Majalah Sunday

Sebuah Cerpen - Masihkah Aku Temanmu?

Penulis: Kezia Dyah – SMA Galatia Bekasi

Mataku terbelalak tidak percaya. Lihatlah! Seorang perempuan yang mungkin seumuran denganku berhasil mengalahkan dua pria bejat yang mencoba menggodaku.

Dengan gesit ia membuat dua pria itu meninggalkan kami dengan ketakutan. Aku yang melihat mereka kabur sedang mencoba menenangkan diriku sendiri. Lalu perempuan itu menghampiriku.

“Hey! Tenanglah, mereka sudah pergi,” katanya menenangkanku,

“Umm.. Sebelumnya terima kasih atas pertolonganmu. Entah apa jadinya aku kalau saja kamu tidak datang menolongku.” ucapku berterima kasih. Dan ini pertama kalinya aku melihat wajahnya, bukan karena aku tidak memperhatikan dirinya sedari tadi. Tapi, di saat dia menolongku, dia membelakangiku.

Sebuah Cerpen - Masihkah Aku Temanmu?

“No problem. Untuk apa kau malam-malam begini di luar sendirian?” tanyanya.

“Aku hanya pergi mencari angin. Aku suntuk di rumah,”

“Oh iya, maaf, aku harus pergi. Ada sesuatu yang harus aku urus. Lain kali jaga

dirimu. Senang bertemu denganmu.” Selesai mengatakan itu, perempuan itu langsung pergi

meninggalkanku tanpa menunggu jawabanku.

Aku kecewa, kita belum sempat berkenalan dan aku ingin sekali belajar bela diri

seperti dirinya agar tidak menyusahkan orang lain seperti ini. Semoga saja aku masih bisa

bertemu dia di lain kesempatan. Dan sekarang, aku harus bergegas pulang. Takut kalau pria-

pria bejat kembali menggodaku. Malam itu, aku langsung berlari masuk ke dalam kamar

tanpa menghiraukan panggilan kakakku. Karena masih kaget juga kelelahan, aku langsung

masuk ke dunia mimpi.

Hari ini rasanya Seira ingin sekali membolos. Kalau bukan karena Seira lebih takut

dengan papanya, mungkin Seira akan melanjutkan niatku untuk bolos. Dengan berat hati,

Seira melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah.

“Pagi-pagi sudah lesu aja neng,” sapa satpam sekolah yang hanya dibalas dengan

senyuman, itupun terpaksa. Bukan karena sombong, tapi memang mood Seira hari ini kacau.

Entah kenapa.

“Seira!” panggil seseorang. Dan ternyata dia kekasih Seira. Dia menghampiri Seira

yang Seira kira dia menanyakan keadaannya hari ini. Perkiraannya salah, ternyata dia

menceritakan kalau dia memiliki koleksi novel-novel baru.

“Hey, kekasihmu itu siapa? Aku atau novel-novelmu?” Batin Seira lalu pergi begitu saja

meninggalkan kekasihnya.

Sebuah Cerpen - Masihkah Aku Temanmu?

Seira masuk kelas dan langsung duduk di bangku tanpa memperhatikan keadaan kelas. Seira menyadari kalau dirinya terlalu cuek dengan lingkungan sekitar. Bahkan mungkin dirinya dikenal sombong di sekolah. Hidupnya terlalu monoton. Dia sudah mencoba berbagai cara untuk membuat hidupnya lebih berwarna, salah satunya menerima seseorang yang tidak dia kenal menjadi kekasih. Seira kira berhasil, ternyata nihil.

Saking asiknya merenung, Seira tak mendengar bel masuk sudah berbunyi. Sekarang di depan kelas sudah ada wali kelas beserta seorang siswi baru yang familiar. Seira tidak peduli. Toh, nanti juga dirinya tahu siapa dia.

Entah apa saja yang terjadi di saat Seira merenung, tiba-tiba siswi baru itu duduk di sampingnya. Memang tempat di samping Seira adalah satu-satunya tempat yang kosong.

Siswi baru itu tersenyum manis kepada Seira. Seira merasa pernah bertemu dengannya sebelum ini.

“Bukankah kamu yang membantuku malam itu?” tanya Seira penasaran.

“Ternyata kamu masih ingat aku. Aku kira kamu sudah lupa.” ujar dia sambil tertawa.

Seira banyak bicara dengannya. Ternyata teman barunya itu bernama Alice dan dia murid pindahan dari sekolah sebelah. Dari situ, Seira mulai dekat dengan Alice. Hidup Seira sudah tidak telalu monoton dengan keberadaan Alice. Alice selalu baik padanya. Alice selalu menemani dan menghibur Seira. Hingga pada akhirnya, terkuak sebuah pengakuan yang membuat Seira cukup terkejut.

“Jadi sebenarnya kamu adalah teman SD-ku yang dulu aku bully?” tanya Seira tak percaya.

“Kamu tidak sepenuhnya membully aku kok. Setelah aku pikir-pikir, tindakanmu dulu ada dampak positifnya. Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa merubah diriku menjadi pribadi yang lebih baik. Meskipun banyak orang bilang, cara kamu salah,” jelas perempuan di depan Seira itu.

“Tidak. Tindakanku dulu sudah sangat keterlaluan. Sampai-sampai kamu pindah sekolah. Aku minta maaf,” ucap Seira menyesal. Seira mengetahui ini semua setelah dirinya mencari tahu segalanya tentang Alice.

“Aku sudah memaafkanmu dari dulu kok, Seira,” jawab Alice. “Bahkan aku sengaja pindah ke sekolah ini agar aku bisa bertemu denganmu lagi.”

“Terima kasih Alice. Apa aku boleh bertanya sesuatu?” Yang langsung disetujui oleh Alice.

Sebuah Cerpen - Masihkah Aku Temanmu?

“Kenapa kamu masih menganggap aku temanmu setelah aku membully kamu?” Alice terdiam sebentar. Lalu dengan senyum khasnya ia menjawab pertanyaan Seira. “Karena aku ingin membagikan cintaku kepadamu.” Seira dibuat bingung dengan pernyataannya.

“Sebenarnya, cinta itu mempunyai arti luas. Yaitu cinta dapat kita bagi kepada semua orang tanpa membeda-bedakan orang tersebut. Cinta dapat kita berikan kepada orang tua, keluarga, sahabat, teman, kekasih hati, bahkan dengan musuh kita.” lanjutnya.

“Jadi, apakah aku musuhmu?” tanya Seira.

“Kamu adalah satu-satunya sahabat yang aku punya. Karena seorang sahabat tidak akan menjerumuskan kita ke jalan yang salah. And you did it!” Masih dengan senyum yang terus mengembang, Alice memeluk Seira.

“Terima kasih, Alice. Terima kasih untuk segalanya.” Ucap Seira tulus. Dirinya tidak menyangka, bahwa teman masa kecil yang dulu dia bully, malah memberikan warna di dalam

Hidupnya.

Sebuah Cerpen - Letting Go

*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 55