Penulis: Dias Paramita, mahasiswi Gizi FIKES UB
Puisi “Seusai Itu” menggambarkan sebuah perubahan rasa. Masa di mana seseorang pernah merasakan titik paling indah dalam hidup, tentu menyenangkan. Sayangnya setelah itu, rasa sudah tak lagi sama.
Bahkan, sampai saat ini aku masih belum percaya
Secepat itu malam datang menggantikan senja
Padahal, kita baru saja tiba
Menikmati nabastala oranye di ufuk barat
Duduk di balik bukit di antara pepohonan yang rindang
Bercengkrama tentang perjuangan di setiap detik yang melelahkan
Sesaat, riuh latar irama burung yang bergegas menuju sarang
Kita pun bangkit dan harus segera pulang
Jalan rumah yang berseberangan mengharuskan adanya perpisahan
Di persimpangan jalan itu, kaki ini menapak ke arah yang berbeda
Seusai itu, senja tak lagi indah
Nabastala sore berubah jadi kelabu
Tak ada lagi cerita di balik bukit untuk menunggu malam
Kisah itu, menjadi kenangan yang ku seduh bersama sendu
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.