Majalah Sunday

Mengenal Paradoks Cinta: Semakin Dekat, Semakin Takut Kehilangan

Penulis: Nur Rina Khadijah – UNJ

Cinta seringkali dipandang sebagai perasaan indah yang menyatukan dua hati. Kita tumbuh dengan cerita-cerita tentang cinta yang membuat bahagia, merasa aman, dan dipenuhi harapan. Namun, seiring berjalannya waktu dan kedekatan yang terjalin semakin dalam, muncul rasa yang tak selalu menyenangkan, rasa takut kehilangan, cemburu, bahkan overthinking tentang masa depan hubungan.

Di sinilah kita mulai mengenal satu sisi cinta yang jarang dibicarakan: paradoks cinta. Bagaimana mungkin sesuatu yang membuat kita merasa nyaman juga bisa memicu rasa cemas?

Artikel ini akan mengajakmu memahami lebih dalam tentang paradoks cinta, bentuk-bentuknya, hingga bagaimana cara menghadapinya tanpa kehilangan esensi cinta itu sendiri.

Apa Itu Paradoks Cinta?

Paradoks cinta adalah kondisi di mana perasaan cinta menimbulkan dua emosi atau reaksi yang saling bertentangan secara bersamaan. Misalnya, ketika seseorang merasa sangat mencintai pasangannya, justru muncul rasa takut yang besar untuk kehilangan, cemburu yang berlebihan, atau rasa tidak aman.

Cinta yang idealnya membahagiakan, justru juga bisa menjadi sumber luka dan kekhawatiran. Inilah sisi paradoksal dari cinta, ia bisa jadi sumber kenyamanan dan kecemasan dalam waktu yang bersamaan.

Merasa nyaman dan aman dengan hubungan tanpa status

Bentuk-Bentuk Paradoks Cinta

Beberapa bentuk paradoks cinta yang sering terjadi dalam hubungan, antara lain:

Semakin dekat, semakin takut kehilangan

Hubungan yang semakin dalam justru bisa memunculkan rasa takut kehilangan yang lebih besar. Kedekatan menjadi alasan timbulnya kecemasan.

Semakin percaya, semakin takut dikhianati

Kepercayaan tinggi pada pasangan terkadang membuat seseorang merasa semakin rapuh bila kepercayaan itu dikhianati.

Semakin cinta, semakin sulit berkata jujur

Demi menjaga perasaan pasangan, kadang seseorang memilih menyembunyikan hal-hal kecil, padahal niat awalnya dari rasa cinta.

Ingin bebas tapi takut sendiri

Dalam hubungan, seseorang kadang merasa ingin memiliki ruang pribadi, tetapi juga takut jika terlalu jauh dan kehilangan koneksi emosional.

Mengapa Cinta Penuh Kontradiksi?

Cinta adalah emosi kompleks yang melibatkan banyak aspek dalam diri manusia. Logika, perasaan, harapan, trauma masa lalu, hingga ekspektasi terhadap masa depan. Karena itu, cinta tidak bisa dijelaskan hanya dengan satu sisi. Perasaan bahagia bisa bercampur dengan rasa takut. Kedekatan bisa menumbuhkan rasa nyaman sekaligus rasa khawatir. Kontradiksi ini muncul karena manusia memiliki banyak kebutuhan emosional yang kadang saling bertolak belakang, ingin dicintai, tapi juga ingin bebas; ingin dekat, tapi juga takut kehilangan.

Cara Menghadapi Paradoks Cinta

Menghadapi paradoks cinta bukan berarti harus memilih salah satu sisi, tapi justru belajar untuk menerima bahwa cinta memang penuh warna. Beberapa cara untuk menghadapinya antara lain:

1. Sadari dan Validasi Perasaanmu

Langkah pertama adalah menyadari bahwa perasaan cinta yang kamu rasakan termasuk rasa takut, cemas, atau ragu adalah wajar. Jangan menyalahkan diri sendiri hanya karena merasa “nggak logis”. Cinta memang bukan selalu soal logika. Mengenali perasaan adalah cara awal untuk mengelolanya dengan sehat.

2. Bangun Komunikasi yang Terbuka dan Jujur

Seringkali, paradoks muncul karena banyak hal dipendam. Daripada overthinking sendiri, lebih baik utarakan perasaanmu pada pasangan secara terbuka tapi tetap tenang. Katakan, misalnya, “Aku sayang kamu, tapi kadang aku takut banget kehilangan.” Itu jauh lebih sehat daripada menarik diri atau menjadi posesif.

3. Beri Ruang, Tapi Jangan Menjauh

Cinta bukan berarti harus selalu berdua. Memberi ruang pribadi kepada diri sendiri dan pasangan justru membuat hubungan lebih kuat. Dengan adanya jarak yang sehat, kamu bisa lebih memahami dirimu sendiri, menjaga identitas pribadi, dan mengurangi tekanan berlebihan dalam hubungan.

4. Latih Kemandirian Emosional

Ketergantungan berlebihan sering memperparah paradoks cinta. Belajarlah untuk bahagia dengan dirimu sendiri. Ketika kamu punya kegiatan, mimpi, dan support system di luar hubungan, kamu nggak akan terlalu takut kehilangan karena kamu tahu bahwa hidupmu tetap punya makna, dengan atau tanpa pasangan.

5. Fokus pada Proses, Bukan Ketakutan Akan Kehilangan

Paradoks cinta sering muncul karena kita terlalu memikirkan “nanti kalau dia pergi gimana?” Padahal, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah hadir seutuhnya di momen sekarang. Nikmati kebersamaan, tumbuh bareng, dan syukuri hal-hal kecil. Ketika fokusmu ada pada proses, bukan hasil, cinta akan terasa lebih ringan.

Cinta bukan hanya soal perasaan manis yang menggebu-gebu. Ia juga tentang keberanian menghadapi kenyataan bahwa setiap hubungan pasti memiliki sisi rentan dan tidak pasti. Semakin kamu menyadari adanya paradoks dalam cinta, semakin besar peluangmu untuk menumbuhkan hubungan yang sehat—yang dibangun bukan karena rasa takut, tapi karena kepercayaan, komunikasi, dan kesadaran diri.

Jadi, kalau kamu merasa sedang berada di tengah-tengah kontradiksi cinta, jangan langsung panik atau merasa gagal. Itu tandanya kamu sedang tumbuh. Pelan-pelan, belajarlah untuk menerima bahwa cinta tidak selalu sederhana, tapi selalu layak untuk dipahami dan diperjuangkan.

Yuk bagikan ke teman atau pasanganmu. Siapa tahu, ini bisa jadi awal dari percakapan yang lebih jujur dan dalam tentang hubungan kalian. Karena semakin kamu mengenal cinta, semakin kamu tahu, mencintai bukan soal memiliki tanpa takut, tapi tentang tetap bertahan meski tahu resikonya.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 73