Majalah Sunday

Nella Fantasia (Bagian. 6)

cartoon background with castle on the hill

 

“Kau? Mengapa bisa?” Sunrise tak mampu menggerakkan badannya, ia sangat lemas dan gugup.

“Mengapa bisa?” Laki-laki itu bertanya balik sambil terkekeh kecil. “Jangan takut, aku ada di pihakmu. Ayo ikuti aku,” lanjut lelaki itu.

Para manusia serigala berbisik kecil dibelakang, meragukan apa yang dilihatnya.

“Kau, pangeran Henry dari kerajaan Moon?” Anjo menyergap langkah pangeran Henry. “Untuk apa kau disini, apa rencanamu sesungguhnya?”

“Aku? Hanya ingin membantu putri Sunrise, teman lamaku,” jawab Henry dengan santai. “Aku akan membantu kalian, percayalah,” ia mencoba meyakinkan.

“Bagaimana bisa kami mempercayaimu? Bagaimana kau mengetahui rencana kami?” Madela tak bisa menguasai dirinya, “Kau, tuan putri yang terhormat! Kamu mencoba menghianati kami?”

Henry mencoba melindungi Sunrise, “Kalian kira taktik kalian sempurna? Aku sudah melihat gelagat kalian sejak awal, beberapa penjaga juga mulai curiga. Kalian pikir, teman kalian bisa semudah itu membawa penjaga kami pergi? Tidak. Aku yang membuat penjaga itu pergi, aku hanya mencoba melindungi Sunrise.”

Sunrise terlihat kebingungan dan sedikit tersipu dengan pernyataan Henry. Ia mulai angkat bicara dan mencoba menyakinkan Iris “Aku mengenal Henry sejak kecil, dia sahabatku. Aku yakin ia akan membantu kita, waktu kita tidak banyak. Kita harus memikirkan jalan keluar terlebih dulu.”

“Tapi..” Madela mencoba menyangkal.

“Sudahlah Madela, pikirkan ayahmu. Kau tidak bisa membiarkan ibumu kehilangan dua orang yang dicintainya, bukan?” Anjo mencoba meyakinkan Madela.

Mereka mencoba mengeluarkan tahanan satu persatu, berkat bantuan pangeran Henry, semuanya menjadi lebih mudah.

“Aku hanya bisa membantu kalian sampai keluar gerbang, setelah itu kalian urus sendiri. Kau bisa menjaga dirimu sendiri, kan, Sunrise?” Pangeran Henry menatap mata Sunrise dengan lembut. Sunrise menjawabnya dengan anggukan.

“Bagaimana kau akan pertanggung jawabkan semua ini?” tanya Sunrise khawatir.

“Semuanya akan lebih mudah, aku sudah memiliki rencana. Kau, yakinkanlah aku bahwa kau akan selamat.” Henry menatap Sunrise dengan lembut, sambil mengusap pipinya.

“Aku berjanji,” Jawab Sunrise dengan yakin.

Mereka menggiring para tahanan untuk pergi ke hutan terlebih dahulu. Ketika mereka menuju ke hutan, Anjo menyadari bahwa Enola tidak berada di luar istana.

“Di mana Enola?” Anjo mengkhawatirkannya.

“Kau menyuruhnya pergi lebih dulu, kan?” jawab Madela.

“Ya, tapi, aku kira ia akan menunggu kita di luar.”

“Dia pasti sudah sampai di bar, jangan mengkhawatirkannya, dia serigala kecil yang lincah,” Madela mencoba meyakinkan Anjo.

Madela menghabiskan waktunya dengan sang ayah, ia sangat senang sampai tak bisa bercerita apa-apa selain menangis bahagia. Begitupun dengan sang ayah, ia tak bisa menahan dirinya dari tangis, karena bertemu putri kecilnya.

“Tuan Putri, aku sangat berterimakasih atas kebaikan anda. Terimakasih banyak,” Moree tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih pada Sunrise.

“Sudahlah, Ayah, jangan terlalu berlebihan. Ia hanya membantu 30% dari rencana kami,” Madela berbicara dengan nada sinis.

Sunrise tidak memiliki waktu untuk menanggapi ucapan sinis Madela. Pikiran masih belum tenang, ia takut takdir  itu akan tetap berjalan meskipun ia berusaha mengubahnya. Ia juga mengkhawatirkan Henry. Segalanya telah berjalan dengan lancar, tapi mengapa ia tak juga merasa tenang?

Mereka telah sampai di wilayah teritorial Kerajaan Astro. Para tawanan perang mulai berpencar untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Begitupun Anjo dan Medela.

“Hey, apakah kau berpikir Enola ada di bar?” Anjo bertanya kepada Madela.

“Aku kira, dia sudah pulang ke rumahnya,” jawab Madela. “Sudahlan Anjo, lebih baik kita pulang dan beristirahat. Mari rayakan ini dengan keluarga kita terlebih dahulu, siang nanti, kita rayakan bersama di markas kita,” lanjut Madela, dengan senyum sumringah di wajahnya.

….

“Erik, aku tak bisa menghentikan kegelisahan di hatiku,” Sunrise menemui Erik setelah kejadian semalam, ia menceritakan semuanya kepada Erik.

“Kau mengabaikan nasihatku, Sunrise,” ia merasa di khianati oleh Sunrise. “Kau, tanggung sendiri kegelisahanmu,” Erik enggan menengok ke arah wajah Sunrise.

“Tolong aku Erik, kau adalah orang paling bijaksana di kerajaan ini. Lagi pula, aku melakukan itu untuk kebaikan kerajaan kita, dan semuanya berjalan lancar lalu..” Sunrise berhenti bicara.

“Lalu apa? Menjadi orang paling bijak pun, tak akan membuatmu mendengarkanku. Demi kebaikan kau bilang? Tapi kau tak bisa menghentikan kegelisahan di hatimu. Semuanya memang berjalan lancar, namun jalan yang kau pilih terlalu gegabah. Kita tunggu apa yang akan dilakukan Kerajaan Moon setelah mengetahui hal ini,” Erik yang biasanya tenang, menjadi marah dengan sikap Sunrise.

“Tapi Pangeran Henry telah membantuku, dia menolongku Erik. Semua akan baik-baik saja. Ia sudah memiliki rencana untuk menangani masalah ini, dia berusaha melindungiku, Erik,” Sunrise mengatakannya dengan wajah yang merona, ia terpesona dengan kebaikan pangeran Henry semalam.

Erik menyadari gelagat sang putri, dan ia muak dengan kelakuan Pangeran Henry. “Lihat saja, apa yang bisa Henry lakukan untuk menyelamatkanmu, Tuan Putri,” Erik memasang wajah masam dan pergi meninggalkan Sunrise begitu saja.

Sebuah surat datang dari Kerajaan Moon, surat itu mengajukan protes atas pembobolan penjara kerajaan Moon. Atas protes tersebut, Raja Arthur dari Moon meminta Raja Louis dari Astro untuk menjelaskan kekacauan ini secara langsung di Kerajaan Moon.

Esok harinya, Iris memutuskan untuk melakukan perayaan di markas mereka, sesuai dengan apa yang telah direncanakan kemarin.

“Di mana Enola?” Anjo bertanya pada Madela, tepat setelah wanita itu memasuki bar.

“Aku tidak bersamanya, biasanya ia datang lebih awal,” jawab Madela.

“Ayo kita ke rumahnya,” Anjo segera menarik tangan Madela, dan mengajaknya ke rumah Enola untuk memastikan keadaan gadis itu.

Namun, mereka mendapati Enola belum pulang ke rumahnya sejak semalam. Ibunya mengira kalau Madela menginap di bar bersama teman-temannya. Mendapati hal tersebut, mereka menyadari ada hal yang janggal dari kejadian semalam.

“Hubungi Putri Sunrise, kita serang kembali Kerajaan Moon malam ini!” kemarahan Anjo tak dapat dikendalikan.

….

“Semuanya berjalan lancar, Ayah. Aku telah membuat gadis itu jatuh cinta.” Suara itu terdengar lembut dan licik.

“Kau yakin tidak bertindak gegabah, Nak?” suara selanjutnya terdengar tegas dan acuh.

“Tentu, rencana itu sudah dibuat sedemikian rupa. Sangat mudah mengelabui sekelompok anak muda tak berakal itu,” suara itu diiringi ketawa kecil di akhir.

“Mari kita lihat besok, di pertemuan dengan Kerajaan Astro, apakah kau bisa mengendalikannya dengan baik?” ia meragukannya.

“Tentu saja, Yang Mulia,”

“Aku harus segera pergi, dan mengabarkannya pada putri,” bisik Enola dalam keadaan setengah sadar.

(Berlanjut ke bagian 7)

Nurul Azizah

Universitas Negeri Jakarta

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?