Pada masa pandemi seperti sekarang ini ternyata tidak menjadi halangan bagi mahasiswa untuk terus belajar, mengembangkan diri, serta terus mengeksplor apa yang menjadi minat mereka.
Pada hari Sabtu, 25 September 2021, Himpunan Mahasiswa Departemen Fisika Universitas Indonesia (UI) melalui kegiatan kemahasiswaan Pesta Rakyat Fisika (PRF) XI mengadakan acara Star Party yang bertema “Black Hole: Sink Into Space and Time”.
Mengingat belum diperbolehkannya melaksanakan kegiatan secara offline, acara Star Party ini dilakukan dalam bentuk webinar dan dilaksanakan secara online melalui platform Zoom Meeting. Berdasarkan tema yang telah disebutkan, acara ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pertama yang membahas topik mengenai black hole dan sesi kedua yang mengamati benda langit secara real time. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 150 peserta yang berada di Zoom Meeting dan lebih dari 200 peserta yang berada di Live Youtube.
Dengan dipandu oleh para MC, acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala Departemen Fisika FMIPA UI, Dr. Djati Handoko, S.Si., M.Si. Dalam sesi pembukaan, Bapak Djati Handoko memperkenalkan pembicara pada acara Star Party kali ini, yaitu Andy Octavian Latief, S.Si., M.Sc. Beliau merupakan seorang dosen fisika di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan peneliti di bidang Physics of Magnetism and Photonics sekaligus alumni Fisika UI angkatan 2006. Tidak lupa, Bapak Djati Handoko juga memperkenalkan moderator pada acara ini, yaitu Dr. Drs. Anto Sulaksono, M.Si. yang merupakan dosen fisika di Universitas Indonesia (UI) sekaligus peneliti di bidang Nuklir dan Partikel.
“A Brief Overview of Black Holes” merupakan judul dari sebuah paparan diskusi yang dijelaskan oleh pembicara pada sesi pertama, yaitu Bapak Andy Octavian Latief. Beliau memaparkan banyak hal mengenai black hole dengan sangat menarik. Bagi mayoritas orang, pembahasan mengenai black hole diekspektasikan sebagai pembahasan yang rumit karena menyangkut pemahaman dengan berbagai rumus-rumus astronomi yang begitu kompleks. Namun, Bapak Andy dapat menjelaskan black hole dengan bahasa yang mudah dimengerti orang awam sekalipun tanpa adanya rumus-rumus yang bikin pusing. Sesuai pernyataan dari Richard Feynman, peraih nobel Fisika pada tahun 1965, “seseorang yang benar-benar paham ilmu fisika akan dapat menjelaskan persamaan fisika yang kompleks dengan bahasa yang sederhana.” dan itu dibuktikan oleh Bapak Andy Octavian Latief.
Perlu diketahui bahwa segala benda yang memiliki massa akan menyebabkan ruang-waktu di sekitarnya menjadi melengkung. Semakin besar massa yang dimiliki suatu benda, maka semakin melengkung pula ruang-waktu di sekitarnya. Ruang-waktu yang melengkung inilah yang disebut sebagai gravitasi. Efeknya, benda yang memiliki gravitasi yang besar akan menyebabkan benda-benda lain dengan massa yang lebih kecil di sekitarnya akan semakin tertarik menuju benda dengan gravitasi besar tersebut.
Fenomena itulah yang terjadi pada benda di sekitar black hole. Black hole merupakan sebuah objek kosmik yang sangat padat karena mengandung massa yang sangat besar sehingga membuat kelengkungan yang sangat besar pula terhadap ruang-waktu di sekitarnya. Fakta uniknya, black hole memiliki ukuran yang sangat kecil dan sampai detik ini tidak yang mengetahui bentuk asli dari black hole. Kata ‘black’ mengandung makna bahwa tidak adanya cahaya apa pun yang dapat lolos dari masifnya gravitasi di black hole. Sedangkan kata ‘hole’ merujuk pada lubang atau kelengkungan ruang-waktu yang dapat menyedot benda apa pun tanpa bisa dikeluarkan kembali.
Saking masifnya kelengkungan ruang-waktu di sekitar black hole, bahkan cahaya pun tidak dapat lolos darinya. Hal ini yang menyebabkan sampai detik ini tidak ada seorangpun yang mengetahui ‘isi’ di dalam black hole. Isi di dalam kelengkungan yang tak terbatas inilah yang disebut sebagai singularitas. Bintang, planet, atau apa pun bahkan cahaya yang masuk ke dalam singularitas ini tidak akan dapat keluar. Tidak hanya itu, menurut teori bahwa ‘mereka’ yang masuk ke dalam singularitas black hole akan hancur tak tersisa karena efek dari kelengkungan ruang-waktu yang menyebabkan benda tersebut ‘melar’ secara terus-menerus.
Fakta menarik lainnya dari black hole yang menyebabkan benda apa pun termasuk cahaya akan terserap ke dalam singularitas black hole adalah adanya daerah yang disebut event horizon. Event horizon adalah sebuah daerah di sekitar black hole yang apabila sebuah benda masuk ke dalam daerah ini akan menyebabkan benda tersebut tidak dapat keluar lagi karena saking masifnya lengkungan ruang-waktu yang terbentuk oleh black hole. Oleh karena itu, black hole hanya berbahaya jika didekati. Jadi, jangan sekali-sekali mendekati black hole kalau kamu tidak mau terhisap ke dalamnya.
Gambar di atas adalah sebuah fenomena black hole yang pertama kali dapat diabadikan oleh umat manusia pada tahun 2019 lalu. Gambar ini diambil dengan bantuan delapan teleskop berbeda yang tersebar di seluruh dunia. Teleskop yang khusus untuk mengamati dan mendeteksi fenomena black hole ini disebut dengan Event Horizon Telescope (EHT). Sementara delapan teleskop yang terlibat adalah ALMA, APEX, IRAM, James Clerk Maxwell Telescope, Large Milimeter Telescope Alfonso Serrano, Submillimeter Array, Submillimeter Telescope, dan South Pole Telescope. Black hole ini terletak di Galaksi Messier 87 yang berjarak 55 juta tahun cahaya dari bumi, memiliki luas 40 miliar kilometer persegi atau 3 juta kali lebih besar dari Bumi, dan lebih besar dari Galaksi Bima Sakti.
Sampai saat ini, pembahasan mengenai black hole masih sangat diminati di kalangan para ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya hal yang masih menjadi misteri mengenai black hole. Salah satunya adalah mengenai singularitas di dalam kelengkungan ruang-waktu black hole. Prinsip black hole yang dapat melengkungkan ruang-waktu dengan kecuraman yang tak terbatas memunculkan potensi teori mengenai fenomena worm hole atau lubang cacing. Dengan memanfaatkan worm hole, apabila ilmuwan dapat mengetahui dan memahami misteri di balik singularitas black hole maka kemungkinan teknologi mesin waktu atau pesawat perjalanan antariksa yang banyak dijadikan film Sci-Fi yang kita ketahui selama ini akan dapat diciptakan. Namun, sekali lagi ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Sesi kedua yang tidak kalah menarik adalah sesi observasi benda langit yang dipimpin oleh Kak Mila Izzatul Ikhsanti sebagai perwakilan dari Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) sekaligus seorang alumni Fisika UI angkatan 2012. Beliau bekerja di Planetarium dan Observatorium Jakarta dan pada sesi kali ini beliau mengamati sekaligus menjelaskan fenomena benda-benda yang ada di luar angkasa melalui aplikasi Stellarium. Peserta yang hadir pada acara Star Party kali ini begitu antusias terbukti dari banyaknya pertanyaan yang muncul di kolom chat Zoom Meeting hingga total mencapai lebih dari 15 pertanyaan.
Itulah beberapa ringkasan mengenai rangkaian acara Star Party kali ini yang bertema “Black Hole: Sink Into Space and Time”. Tentunya, banyak sekali manfaat yang dapat diambil pada acara kali ini. Semoga acara Star Party ini dapat menambah wawasan mengenai benda-benda yang ada di luar angkasa kepada seluruh teman-teman peserta dan yang menyaksikan acara Star Party ini.