Penulis: Nur Anisah-UNJ
Sri Ayu Ningsih adalah seorang gadis desa memiliki paras yang cantik dan berhati baik. Keseharian Ayu fokus membantu Ibunya bekerja di lahan pertanian milik kerabat dekat ibu. Sejak Ayu kecil, ia sudah ditinggal oleh ayahnya. Ayah pergi entah ke mana, meninggalkan Ibu, Ayu, dan Bunga Putri Ningsih Kakak satu-satunya yang dimiliki oleh Ayu.
Kepribadian Ayu dan Bunga sangatlah berbeda. Ayu yang selalu membantu ibunya bekerja, membereskan rumah, dan sangat perhatian kepada ibunya. Sedangkan Bunga, seorang gadis yang hanya bisa berkaca di depan cermin, berdandan, menghabiskan uang untuk memenuhi gaya, dan tidak tahu akan pekerjaan. Setiap kali Ibu meminta Bunga untuk membantunya, Bunga selalu menolak, membantah, dan pasti akan memberikan tugas tersebut kepada adiknya.
Teks terkait gambar, pict by canva.com
“Bunga.. Bunga… tolong bantu ibu, nak” Teriak ibu dari halaman belakang rumah.
“Apa, si buk! Berisik tau, kenapa harus teriak-teriak emangnya aku tuli”
Sontak ibu terkaget mendengar bentakan dari anaknya itu.
“Itu Bunga, ibu minta tolong kamu masakkan sayur ini untuk ibu bawa ke sawah. Adikmu belum makan, kasian dia kepanasan”
“Idih, ogah! Suruh aja masak sendiri. Aku aja nahan laper bu di sini” pergi meninggalkan ibu.
Kampung Ayu dan Bunga sangatlah sepi. Semak-semak masih semarak di halaman, dan pohon-pohon besar terlihat seperti hutan menghiasi kampung ini. Untuk menyusuri jalanan dari desa ke kota masih jarang ditemui tranportasi. Para petani, ketika ingin menjual hasil panennya, harus berjalan atau menitip kepada salah seorang yang mempunyai kendaraan untuk menjual ke pasar.
Teks terkait gambar, pict by canva.com
Klentang.. klenteng.. ibu berjalan membawa rantang makanan untuk disantap bersama Ayu di sawah.
“Ndokk, istirahat dulu. Ayo kita makan” Melambaikan tangan dan duduk di pendopokan.
“Makasih loh buk, udah bawain Ayu makan siang. Kakak gimana buk, udah makan juga?”
“Ibu bingung sama Mbakmu itu loh. Kerjaane dandan, belanja, berkaca, gapernah ada kerjaan lain”
“Wess tohh buk, sing penting Mbak bahagia. Ibu kan ada Ayu, jadi ibu gausah khawatir yo”
“Syukur ibu punya kamu, wis ayu, baik, lembut, semoga kamu bisa ketemu jodoh yang baik juga ya” Mengelus rambut Ayu dengan penuh kasih sayang
Sebuah sore yang mengubah jalan kehidupan keluarga Ayu. Dari kejauhan ibu dan Ayu melihat ada sekumpulan asap berkumpul mengelilingi atap salah satu rumah, terlihat cahaya yang bersinar terang berwarna merah kekuning-kuningan dari balik atap rumah yang ternyata kami tinggali. Lamunanku, tersadar ketika orang-orang yang tinggal di dekat rumah mereka berteriak “Kebakaran…! Kebakaran…!
Teks terkait gambar, pict by canva.com
“Yu, di dalam ada mbakmu Yu. Bunga terjebak di dalam” salah seorang warga memberitahu Ibu dan Ayu yang baru saja datang dan melihat keadaan rumahnya yang hampir tak tersisa.
Tanpa pikir panjang, Ayu berlari menjantuhkan semua barang yang dipegang olehnya, dan menerobos kumpulan asap tebal dan api yang masih berkobar.
Dibantu orang yang ada di sekitar, Ayu membopong tubuh kakaknya yang sudah lemas dan memiliki luka bakar yang serius.
Ayu tidak memperdulikan keadaan dirinya, Ayu berteriak untuk meminta bantuan warga membawa kakaknya ke klinik terdekat.
Teks terkait gambar, pict by canva.com
Ayu dan Ibu harus sabar dan ikhlas, menerima kenyataan bahwa keadaan Kak Bunga sudah tidak sempurna seperti dulu kala. Bunga mengalami luka bakar yang serius, yang menyebabkan kelumpuhan pada dirinya
Dengan penuh hati yang tulus, ikhlas, dan sabar. Ayu harus menjadi tulang punggung untuk keluarganya. Ibu sudah tidak bekerja lagi, karena sakit-sakitan setelah kebakaran rumah itu terjadi dan keadaan Kak Bunga yang hanya bisa terbaring.
Ayu benar-benar perempuan yang berparas cantik dan berhati mulia. Ayu rela untuk bekerja banting tulang, tidak memikirkan diri sendiri, menjaga dan merawat ibu, kakaknya sendirian.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.