Majalah Sunday

Quarter-Life Crisis: Drama Hidup Gen Z di Usia 20-an

Penulis: Keira Santoso – SISNEJ

Di usia 20-an, banyak anak muda merasa hidup mereka tidak berjalan sesuai rencana. Ada yang bingung dengan jalur karier, sementara yang lain khawatir tentang masa depan, hubungan, atau merasa tertinggal dari teman sebaya. Fenomena ini dikenal sebagai krisis seperempat abad, fase kebingungan dan ketidakpastian yang sering terjadi di awal masa dewasa. Generasi Z, khususnya, yang hidup di tengah gelombang media sosial dan tekanan sosial ekonomi, semakin rentan terhadap hal ini. Nah, karena banyak yang sedang memasuki fase kehidupan ini, mari kita bahas bersama!

Potensi Risiko dari Quarter-Life Crisis

Krisis seperempat hidup bukanlah sesuatu yang bisa direncanakan. Krisis ini bisa datang kapan saja, baik di awal masa dewasa maupun saat Anda mulai mencari pekerjaan. Krisis ini bukan sesuatu yang perlu dipermalukan, tetapi bisa datang dengan banyak masalah!

Krisis seperempat hidup membawa risiko yang tidak boleh diremehkan. Tekanan untuk sukses dan perbandingan sosial, terutama di media sosial, dapat memicu stres dan kecemasan yang berlebihan. Banyak yang merasa gagal atau tidak berharga karena merasa tertinggal dari teman-temannya. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kepercayaan diri, mengganggu hubungan sosial, dan bahkan memengaruhi kesehatan mental jika tidak ditangani dengan baik.

Sisi Positif Menghadapi Quarter-Life Crisis

Tetapi, meski terdengar menakutkan, quarter-life crisis tidak selalu berkonotasi negatif. Fase ini justru bisa menjadi kesempatan bagi anak muda untuk lebih mengenal diri. Dengan krisis yang dihadapi, seseorang belajar merefleksikan nilai, minat, serta arah hidup yang sebenarnya mereka inginkan. Banyak pula yang akhirnya menemukan jalur karier atau gaya hidup baru yang lebih sesuai. Proses ini melatih ketangguhan mental dan mendorong kemandirian, menjadikan krisis sebagai titik awal pertumbuhan.

Kuncinya Ada di Keseimbangan!

Kuncinya adalah memahami bahwa quarter-life crisis adalah fase wajar, bukan tanda kelemahan. Anak muda perlu belajar menyeimbangkan ambisi dengan realita, serta menetapkan tujuan yang realistis sesuai kapasitas diri. Dukungan dari lingkungan sekitar, baik keluarga, teman, maupun komunitas, sangat dibutuhkan untuk memberi validasi dan motivasi. Jika krisis ini terasa terlalu berat, mencari bantuan profesional bukanlah hal yang tabu, melainkan langkah bijak untuk menjaga kesehatan mental.

Quarter-life crisis di usia muda memang bisa terasa seperti jalan buntu, tetapi dengan sudut pandang yang tepat, krisis ini justru bisa menjadi peluang untuk tumbuh dan menemukan arah hidup baru. Generasi muda Indonesia perlu memahami bahwa mereka tidak sendirian dalam fase ini. Saatnya belajar lebih terbuka, mencari dukungan yang sehat, dan berani mengambil langkah kecil menuju masa depan yang lebih pasti. Ingatlah, krisis hanyalah bagian dari proses perjalanan menuju kedewasaan.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 7