Penulis: Dewi Sulistia – UNJ
Editor: Afindi Ranika Dewi – UNJ
Sunners, bagaimana kabar kegiatan belajar jarak jauh kalian? Aman? Semoga selalu aman, lancar, dan baik-baik saja, ya! Tapi walaupun semua berjalan lancar, pernah nggak kalian merasa bahkan setelah sekian purnama kita menjalani PJJ alias Pembelajaran Jarak Jauh, pasti ada saja zonk-nya, pasti ketemu apesnya, dan pasti selalu ada yang bikin jantung kita degupnya lebih cepat dua kali dari kecepatan normalnya. Aduh, pasti panik!
Omong-omong tentang panik, pasti kalian sudah nggak asing dengan istilah panic attack. Kalau baru tahu sekarang, yuk, kita sama-sama belajar tentang apa itu panic attack!
Sebelum kita bahas tentang panic attack atau serangan panik, tahu nggak kalau ternyata istilah ini menjadi salah satu kata kunci yang mengalami peningkatan di pencarian Google selama adanya pandemi COVID-19? Hmm, ada yang tahu kira-kira kenapa?
Panic attack? Apa tuh? pict by freepik.com
Panic attack atau serangan panik sendiri diartikan sebagai serangan tiba-tiba dari perasaan menakutkan, kepanikan, dan ketidaknyamanan seseorang pada sesuatu yang disertai beberapa gejala. Gejala? Apa aja, tuh?
Dikutip dari theconversation.com, kemungkinan kita akan merasakan gejala atau sensasi fisik tertentu ketika mengalami serangan panik. Gejala yang terjadi biasanya seperti jantung berdegup kencang, berkeringat atau kegerahan, mual atau bahkan muntah, menggigil, napas terasa pendek dan terengah-engah, serta terasa seperti akan ambruk. Selain itu akan ada perasaan-perasaan takut lainnya, seperti takut mati, takut akan diserang sesuatu yang berbahaya, dan sebagainya.
Umumnya puncak serangan panik akan terjadi dalam waktu 10 menit, kemudian mereda sedikit demi sedikit. Tapi tak jarang kondisi ini akan terjadi dalam waktu yang lebih panjang dan dalam frekuensi yang lebih sering lho, Sunners.
Serangan panik dapat terjadi secara tiba-tiba pada seseorang, baik dalam kondisi cemas, tidak stabil, bahkan dalam kondisi yang tenang sekali pun. Serangan panik juga bisa terjadi pada siapa saja, khususnya pada mereka yang memiliki gangguan psikologis. Misalnya, pada seseorang yang memiliki social anxiety, mungkin saja akan mengalami serangan panik sebelum berbicara di depan umum, atau ketika harus berada di kerumunan orang.
Panic attack dapat dipicu oleh berbagai sebab, lho, pict by freepik.com
Serangan panik memang sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan dan dapat membuat seseorang yang mengalaminya berulang kali memiliki kecenderungan untuk mengubah pola hidupnya agar terhindar dari serangan panik lainnya. Mereka juga kerap khawatir dan mencoba menghindari situasi dan tempat tertentu.
Pemicu dari serangan panik sangat beragam, tergantung seseorang yang mengalaminya. Bisa terjadi karena seseorang tersebut menghadapi fobianya, atau pada kasus lain serangan panik terjadi ketika seseorang kesulitan menghafal rute transportasi publik yang perlu ia naiki, juga bisa terjadi saat seseorang berada di lift bersama orang asing. Pada umumnya, perasaan tidak aman adalah pemicu utama dari serangan panik.
Sayangnya, PJJ yang sedang kita jalani semenjak 6 bulan terakhir juga dapat menjadi salah satu penyebab serangan panik pada siswa seperti kita ini. Bisa karena tugas yang datang bertubi-tubi, koneksi internet yang buruk, sarana belajar daring yang kurang memadai, waktu pengerjaan tugas yang terlampau singkat, penat belajar di rumah, butuh piknik, dan masih banyak lagi.
Mungkin juga ini salah satu penyebab mengapa “panic attack” menjadi salah satu kata kunci yang paling banyak dicari di Google pada masa pandemi COVID-19 ini.
Lalu gimana ya cara menghadapinya? pict by freepik.com
Lalu, kalau kita mengalami serangan panik, apa yang perlu kita lakukan? Nah, coba ikuti beberapa tips berikut.
Lakukan latihan bernapas memakai teknik 4-7-8. Tariklah napas dalam melalui hidung selama 4 hitungan, kemudian tahan selama 7 hitungan (kalau belum terbiasa, lakukan sebisanya saja, ya). Terakhir, embuskan napas dengan perlahan selama 8 hitungan. Lakukan latihan bernapas ini secara berulang, sampai tubuhmu merasa lebih tenang.
Alihkan pikiranmu dengan cara berhitung 1-10 lalu lakukan lagi dengan cara hitung mundur. Boleh juga dengan melakukan hobi santai, seperti misalnya melukis atau menonton film. Cara mengunyah permen karet, menghitung berapa letupan plastik bubble wrap yang kamu pecahkan, membuka buku secara acak dan hitung huruf tertentu yang berada di halaman tersebut juga bisa kamu lakukan.
Tenang dan katakan bahwa dirimu akan baik-baik saja. Yakinkan perasaan takut yang kamu rasakan adalah sebuah kesalahpahaman yang dibuat pikiranmu. Yakinkan bahwa segala sesuatu yang berada di sekitar kamu tidaklah berbahaya. Katakan pada dirimu, bahwa kamu sedang berada di situasi teraman.
Banyak yang bisa kita lakukan untuk memanjakan diri, lho. Seperti minum teh chamomile atau cokelat panas pakai mug kesayangan, mendengarkan lagu dari penyanyi kesukaan, berlama-lama di depan cermin, tiduran di kasur pakai seprai baru, atau mencium wewangian yang lembut. Wah, menyenangkan bukan?
Treat yourself, Sunners! pict by freepik.com
Semoga empat tips keren di atas bisa membantu kita terlepas dari serangan panik yang menakutkan itu, ya. Tapi kalau-kalau kita mengalami serangan panik berulang kali, jangan ragu untuk cerita pada orang tua atau orang-orang terdekat kalian, mintalah bantuan mereka. Juga jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, agar bisa ditangani langsung oleh ahlinya, oke?
Sehat selalu, Sunners!
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.