Penulis: Keira Santoso – SIS NEJ
Belakangan ini, semakin banyak remaja, terutama Generasi Z yang sedang naik daun, yang menyuarakan kesehatan mental. Media sosial dipenuhi akun-akun yang berbagi kesadaran tentang kecemasan, kelelahan, dan bahkan depresi. Keterbukaan ini menandai perubahan besar: topik-topik yang dulunya tabu kini menjadi hal yang lumrah. Namun, muncul pertanyaan penting: apakah keterbukaan selalu baik? Bagaimana jika keterbukaan justru berubah menjadi berbagi berlebihan?
Berbicara tentang kondisi mental secara terbuka memiliki banyak manfaat:
Namun, tidak semua bentuk keterbukaan bersifat positif. Berbagi berlebihan (terlalu banyak detail pribadi di ruang publik, terutama media sosial) dapat menimbulkan risiko:
Sharing tetap penting, tapi harus disertai kesadaran. Pilih platform dan orang yang tepat untuk berbagi. Ceritakan hal-hal seperlunya, terutama jika tujuan utamanya adalah mencari dukungan atau solusi. Jika merasa masalah semakin berat, sebaiknya mencari bantuan profesional daripada hanya mengandalkan komentar media sosial.
Keterbukaan tentang kesehatan mental merupakan langkah maju bagi generasi saat ini. Namun, berbagi secukupnya jauh lebih sehat daripada berbagi secara berlebihan. Generasi muda Indonesia perlu belajar membedakan mana yang aman untuk dibagikan secara publik dan mana yang lebih baik disimpan sebagai rahasia.
Jadi, jangan takut untuk membicarakan kesehatan mental. Namun ingat, tidak semua orang perlu mengetahui setiap detail kehidupan kita. Yang terpenting adalah mendapatkan dukungan yang tepat, tetap aman, dan terus mengambil langkah berani menuju kesehatan mental yang lebih baik.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.