Penulis: Firdaus Cahya Adiputra – UNJ
Kamu pernah gak takut ketinggalan tren kekinian atau berita yang lagi viral? Kalau ada tren baru biasanya kamu merasa tertantang untuk mencoba. Kalau ada berita viral, pasti kamu langsung kepo lalu googling atau cari penjelasannya di medsos tentang apa yang sebenernya terjadi.
Alasan kamu ngikutin tren atau berita bisa berbeda-beda. Ada kalanya kamu bikin video TikTok cuma buat seru-seruan pas nongkrong bareng temen sekaligus mengabadikan momen, bisa karena gak pengen ketinggalan update sama hal yang lagi hits sekarang, atau supaya ada topik obrolan saja. Tapi kamu tau gak sih? Selalu ngikutin sesuatu yang viral itu gak selalu berefek baik lho, justru bisa jadi tanda kalau kamu terjebak dalam FOMO.
Fear of Missing Out (FOMO) ialah keadaan khawatir dan takut yang kamu rasakan saat tidak melakukan sesuatu yang orang lain lakukan. Dengan kata lain, kamu merasa tertinggal dan cemas saat melewatkan suatu hal yang lagi viral, misalnya berita, tren kekinian, atau aktivitas lainnya yang dianggap menarik atau penting. Sayangnya, FOMO yang berkepanjangan itu gak bagus untuk kesehatan mentalmu.
Berikut ciri-ciri perilaku FOMO yang dilansir dari berbagai sumber, misalnya seperti:
Apabila kamu mengalami tanda-tanda di atas, jangan sungkan untuk mengakses bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater ya.
Ada beberapa faktor yang membuatmu terjerumus kepada FOMO, kalau diamati akan terlihat bahwa sebagian penyebab FOMO itu berasal dari dalam diri sendiri, yaitu:
Fear of Missing Out atau FOMO yang berkepanjangan dapat membuatmu merasakan berbagai efek yang menghambat aktivitas bahkan cita-cita yang sedang kamu perjuangkan, inilah di antara dampaknya:
Pancaran blue light menurunkan produksi hormon melatonin yang menyebabkan berkurangnya rasa ngantuk dan kamu berpotensi merasa tidak berenergi dan sulit konsentrasi keesokan harinya.
Terlalu lama bermain di media sosial akan menyebakan kamu sulit lepas dari godaan main gadget, tanpa terasa kamu telah menghabiskan banyak waktu untuk menatap layar gadget dan baru akan berhenti ketika wajah sudah kejatuhan HP atau mata perih.
Mudahnya akses terhadap berbagai informasi bagaikan pedang bermata dua, efek negatifnya adalah kamu menerima terlalu banyak informasi namun kesulitan untuk memahaminya dan malah mengabaikan sumber informasi serta keakuratannya.
Remaja cenderung merasa butuh untuk tergabung dalam kelompok teman sebaya dan terkadang alasan ini dapat mempengaruhimu untuk melakukan sesuatu tanpa berpikir risiko jangka panjangnya.
Kamu dapat merasa kehidupanmu tak cukup baik apabila terlalu sering melihat kehidupan orang lain yang sedang menjadi tren, namun gak bisa kamu ikuti. Padahal sebelum melihat tren tersebut kamu merasa hidupmu baik-baik saja.
Kebahagiaanmu jadi tergantung kepada respons orang lain terhadap tren yang sedang kamu ikuti. Kamu jadi senang jika diakui dan terluka saat orang menilai dirimu masih belum berhasil mengikuti tren kekinian tersebut.
FOMO bikin kamu sulit fokus pada tugas-tugas penting karena terus memikirkan hal-hal kekinian yang takut kamu lewatkan. Kalau kontrol dirimu buruk, FOMO juga dapat menghambat kinerja karena sering tergoda untuk aktif memainkan gadget.
Meskipun FOMO dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi kesehatan mental, tapi ada beberapa cara yang telah dirangkum untuk mengelola rasa FOMO kamu, yaitu:
Perilaku FOMO terhadap tren kekinian dan berita yang viral memang seru untuk dilakukan dan belum tentu buruk. Namun, mengikuti semua tren tanpa dipilah-pilih serta dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi kesehatan mentalmu. Saat kamu dapat menjalani hari dengan fokus, tidak hanyut dalam euforia medsos, serta mengenal kemampuan diri sendiri, kamu tetap bisa terhubung dengan tren terkini kok, bahkan dengan cara yang lebih bijak dan tidak membawa kerugian untuk dirimu sendiri atau orang lain.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.