Majalah Sunday

Kenali Emosi Dan Hindari Toxic Positivity

Penulis: Siti Hutami Mahmudah – Universitas Negeri Jakarta

Sebagai seorang manusia yang sempurna, kita pasti memiliki emosi. Emosi yang dimiliki manusia ini beragam, ada emosi senang, sedih, kecewa, marah, haru, dan lain-lain. Emosi-emosi tersebut akan muncul ketika kita mengalami sesuatu. Normalnya, kita akan senang kalau mendapatkan kabar bahagia dan akan sedih, bahkan sampai menangis, kalau mendapatkan kabar buruk. Tetapi sebagian keadaan dan sebagian orang ada yang membuat diri kita terpaksa untuk tetap berada di keadaan positif. Keadaan menutupi emosi lain dengan hanya menampilkan emosi positif ini dinamakan Toxic Positivity.

Sebelum lebih dalam membahas tentang Toxic Positivity, ada baiknya Sunners mengenal terlebih dahulu, apa sih  Toxic Positivity itu? Menurut Konstantin Lukin, salah seorang psikolog dari Amerika, Toxic Positivity adalah sebuah konsep yang menerangkan bahwa berpikir positif merupakan cara tepat untuk menjalani hidup dan hal itu termasuk menolak segala sesuatu yang dapat memicu hadirnya emosi negatif.

Berdasarkan salah satu artikel psikologi di thepsychologygroup.com, Toxic Positivity diartikan sebagai “an act of denial, minimization, and invalidation the authentic of human emotional experience”. Toxic Positivity itu lebih dari sekadar bersikap dan berpikiran positif, melainkan sebuah tindakan menyangkal, meminimalkan, serta menghapuskan perasaan autentik atau perasaan sebenarnya yang dirasakan oleh seseorang.

Toxic positivity bisa datang dari diri sendiri, lingkungan, juga orang terdekat lho, Sunners. Berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk diri sendiri supaya kita tidak terbelenggu dengan Toxic Positivity, yaitu kita harus belajar untuk tidak menyangkal perasaan, memvalidasi perasaan, dan menekankan bahwa terkadang tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja.

Toxic Positivity

Toxic Positivity, pict by canva.com

Tidak menyangkal perasaan dan memvalidasi perasaan

Seperti yang telah dibahas di bagian awal, manusia memiliki banyak emosi. Kita harus mengenal macam-macam emosi terlebih dahulu sebelum bisa merasakannya. Ketika kita mendapat kabar buruk, kita harus belajar menerima emosi yang hadir, seperti sedih, marah, juga kecewa. Begitupun sebaliknya. Penting sekali untuk belajar dan kenal perasaan kita sendiri, karena apapun yang kita rasakan itu benar. Tidak ada luapan emosi yang salah.

It’s okay not to be okay

Tidak ada yang sempurna. Sama halnya dengan keadaan kita. Jadi, terkadang tidak apa-apa untuk merasa tidak-baik-baik saja, Sunners. Yang patut diingat adalah tidak selamanya kita berdiam di satu fase, karena roda kehidupan terus berputar.

Selain cara untuk diri sendiri supaya tidak terbelenggu dengan Toxic Positivity, Sunday juga akan memberikan tips agar kita terhindar menjadi sosok sumber Toxic Positivity. Siapa di antara Sunners di sini yang sering dijadikan tempat curhat oleh teman? Sebagian orang, menceritakan masalah yang dialami merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Nah, jika Sunners dijadikan sebagai tempat untuk bercerita dan berkeluh kesah oleh teman, berarti kalian adalah seseorang yang dipercaya. Apa sih yang TIDAK boleh dilakukan ketika teman sedang curhat?

Memotong Pembicaraan

Ketika teman sedang mengalami kesulitan dan membagikan ceritanya ke kita, yang sangat perlu dilakukan adalah menjadi sosok pendengar yang baik. Biarkan teman kita menyelesaikan cerita dari sudut pandangnya terlebih dahulu dan jangan memotong ucapan mereka meskipun dengan nasihat-nasihat.

Fokus Pada Diri sendiri

Jangan sekali-kali memusatkan diri sendiri ketika teman sedang berkeluh kesah. Menggampangkan masalah teman, merasa menjadi seseorang yang paling menderita, membandingkan masalah kita dengan masalah teman merupakan hal fatal untuk dilakukan. Masing-masing individu memiliki cara pandangnya sendiri terhadap sesuatu, dan kita sama sekali tidak berhak untuk menilai bagaimana teman kita menanggapi suatu masalah.

Mengeluarkan kata-kata positif yang toksik

“Semangat ya!!”

“Pasti ada sisi baik dari semua ini.”

“Masih ada loh yang hidupnya lebih parah dari kamu… ayo bersyukur.”

“Everything will be okay”

“Ayo jangan sedih terus, besok pasti akan lebih baik lagi, kok.” 

Meskipun kata-kata di atas merupakan kata-kata bermakna positif, tapi akan membuat pendengarnya merasa buruk dan membuat mereka menutupi emosi negatif yang dimiliki. Jadi, ayo, kurangi memberi nasihat dengan kata-kata positif seperti di atas dan kata sejenisnya yang memiliki makna sama.

 

Intinya, tidak semua emosi negatif itu buruk dan semua emosi positif itu baik. Semua emosi milik manusia itu benar, asalkan meluapkannya pada keadaan yang tepat dan tidak meluapkan emosi itu secara berlebihan. Yuk, kurangi Toxic Positivity mulai dari diri sendiri, Sunners!

*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 1,507
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?