Siapa sih yang nggak tau Mumi Batak? Salah satu mumi terkenal ini berada di Desa Tambunan Baruara, kec. Balige, Kab.Toba, Sumatera Utara. Mumi Batak memang menarik untuk dikulik, karena ternyata menyimpan kisah tersendiri lho Sunners.
Mumi Batak hanya memiliki 1 mumi yaitu Raja Pandua Elam, dan ini bukan tradisi dari keluarga Raja Pandua Elam. Keturunan dari Raja Pandua Elam yaitu Pak Pagar Tambunan yang sekarang menjaga makam Raja Pandua Elam. Namun, Pak Pagar Tambunan tidak tahu sama sekali apa yang membuat mumi Raja Pandua Elam tetap awet.
Mumi tersebut bernama Raja Pandua Elam, lahir tanggal 05-07-1844, ia anak pertama dari Raja Ihutan. Tahun 1889 Raja Ihutan yang menerima kekristenan dari misionaris Jerman dan singkat cerita dibaptis lah Raja Ihutan tadi di Rumah Sopo Parsaktian. Setelah dibaptis ia berganti nama menjadi Tambun Mulia Tambunan.
Tahun 1902, Raja Ihutan meninggal dunia, jadi Raja Pandua Elam yang terpilih menjadi raja meneruskan kerajaannya.
Pada masa pemerintahan Raja Pandua Elam, masyarakat Tambunan sangat senang karena Raja Elam sangat baik. Tahun 1919 Raja Pandua Elam bersama dengan saudara-saudaranya membangun makam Raja Ihutan dan Raja Panalasa.
Tahun 1920, Mereka membuat acara pesta dalam bahasa batak disebut Batu Napir yang dilakukan 7 hari 7 malam. Yang mereka sediakan berupa lembu dan kerbau pesta ini di tempat Raja Pandua Elam, pada saat pesta itu Raja Pandua Elam menyampaikan pesan kepada anaknya dan saudara-saudarinya, bahwa ketika Raja Pandua Elam meninggal, ia harus di samping Raja Ihutan, tetapi dia tidak dikubur di dalam tanah.
Raja Pandua Elam sangat banyak melakukan hal-hal yang bermanfaat saat masa hidupnya seperti beliau yang membangun perairan untuk sawah bernama SABAGODANG di Baruara.
Tahun 1929, Raja Pandua Elam meninggal dunia. Tetapi sampai hari ini Raja Pandua Elam masih seperti orang yang sedang tidur; daging masih lengket ke tulang, rambutnya lengket ke kepala, jasnya belum robek, tidak seperti mayat – mayat lain yang harusnya tinggal tengkorak. Jika dihitung umur muminya sudah 93 tahun. Peti Raja Pandua Elam terbuat dari kayu pinasa (kayu nangka), dan petinya juga masih kokoh tidak ada busuk di bagian manapun.
Tertarik dengan berbagai tradisi Batak dan potensi wisatanya? Simak rinciannya berikut ini ya!
- Gondong Naposo
Salah satu jenis tarian muda – mudi mitosnya tradisi ini untuk mencari jodoh.
- Mangulosi
Tradisi batak mistosnya, untuk mengulosi dilakukan ketika selesai acara pernikahan dengan proses mengalungkan ulos ke pundak orang lain.
- Mengokkal Holi
Ritual menggali makam leluhur dan memindahkan tulang belulang ke tempat pemakaman yang baru sebagai bentuk penghormatan.
- Monortor
Acara adat seperti tortor, bonajeges, tortor sihutur sanggul.
- Margondang
Masyarakat batak mempunyai alat musik khas seperti, hasapi, gondang, suling, sarune.
- Martutur/Martarombo Marga
Tradisi ini saling mengenal margamu apa dan marga kalian apa. jika sudah bertemu dengan silsilah marga nya kita tahu panggil apa ke orang tua nya nantulang/amang horu/bapauda.
- Mandok Hata
Seperti biasa, ketika acara tertentu dan sering juga mandok hata acara pergantian malam tahun baru biasanya orang batak berkumpul membuat acara dan mandok hata.
Kuliner Khas Batak
- Niarsik
- Napinadar
- Mie Gomak
- Nanitombur
- Naniura
- Sirapege
- Saksang
- Dalini Horbo
- Manuk Na Pinadar
- Lappet
- Tipa – Tipa
- Ombus – Ombus
- Itak Tata
- Pohuk Pohul
Tempat Wisata Yang Dapat Dikunjungi :
- Bukit Gibeon (Sibisa, Ajibata)
- Taman Eden (Aek Natolu)
- Bukit Holbung (Samosir)
- Pantai Bebas (Parapat)
- Pagoda Parapat
- Bukit Sibea Bea (Samosir)
- Batu Hoda (Samosir)
- Paropo
- Air Terjun Situmurun (Kec Lumban Jalo Desa Situmurun)
- Bakkara
- Menara Pandang Tele (Samosir)
- Bukit Indah Simanjarunjung (Desa Batubayu, Simalungun)
- Air Terjun Efrata (Sosor Dolok Samosir)
- Desa Wisata Tomok (Samosir)
- Desa Lumban Suhi Suhi (Samosir)
- Pulau Tulas Samosir
- Gunung Pusuk Buhit
- Pulau Sibandang (Muara Taput)
- Tara Bunga (Tampahan)
- Caldera Toba (Sibisa)
- Desa Gantung (Parapat)
- Geosite Sipinsur
- Huta Ginjang
- Huta Tinggi
Reporter: Lola Dwi Ayu, Famelsya Salsabela, Fara Safila (Institut Bisnis Nusantara)