Majalah Sunday

Si Paling Spesial

Senin. Ya, banyak orang enggan untuk menjalani hari Senin. Begitu pun Novia, siswa SMA kelas X yang tidak bersemangat mengawali hari Seninnya, ia malas untuk belajar di sekolah karena malu dengan wajahnya yang ditumbuhi banyak jerawat, “Nov, bangun. Ini sudah jam berapa?! Nanti kau terlambat masuk sekolah!” seru ibunya yang sudah beberapa kali berusaha membangunkan Novia, Namun, Novia tak jua meninggalkan tempat tidurnya.

“Aku tidak bersemangat untuk sekolah, Bu. Aku malu dengan jerawatku ini.” ucap Novia.

“Nak, tidak usah malu, kamu ini cantik. Jadi kamu harus percaya diri, ya.” bujuk sang Ibu.

Akhirnya dengan berat hati Novia bangun dari tempat tidurnya dan beranjak ke kamar mandi, bersamaan dengan itu ibunya menyiapkan sarapan dan seragam sekolah untuk Novia, “Bu, sarapan pakai apa?” tanya Novia yang sudah selesai mandi, “Ini ibu masak nasi goreng kesukaan Novia” jawab sang ibu. Novia segera menghabiskan sarapannya dan berangkat ke sekolah dengan menaiki sepeda yang ia miliki. 

Sesampainya di sekolah, ia merasa minder dengan wajah teman-temannya yang bersih dan berkilau, “Kok wajah teman-temanku cantik dan bersih, ya? aku jadi tambah nggak percaya diri dekat sama mereka.” Ujar Novia dalam hatinya.

“Eh, Nov. Wajahmu kalau dilihat-lihat semakin banyak, ya jerawatnya.” ucap Maya teman sebangkunya.

Novia hanya tersenyum atas ucapan temannya itu, “Kalau aku sih rajin merawat wajahku, aku memakai skincare routine.” lanjut Maya.

“Iya, aku juga merawat wajahku kok, memang jerawatnya saja yang ingin muncul dipermukaan wajahku, jadi aku harus bagaimana?” jawab Novia sinis.

Maya tidak melanjutkan bicaranya, ia merasa telah membuat Novia sakit hati. Namun, ia tetap saja abaikan perasaan Novia dengan tidak meminta maaf atas ucapannya itu.

 

Bel istirahat sudah terdengar, Opik teman sekelas Novia, yang merupakan salah satu cowok terganteng di kelas, berniat ingin meminta makanan yang telah dibeli oleh Novia di kantin, “Eh, eh! Nov, mau dong seblaknya.” ucap Opik. Novia memberikan mangkuk makanannya kepada Opik. Namun, belum sempat dimakan oleh Opik, ia berkata, “ Nov, muka kamu kenapa? kok merah-merah gitu, gede banget lagi jerawatnya, hahaha.” Ucap Opik mengejek Novia. 

Novia merasa sedih atas ucapan Opik, lalu datanglah Putri, Dinda, dan Karina, “Ada apa, nih? kayanya seru.” ucap Dinda.

“Tuh liat mukanya si Novia, merah banget dan jerawatnya gede banget kayak bisul, ups hehe.” ujar Opik.

“Eh, Opik, nggak boleh kayak gitu.” ujar Putri

“Tapi memang benar, sih. Kamu salah pakai skincare, Nov? sampai wajahmu seperti itu?” tanya Dinda.

Ngga kok,” jawab Novia, tertunduk malu.

“Mungkin masa pubertas, Karina juga saat pubertas kelas VII SMP, Karina banyak jerawat, tapi Karina obati saja dengan air wudu, Dengan rajin berwudu alhamdulillah muka Karina menjadi seperti sekarang ini.” jawab Karina dengan sedikit menyombongkan dirinya.

“Oh, apa cuma aku, ya? walaupun aku sudah mengalami masa pubertas tapi jerawatku tidak sebanyak itu, aku itu kalau tumbuh jerawat hanya 1 atau 2, gitu deh! Benar juga kata Kirana, air wudu itu ampuh untuk menghilangkan jerawat, ya rajin-rajin wudu aja makanya” sahut Dinda merasa paling spesial.

“Iya, aku sih nggak pakai skincare seperti kebanyakan wanita, cukup air wudu aja.” jawab Kirana yang terus membanggakan dirinya.

“Iya kalian cantik-cantik walaupun tanpa skincare, berbeda dengan Novia. Canda Novia, haha!” jawab Opik, ia tidak jadi memakan seblak milik Novia, dan menaruh mangkuk tersebut di atas meja.

“Opik, jaga ucapanmu, ya! aku juga tidak menginginkan wajah seperti ini!” ucap Novia sambil menahan air matanya yang ingin menetes.

“Sudah, Novia. Tidak usah didengarkan ucapan Opik.” ucap Putri sambil mengelus pundak Novia. Akhirnya bel kembali berbunyi, menandakan waktu istirahat sudah habis. Mereka pun kembali ke tempat duduknya masing-masing.

 

 Waktu terus berputar, sampai akhirnya tiba waktu pulang sekolah. Ketika keluar dari ruang kelas, Novia berjumpa dengan Loli, teman sekolahnya yang berbeda kelas. “Hai, Novia.” Sapa Loli.

“Eh, Loli.” ucap Novia sambil tersenyum.

“Kamu pulang sekolah naik apa?” tanya Loli.

“Aku naik sepeda,” jawab Novia.

Novia memperhatikan wajah Loli yang tetap putih dan bersih saat pulang sekolah, Novia ingin bertanya rahasia kecantikan Loli.

“Loli, wajahmu kok tetap putih bersih walaupun sudah setengah hari di sekolah?” tanya Novia.

“Oh, iya. Aku cuma pakai bedak bayi aja kok.” jawab Loli.

lagi-lagi.” ucap Novia dalam hatinya.

“Memangnya kenapa?” tanya Loli.

Gapapa kok, aku duluan, ya.” jawab Novia dan bergegas pergi meninggalkan Loli.

 

Saat perjalanan pulang ke rumah, Novia merasa sedih atas perlakuan teman-temannya itu. Ia juga ingin memiliki wajah yang cantik. Novia meneteskan air mata tak peduli di perjalanan orang lain melihatnya, ia tidak sanggup menerima perkataan teman-temannya di sekolah.

 

“Assalamualaikum, Bu. Novia pulang.” ujar Novia saat tiba di rumah.

“Waalaikumussalam, eh! kamu habis nangis?” tanya sang ibu.

“Bu, teman-teman Novia sangat jahat, Bu.” ucap Novia.

“Jahat kenapa, sayang?” lirih ibu.

Pick me girl, Bu.” jawab Novia.

“Maksudnya apa, Nov?” tanya Ibu kebingungan.

“Mereka mencoba membandingkan dirinya dengan Novia, ada yang bilang Novia tidak merawat wajah seperti dirinya, kemudian temanku, Karina. Ia bilang saat dirinya merasakan masa pubertas dan ditumbuhi banyak jerawat ia rajin berwudu dan jerawatnya hilang, seolah mengatakan bahwa Novia ini jarang berwudu, terus ada teman Novia juga yang mengejek kalau muka Novia merah-merah, dan jerawatnya besar seperti bisul, lalu saat Novia mencoba bertanya kepada teman Novia yang berbeda kelas mengenai rahasia kecantikannya, ia bilang hanya memakai bedak bayi, Bu.” Ucap Novia, dan tak terasa air matanya kembali menetes.

Ibu memeluk Novia, “Nanti Ibu bantu carikan obat agar wajah Novia bisa sembuh dari jerawat, ya. Novia sabar dulu sekarang dan janji nggak boleh nangis lagi.” bujuk sang ibu dan tersenyum.

“Makasih, ya Bu.” ucap Novia.

 

Hari-hari terus dilalui, sang ibu berusaha mengobati wajah Novia, agar bisa kembali bersih dan sehat, akhirnya dengan berusaha dan berdoa, wajah Novia dapat sembuh dari jerawat. Kini wajahnya mulus dan bersih, tidak ada satu pun jerawat di wajahnya. Teman-temannya yang melihat wajah Novia merasa tercengang dan ingin tahu rahasia terbebas dari jerawat.

“Eh, Nov. Jerawatmu semakin lama sudah tidak ada, ya? Aku perhatikan makin ke sini kamu makin cantik.” ucap Putri dengan tersenyum.

“Iya alhamdulillah, Put. Dengan usaha dan doa.” jawab Novia dan membalas senyuman Putri.

“Oalah bisa juga, ya jerawat hilang, kirain akan permanen di wajahmu.” ucap Dinda. 

Novia mengabaikan ucapan Dinda, berharap suatu hari nanti Dinda dapat merasakan apa yang Novia rasakan.

 

Beberapa minggu kemudian, Dinda hadir ke sekolah dengan memakai masker. “Din, tumben pakai masker.” ucap Kirana.

Dinda tidak menjawab ucapan Kirana. Bel sekolah sudah terdengar, pertanda waktu belajar mengajar akan dimulai. Ketika guru memasuki kelas, guru meminta Dinda agar melepaskan maskernya. Akhirnya, Dinda melepaskan maskernya itu, dan teman-teman yang melihat wajah Dinda pun kaget karena wajah Dinda dipenuhi dengan jerawat dan kemerahan.

“Ya ampun, Dinda! Kenapa wajahmu?” tanya sang guru.

“Tidak apa-apa, Bu.” jawab Dinda, hatinya merasa gundah dan malu dengan teman-temannya, terutama dengan Novia.

“Ya sudah, kita lanjutkan belajarnya.” ujar sang guru.

 

Mereka pun melanjutkan proses belajar mengajar, saat bel istirahat tiba. Teman-teman menemui Dinda, dan banyak pertanyaan yang diberikan kepada Dinda mengenai jerawatnya itu. Kemudian Dinda menemui Novia, dan bertanya, “Nov, waktu jerawat kamu banyak, kamu obati pakai apa? Boleh kasih tau aku?” tanya Dinda dengan wajahnya yang memelas.

Tanpa berpikir panjang lagi, Novia berkata, “Aku sih cuma pakai air wudu aja, sering-sering wudu aja makanya.” Novia tersenyum, kemudian pergi ke kantin untuk menjauhi Dinda.

Dinda yang mendengar ucapan Novia merasa tertampar, ia ingat ucapan yang pernah ia ujarkan kepada Novia, Dinda sadar telah menyakiti hati Novia.

“Din, yang sabar ya. Mungkin Novia masih sakit hati atas ucapanmu saat dia jerawatnya banyak.” Ucap Putri sambil mengelus pundak Dinda.

“Iya, aku sadar sekarang. Ternyata sakit, ya ketika orang lain berkata seperti itu kepada kita.” ucap Dinda.

“Iya, aku juga sadar. Kita nggak boleh berkata apapun yang menyakiti hati teman kita, apalagi jika sedang dilanda penyakit atau musibah, seharusnya kita memberikan semangat.” ujar Kirana.

“Oke, kalau gitu. Nanti kita minta maaf sama Novia, ya.” ucap Putri

Semuanya mengangguk menandakan setuju, dan ketika Novia sudah kembali ke kelas, Dinda dan teman-teman meminta maaf atas ucapan dan perbuatannya selama ini. Mereka sadar atas segala hal yang telah melukai hati Novia. Akhirnya Novia pun memaafkan mereka, dan memberikan cara-cara menghilangkan jerawat kepada Dinda yang selama ini dilakukan oleh Novia.

 

SELESAI 

 

Hamidah-Universitas Negeri Jakarta 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?