Menanamkan Jiwa Patriotisme Melalui Pementasan Virtual Teater KataK
“Paman Doblang”Inspirasi Karya W.S. Rendra
Teater KataK merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang berada di bawah naungan Universitas Multimedia Nusantara. Bersama dengan motto “Berani Melompat Lebih Tinggi Melewati Batas yang Ada”, Teater KataK telah berdiri sejak tahun 2009 dengan lebih dari 400 anggota aktif. Tiap tahunnya, Teater KataK selalu mengadakan Pementasan Inagurasi dalam rangka menyambut Kecebong (calon anggota KataK).
Pementasan Inagurasi kali ini pada tanggal 23 Januari 2021 diberi judul “Paman Doblang”, dengan durasi kurang lebih 2 jam. Tidak hanya menampilkan permainan teater, pementasan ini juga menggunakan perpaduan dari berbagai unsur artistik seperti; musik, set properti, kostum, makeup, dan lighting. “Paman Doblang” mengambil dua set waktu yaitu pada tahun 1978 dimana semakin maraknya demonstrasi dan pemberontakan pada pemerintahan orde baru serta tahun 1943 dikala masa penjajahan Jepang di Indonesia terkait dengan Romusha dan Ianfu.
Teater ini menceritakan tentang seorang anak muda yang bernama Damar Wilis yang mengikuti sebuah demo kemudian naasnya dia tertangkap oleh polisi, setelah itu ia dijebloskan kedalam sel tikus dan ia bertemu dengan sesosok orang tua yang misterius bernama doblang. Lalu, doblang yang dipanggil “Paman Doblang”oleh Damar, menceritakan tentang arti perjuangan yang sesungguhnya pada peristiwa pahit di tahun 1943.
Di suatu hari di sebuah desa ada petani yang bernama Timbul dan Wikana mereka sedang duduk-duduk mengobrol seputar desanya. Lalu datang satu orang pemuda bernama Doblang dan istirnya yang bernama Ambar sambil membicarakan hasil pertanian dan tentang Nippon. Tidak lama, setelah itu ada seorang warga yang mengabarkan bahwa tentara Nippon sudah bergerak menuju desa nya. Pada saat itu tentara Nippon bergerak menuju pasar yang dimana Ambar istri dari Doblang dan Inggit anak dari Wikana sedang berada di pasar. Dan mereka berdua serta warga yang berada di pasar bertemu dengan tentara Nippon yang sedang mengumpulkan laki-laki pribumi untuk dijadikan pekerja untuk membangun rel kereta api.
Doblang, Wikana, dan Timbul tidak tinggal diam setelah mendengar tentara Nippon bergerak ke arah pasar. Sesampai nya di pasar Doblang dan dua sahabat nya berbicara dengan jendral Nippon untuk tidak membawa para laki laki di desa untuk dijadikan pekerja romusha. Sayangnya jenderal dan tentara Jepang langsung mengancam dengan senapanya dan tetap membawa paksa para laki laki di desa untuk dijadikan pekerja romusha.
Setelah selang 1 bulan Doblang merencanakan pemberontakan kepada tentara Nippon di saat jam makan siang, setelah berhasil memberontak datang lah jendral Nippon memarahi para tentara Nippon dan memerintahkan untuk melucuti para gadis di desa untuk dikirim ke Jakarta dan siasat untuk menangkap Doblang hidup ataupun mati.
Di saat Doblang sedang berbicara dengan Ambar datanglah Timbul sambil berlarian dan memberi tahu bahwa tentara Jepang mulai bergerak. Doblang pun merencanakan untuk melawan tentara Jepang dengan cara melakukan perlawanan di hutan. Saat Inggit dan Ambar hendak melarikan diri ke desa utara secara tidak sengaja mereka bertemu dengan tentara Nippon. Ambar pun tidak tinggal diam, ia melakukan perlawanan kepada tentara Nippon yang mengepung dirinya. Namun naas Ambar pun tertembak. Tidak lama datanglah Timbul dengan bermaksud melawan para tentara Nippon, ia pun bermaksud untuk melakukan perlawanan juga dengan menantang tentara Nippon untuk berkelahi tanpa senapan, namun tidak lama Timbul pun kalah di tangan tentara Nippon. Inggit yang tengah bersembunyi di hutan pun akhirnya ditemukan oleh tentara Nippon dan tentara Nippon pun segera membawa Inggit ke Jakarta untuk dijadikan pelacur.
Tak lama setelah Inggit diculik, Wikana pun mengetahui anaknya di bawa ke markas Jepang.Wikana pun memohon untuk melepaskan Ingit dengan apa pun caranya dan Jendral Nippon pun memanfaatkan momen ini dengan memerintahkan Wikana untuk membunuh Doblang.
Saat Doblang sedang berada di kuburan Ambar dan Timbul datanglah Wikana. Disaat itu Doblang telah merencanakan untuk melakukan pembalasan terhadap tentara Nippon, tanpa berpikir panjang Wikana pun menyetujui rencana tersebut. Serangan balas dendam yang direncanakan Doblang pun akhirnya bergerak dengan melawan tentara Nippon di dalam hutan. Di awal penyerangan rencana ini pun sukses namun siapa sangka seorang Wikana teman dekat Doblang berkhianat dengan menusuk Doblang ketika Doblang sedang lengah. Namun penusukan tersebut memiliki alasan tersendiri, Wikana melakukan hal tersebut dikarenakan ancaman palsu dari jendral tentara Nippon.
Wikana diancam dengan Inggit sebagai bahan sanderanya. Namun naas Wikana pun dikhianati oleh tentara Nippon dan tentara Nippon pun telah mengirim Inggit ke Jakarta pada saat dini hari. Dengan penuh penyesalan Wikana pun dijebloskan kedalam sel tikus. Tepat setelah menceritakan semuanya sosok Paman Doblang yang ada di sel samping Damar pun menghilang entah kemana. Tak lama Damar pun dibebaskan dari sel tikus tersebut.
Dari teater ini kita dapat mengenal sulitnya memperjuangkan kemerdekaan di tanah air tercinta ini. Dengan adanya teater ini penonton dapat mengetahui letak perbedaan bentuk perjuangan di masa orde baru dan masa kini. Selain itu teater yang berjudul “Paman Doblang” ini sangat menarik hati para penonton dengan adanya tatanan lighting yang mendukung alur cerita. Keren, Sunners!