Majalah Sunday

The Tale of Two Worlds
(Part 03 - Janji)

Penulis: Muhammad Dafa Anugrah – Universitas Negeri Jakarta

Setelah malam raid besar itu, Deva merasa gelisah. Pikiran tentang Nirvana yang menunggunya untuk bicara langsung di akhir raid terus menghantuinya. Hatinya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan: Apa yang ingin Nirvana bicarakan? Apakah dia juga merasakan hal yang sama?

Hari-hari berikutnya, Deva kembali masuk ke Hearts of Luvenia, tetapi Nirvana tidak terlihat. Guild Lovers Destiny tetap aktif, namun Nirvana tidak pernah muncul. Deva mencoba bertanya pada anggota guild lain, namun tak ada yang tahu keberadaannya. Rasa cemas perlahan menguasai pikirannya, dan ia mulai merasa kehilangan sesuatu yang penting.

Di tengah rasa gelisah itu, Noir menyadari perubahan pada Deva. “Dev, kok kamu keliatan nggak seceria biasanya. Ada masalah di rumah atau… Nirvana?”

Deva hanya bisa mengangguk pelan, mencoba tersenyum. “Aku… ngerasa ada sesuatu yang ingin aku bilang sama dia. Tapi dia menghilang setelah raid malam itu.”

Noir tertawa kecil dan menepuk pundak Deva. “Deva… Percaya deh sama aku. Terkadang orang butuh waktu buat paham sama perasaannya. Dia pasti kembali kok.”

Malam itu, setelah hampir kehilangan harapan, Deva melihat nama yang selama ini ia tunggu muncul di layar: Nirvana akhirnya online. Dengan hati yang berdebar, Deva langsung mengiriminya pesan.

Deva: “Nirvana! Akhirnya kamu online juga. Aku sempat mikir kamu nggak bakal kembali lagi.”

Pesan itu disambut dengan jeda yang cukup lama sebelum Nirvana akhirnya membalas.

Nirvana: “Maaf ya, Dev. Aku cuma butuh waktu. Banyak hal yang sedang kupikirkan… termasuk soal kita.”

Melihat ada kesempatan, Deva mengajak Nirvana untuk bertemu di Azure Meadows, tempat mereka biasa berbicara. Begitu mereka duduk, Deva merasa hatinya penuh dengan kata-kata yang sulit diucapkan.

Setelah lama saling terdiam, Deva akhirnya membuka suara dengan pelan dan tenang. “Nir… selama ini, bermain di sini, bersamamu, aku ngerasa kayak menemukan seseorang yang benar-benar mengerti aku. Di dunia nyata, aku nggak punya banyak orang yang bisa menjadi tempat cerita, tapi denganmu… aku ngerasa semuanya berbeda, aku bisa berbagi semua hal sama kamu.”

Nirvana menatap ke arah karakter Deva di layar, tampak ragu untuk membalas. Tetapi, akhirnya ia berbicara. “Aku juga ngerasain hal yang sama, Dev. Tapi… ini juga yang buat aku takut. Kamu tahu kan, dunia nyata dan dunia game itu beda. Di sini aku bisa menjadi diri sendiri, namun saat log out, aku kembali menjadi seseorang yang… penuh tekanan dari orang tuaku.”

Perasaan mereka mulai terbuka di antara kata-kata yang terucap. Ada keinginan untuk membawa semua ini ke dunia nyata, tetapi ada juga ketakutan bahwa semuanya akan berubah. Mereka terdiam, menikmati keheningan dalam dunia maya itu.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul: King, ketua guild Lovers Destiny, bergabung dengan obrolan mereka. King biasanya bukan tipe yang mencampuri urusan orang lain, tetapi kali ini, ia terlihat tersenyum di layar.

King: “Halo, kalian berdua kayaknya butuh bantuan deh. Tahu nggak, perasaan seperti ini gak harus selalu disimpan di dunia maya.”

Deva dan Nirvana sama-sama terkejut, tak menyangka King akan menasihati mereka tentang sesuatu yang begitu pribadi.

King: “Nirvana, Deva… ada saatnya kalian harus berani ngambil langkah keluar dan coba melihat apakah perasaan ini tetap sama jika kalian di dunia nyata. Coba deh ketemu, Biarpun itu cuma sekali. Seenggaknya, kalian akan tahu sama lain dengan lebih baik.”

Deva menatap pesan King dengan perasaan bercampur aduk. Ia merasa takut, namun juga semangat. Nirvana, di sisi lain, terdiam cukup lama.

Deva: “Gimana kalau kita ketemu, Nir? Aku mau tahu, apakah dunia nyata akan membuat semua ini berbeda.”

Setelah jeda panjang, Nirvana akhirnya membalas, meski dengan sedikit keraguan.

Nirvana: “Oke, baiklah… Tapi ingat, cuma sekali ya. Aku nggak tahu gimana reaksi orang tuaku jika mereka tahu. Gimana kalau kita ketemu di taman kota? Tempat itu kayaknya cocok.”

Hati Deva berdegup kencang. Ini adalah kesempatan yang ia harap-harapkan namun tak pernah benar-benar yakin bisa terjadi.

Deva: “Tentu, aku tunggu kamu di sana.”

Saat log out malam itu, perasaan Deva bercampur antara kegembiraan dan kecemasan. Besok, mereka akan melangkah keluar dari dunia game untuk pertama kalinya, bertemu sebagai Deva dan Nirvana di dunia nyata. Pertanyaan besar yang menghantui benaknya: apakah perasaan itu akan sama ketika mereka tak lagi berada di dunia Hearts of Luvenia?

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 142
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?