Sunners, kamu pasti sudah aware akan kemajuan teknologi digital yang pesat, kan? Hal ini merupakan fakta keberadaan yang tidak dapat dihindarkan di abad 21, dan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia.
Kemajuan teknologi sendiri secara tidak sengaja mendorong kita untuk dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Generasi yang lahir di era digital ini biasa disebut generasi Digital Native.
Apa Generasi Digital Native itu?
Digital Native adalah anak-anak masa kini yang merupakan ‘ahli’ dengan bahasa digital komputer, video game, dan Internet. Nah, pelajar dan remaja seperti kita saat ini telah tumbuh dan menjalani seluruh hidup kita di dunia digital yang mencakup hal-hal tersebut. Maka dari itu, gak heran kalau kita sudah sangat familiar dengan perkembangan teknologi, sehingga cepat beradaptasi, merasa nyaman dan fasih dalam menggunakan alat digital. Penghuni generasi Digital Native sendiri adalah Gen Z dan millenial.
Sebagai generasi Digital Native, kita sangat mengandalkan teknologi untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. Kita dapat dengan mudah mengakses sesuatu yang kita inginkan melalui search engine salah satunya seperti Google. Hanya dengan mengetik di kolom pencarian, lalu klik enter, maka semua informasi dari berbagai halaman akan langsung muncul di depan mata kita, kan?
Nah, Sunners, dengan adanya kemudahan akses internet bagi kita dan juga familiarnya kita dengan alat-alat teknologi seperti smartphone dan gadget lainnya, dapat memberikan keuntungan dan memiliki dampak yang baik bagi kehidupan kita, salah satu contohnya seperti mudah mencari informasi yang membantu pelajaran di sekolah. Selain informasi, kita juga mudah mencari hiburan di kala bosan melanda.
Akses Digital Yang Mempermudah Segala Sesuatu
Dengan adanya smartphone dan gadget kita dapat bermain game, streaming film, dan lain-lain. Namun, kemudahan akses internet ditambah dengan alat-alat teknologi yang canggih ini rupanya juga memiliki dampak negatif bagi kita, loh, Sunners. Apabila kita terlalu sering dan tanpa batas menggunakannya—terutama dalam mencari hiburan— kita bisa mengalami fenomena Nomophobia.
Penggunaan smartphone yang tinggi pada usia remaja memberikan dampak pada aktivitas dan pola perilaku keseharian, seperti kehilangan perhatian dengan kehidupan nyata karena cenderung fokus terhadap kehidupan maya, sering berkomunikasi melalui akun media sosial dibandingkan dengan komunikasi secara langsung.
Nomophobia (no mobile phone phobia) sendiri adalah perasaan cemas atau ketidaknyamanan yang kita rasakan ketika kita jauh dari smartphone. Kondisi sosial dan psikologis seperti ini dapat disertai dengan gejala fisik seperti keringat berlebih, kejang, masalah pencernaan dan hingga serangan panik, loh Sunners. Wah, ngeri juga, ya.
Kenali Gejala Nomophobia
Selain gejala fisik yang sudah disebutkan di atas, penelitian dari Augner & Hacker, Gezgin, dan Kateb mengatakan bahwa gejala lain apabila kita mengalami Nomophobia adalah seperti perasaan bahwa kita harus merespon pesan dengan cepat dan juga terus meluangkan waktu sebisa mungkin untuk dan menanggapi pesan. Para remaja yang mengalami Nomophobia juga umumnya sulit berkomunikasi dengan baik, terlebih lagi akan sulit fokus dan berkonsentrasi.
Nah, Sunners, remaja generasi Digital Native seperti kita memang mampu memahami teknologi baru dengan cepat. Disisi lain, kita sangat rentan menyalahgunakannya dikarenakan sebagai remaja cenderung kurang mengontrol perilaku, sehingga lebih rentan mengalami Nomophobia. Nomophobia juga akan merugikan kita dalam prestasi di sekolah. Maka dari itu, batasi dan kontrol penggunaan smartphone, ya, Sunners!
Penulis: Della Vinka Safitri, Universitas Al-Azhar Indonesia