pangan dan penyakit terkait. Catatan sejarah menyebut bahwa di Inggris, harga gandum melonjak dari 52 shilling per quarter pada 1815 menjadi 126 shilling pada 1816, salah satu lonjakan harga pangan tertinggi di abad ke-19. Gangguan iklim ini juga memicu kerusuhan pangan di berbagai kota Eropa, sementara migrasi besar-besaran terjadi ke Amerika Utara karena banyak keluarga Eropa tak lagi mampu bertahan hidup. Dengan demikian, letusan Tambora bukan sekadar bencana lokal di Indonesia, melainkan peristiwa global yang mengguncang fondasi sosial, ekonomi, dan demografi Eropa pada awal abad ke-19.

Lalu Hubungannya Apa?

Karena jutaan ton abu vulkanik dan gas sulfur ke atmosfer, yang menyebar hingga ke Eropa. Salah satu dampaknya adalah cuaca yang tidak menentu pada musim panas 1815. Ketika pasukan Napoleon berhadapan dengan koalisi Inggris–Prusia di Waterloo pada 18 Juni 1815, medan pertempuran berubah menjadi sangat berlumpur akibat hujan deras yang turun sehari sebelumnya. Catatan militer menunjukkan Napoleon terpaksa menunda serangan utamanya dari pagi menjadi siang hari, karena artileri dan kavaleri tidak bisa bergerak cepat di tanah becek. Penundaan inilah yang memberi waktu berharga bagi pasukan Prusia di bawah Jenderal Blücher untuk tiba dan memperkuat garis pertahanan Duke of Wellington. Akhirnya, gabungan pasukan Inggris dan Prusia berhasil memukul mundur Napoleon.

Kenapa Napoleon kalah?

Waterloo War dan Kejatuhan Napoleon

Pada akhirnya, kekalahan Prancis di Waterloo menutup ambisi Napoleon untuk menguasai Eropa dan menandai kebangkitan Inggris sebagai kekuatan dominan di benua tersebut. Seiring berjalannya waktu, Inggris memperluas kolonialisme ke berbagai penjuru dunia dan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa administrasi, perdagangan, dan diplomasi. Di sisi lain, krisis pangan akibat letusan Tambora mendorong gelombang migrasi besar-besaran dari Eropa ke Amerika Utara. Migrasi ini memperkuat posisi Amerika Serikat sebagai negara berbahasa Inggris dengan populasi dan pengaruh yang terus berkembang. Dari kombinasi dua jalur sejarah inilah—kejayaan kolonial Inggris dan pertumbuhan Amerika—bahasa Inggris akhirnya diresmikan secara de facto sebagai bahasa internasional yang kita kenal sekarang.

 

Kekalahan ini bukan hanya akhir dari ambisi Napoleon, tetapi juga awal dari dominasi Inggris di dunia. Dalam situasi krisis pangan akibat letusan Tambora, Prancis makin lemah, sementara Inggris dengan armada lautnya tetap mampu menjaga jalur perdagangan. Oleh sebab itu Inggris/Britania Raya menjadi negara adidaya saat itu atau disebut sebagai commonwealth nations dengan jumlah jajahan hampir 1/4 permukaan dataran dunia, termasuk India, sebagian negara Karibia, Malaysia, Cina dan Benua Oseania.

Negara Persemakmuran Inggris
(Klik gambar di atas, ketikan alt text yang di dalamnya harus ada keyphrase, jika sudah pilih caption, pilih custom caption)

Kemenangan di Waterloo mengukuhkan Inggris sebagai kekuatan nomor satu di Eropa, bahkan dunia. Ditambah dengan kolonialisme dan revolusi industri yang lahir di tanah Inggris, pengaruhnya merembes ke segala bidang: perdagangan, ilmu pengetahuan, hingga budaya.

Lalu, dari dominasi itu lahirlah warisan terbesar yang masih kita rasakan hingga kini: bahasa Inggris menjadi bahasa internasional. Bukan semata karena “bahasanya mudah”, melainkan karena sejarah memberi panggung besar bagi Inggris—mulai dari letusan Tambora di Sumbawa hingga dentuman meriam di Waterloo.

Siapa sangka, sebuah gunung di Nusantara ikut mengguncang tata bahasa dunia? Dari abu Tambora, sampai ke ladang basah di Waterloo, dari kegagalan Napoleon hingga kejayaan Inggris, semua berkelindan hingga melahirkan kenyataan hari ini: bila kita ingin berkomunikasi lintas bangsa, bahasa Inggris-lah yang paling mudah dipahami semua orang.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 22