Majalah Sunday

Jangan Salahkan Hiu Itu!!!

Penulis: Raditya Bhanu Aryasatya – Universitas Brawijaya

Berlatar pada 500 tahun setelah perang dunia ketiga para hewan akhirnya mengganti peran manusia yang telah musnah karena perang. Seekor hiu menjadi kepala koki pada restoran yang mewah nan terkenal di bawah lautan. 

“Ayooo satu jam lagi kita akan kedatangan tamu para bangsawan segera siapkan, kita akan menghidangkan 3 menu makanan utama untuk mereka yaitu Plankton, udang, dan yang terakhir kita hidangkan bangkai paus yang telah mati beberapa hari lalu!”

Seluruh pegawai koki tersebut sebagai saksi pun menyampaikan, "Jangan salahkan hiu itu!" Tapi apakah suara mereka didengarkan?

Kepala koki tersebut sedang memerintah serta mengkondisikan dapurnya. Koki tersebut menyiapkan bahan makanan dan segera membuat bumbu dapurnya terlebih dahulu, waktu pun berlalu begitu cepat para bangsawan telah datang dengan disambut hangat oleh pegawai restoran tersebut. Kepala koki menyambut segera para bangsawan mengobrol sebentar dilanjutkan dengan jamuan awal yaitu berupa 4 piring Plankton untuk para 4 bangsawan tersebut. Para bangsawan kegirangan dengan nikmatnya santapan yang mereka makan.  

Kepala koki datang sekaligus berkata “Apakah tuan dan nona ingin segera menyantap hidangan selanjutnya yaitu udang kecil-kecil khas kami?” 

Mereka pun membalas “Segera bawa sini udangnya”, kemudian piring yang penuh udang pun dihidangkan di depan meja mereka. 

Setelah kegirangan seperti yang pertama akhirnya koki memberikan hidangan yang ketiga, yaitu bangkai paus yang baru saja mati dengan segarnya mereka memakan makanan tersebut setelah itu mereka pun berbincang. 

Salah satu dari bangsawan itu berkata “Terima kasih telah mengundang kami untuk santapan seenak ini kami tidak bisa berkata-kata.” 

Kepala koki pun berkata “Saya yang berterima kasih kepada tuan dan nona sampai dibantu untuk melancarkan bisnis restoran saya ini, terlebih kami bisa lancar dalam regulasi untuk mendirikan bangunan di tanah yang strategis.” 

Kemudian bangsawan menimpali “Tenang saja… uhuuk…uhuukk… bantu kami juga dalam proyek-proyek kami lainnya.” 

Seketika semua hening dan para bangsawan berbatuk-batuk. Salah satu bangsawan ingin berkata tapi tiba-tiba semua bangsawan mati seketika.

Penyidikan langsung dilakukan oleh pimpinan aparat pengatur hukum untuk menyelidiki pembunuhan para bangsawan oleh kepala koki di restoran tersebut. Kepala koki ditahan karena menjadi tersangka dalam kasus ini, setelah penyidikan dilakukan oleh para aparat pengatur hukum maka berkas penyidikan dikirim kepada kejaksaan.
Pengadilan pun dimulai oleh pimpinan hakim dalam pengadilan umum tersebut. Tersangka dibacakan putusan sela oleh Majelis Hakim dengan muka tegang kepala koki tersebut bingung dan mempertanyakan dalam benaknya “Apakah aku benar yang membunuh?”
Setelah pembacaan putusan sela langsung berlanjut pada pembuktian antara kedua sisi antara Jaksa Penuntut Umum dengan Penasihat Hukum. Saksi-saksi pun dihadirkan dimulai dari ahli laboratorium yang menguji makanan sampai pada surat keterangan hasil lab. Diperkuat dengan bukti-bukti bahwa merkuri juga terdapat pada makanan tersebut yang di mana kepala koki hiu memiliki itu dalam tubuhnya. Lalu berlanjut dari Penasihat Hukum mengajukan saksi dari para pegawai dapur pada restoran milik si kepala koki.
Pada sesi pembuktian dari kedua sisi Jaksa Penuntut Umum dan Penasihat Hukum memberikan keterangan serta bukti-bukti kepada para Majelis Hakim. Kepala koki hanya bisa menundukan kepala karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, bingung dan rasa bersalah menyelimuti pada dirinya. Sampai pada akhir sesi pembuktian yaitu keterangan terdakwa.
Kepala koki berkata tiga kali “Bukan saya yang membunuh, bukan saya yang membunuh, bukan saya yang membunuh.”

Seluruh pegawai koki tersebut sebagai saksi pun menyampaikan, "Jangan salahkan hiu itu!" Tapi apakah suara mereka didengarkan?

Sidang pun diakhiri pada hari itu. Penasihat Hukum berdiri di depan tempat persidangan dengan tatapan kosong dia bingung sudah tidak tahu harus membela dengan cara apalagi, tetapi para pegawai dapur memberikan saran untuk mencoba menguji bahan makanannya langsung. Setelah itu, diajukanlah bahan makanan untuk diuji pada laboratorium hasilnya sangat mengejutkan karena bahan makanan terjangkit materi radioaktif plutonium. 

Setelah mengetahui hal itu maka penasihat hukum bertanya kepada para pegawai dapur “Kejadian keracunan apakah ini sudah terjadi sebelumnya?” 

Dibalas oleh salah satu pegawai “Tidak ada, dan untuk bahan makanan kami mencari dari pemasok bahan makanan yang baru karena khusus untuk perjamuan kepada para bangsawan.” 

Penasihat hukum hanya bisa terdiam serta berpikir apa yang harus dilakukan selanjutnya. 

Besoknya pada saat persidangan hasil uji lab dibawa ke dalam bukti sidang untuk menjadi pertimbangan. Setelah beragam perdebatan panjang maka akhirnya masuklah dalam keputusan akhir majelis hakim. Kepala koki diputuskan bersalah serta menjalani hukuman 40 tahun penjara bawah laut dengan membersihkan bagian laut terdalam. Kepala koki hanya bisa pasrah dan berpelukan dengan Penasihat Hukum serta menitipkan bisnis restoran kepada salah satu pegawainya. 

Beberapa bulan kemudian para Majelis hakim yang sempat memutuskan persidangan kepala koki makan bersama di sebuah restoran, mereka menyantap dengan lahap masakan bangkai-bangkai ikan paus ketika mereka sedang mengobrol satu persatu dari mereka terjatuh dan mati. Bahan makanan tersebut akan selalu terkontaminasi oleh radiasi perang yang masih ada

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 24