Puisi ini menyuguhkan refleksi kritis terhadap makna persahabatan di era digital. Lewat bait-bait tajam, puisi ini mempertanyakan apakah hubungan yang terjalin benar-benar dilandasi kepedulian, atau hanya sebatas interaksi dangkal di media sosial. Penulis menggugat realitas hubungan yang terlihat dekat secara virtual, namun justru jauh secara emosional. Di tengah hiruk pikuk pencitraan dan keterhubungan semu, puisi ini mengajak pembaca untuk kembali merenungi: apakah sahabat masih berarti hadir, mendengar, dan memahami, ataukah kini hanya sekadar nama dalam daftar kontak yang tak pernah benar-benar menyapa?