Melihat Lebih Dekat SMAN 113 Jakarta di Jakarta Timur

Sunners, tahu nggak sih dulunya SMAN 113 Jakarta itu adalah Sekolah Pendidikan Guru atau biasa disingkat menjadi SPG, lho! Mungkin kebanyakan Sunners di sini yang termasuk Generasi Z agak asing dengan istilah SPG, karena memang sekolah yang bertujuan untuk melatih para siswa tingkat menengah atas untuk menjadi guru ini adanya hanya di zaman Orde Baru saja. Nah, mulai masuk ke masa reformasi, beberapa Sekolah Pendidikan Guru mulai diganti menjadi perguruan tinggi keguruan.

Lalu, bagaimana dengan Sekolah Pendidikan Guru yang menjadi cikal bakal SMAN 113 Jakarta? Awalnya, SPG 7 yang menjadi lokasi sekolah ini terlebih dahulu berubah menjadi SMU Lubang Buaya yang berinduk pada SMAN 48 Jakarta. Nah, pada tanggal 5 September 1990 akhirnya terbentuklah SMAN 113 Jakarta sekaligus menjadi penanda bahwa sekolah tersebut memisahkan diri dari induknya, yaitu SMAN 48 Jakarta. 

Saat ini, SMA Negeri 113 merupakan sekolah negeri yang mengantongi akreditasi A, dengan mengambil lokasi di Jalan Al Baido I/Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Adapun pilihan jurusan yang bisa Sunners pilih ada tiga, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa.

Wah, akhirnya kita sampai juga nih ke bagian yang paling ditunggu, yaitu review SMAN 113 Jakarta langsung dari alumnusnya! Kali ini, kami mengajak seorang alumnus yang saat ini merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi di salah satu PTN di Jakarta yang biasa dipanggil Khoi. Langsung saja baca review-nya, yuk!

Soal pengalaman, Khoi merasa selama bersekolah di tempat ini, dirinya kerap merasakan pengalaman yang penuh suka dan duka, tapi secara keseluruhan sih menyenangkan! Selain dikelilingi oleh banyak teman yang seru, selama bersekolah di sini juga dirinya dibimbing oleh guru-guru yang friendly dan paham bagaimana cara menarik minat belajar para muridnya. Ngomongin soal pembelajaran, Khoi merasa di sekolah ini kualitas pengajaran dari para guru amat bagus. Pembelajaran nggak selalu monoton diadakan di dalam kelas, tetapi juga diadakan di luar kelas agar siswa tidak mudah bosan.

Nah, kalau soal ekstrakulikuler, dulu Khoi aktif di seni tari dan Rohis, lho! Baginya, kedua ekskul tersebut sangat bermanfaat bagi jasmani dan juga rohani. Kegiatan ekstrakulikuler di SMA Negeri 113 makin terasa seru karena pihak sekolah benar-benar memperhatikan soal tempat berlangsungnya kegiatan. Di sini, tiap ekstrakulikuler punya tempat sendiri, jadi say no to rebutan tempat, hihi!

Hal lainnya yang Khoi sukai adalah akses transportasi yang sangat easy! Dari pengalamannya, cukup dengan naik angkot dari rumah ke sekolah selama 10 menit saja dirinya sudah sampai. Oh iya, bicara soal transportasi ke SMA Negeri 113, Sunners juga bisa lho menggunakan moda transportasi umum lainnya seperti bus Transjakarta atau angkot Jaklingko, tentunya menyesuaikan kembali dengan preferensi pribadi dan juga lokasi rumah kalian, ya!

Terakhir, hal yang paling berkesan bagi Khoi adalah bagaimana para guru sangat aktif dalam membimbing siswanya untuk mempersiapkan manuver untuk kehidupan setelah lulus sekolah. Contoh tindakan nyatanya, tiap semester para siswa selalu diingatkan soal nilai, jurusan, dan peran para alumni untuk lanjut ke jejang perguruan tinggi. Saat kelas 12, para siswa sering dikumpulkan untuk mengikuti sosialisasi agar lebih terarah. Berdasarkan pengalaman Khoi dulu, nilai-nilai siswa ditampilkan lalu dibantu untuk menentukan pilihan jurusan agar tidak menumpuk atau sama dengan jurusan yang ranking-nya lebih tinggi. Saat itu juga Khoi dan teman-temannya selalu diberi sesi konsultasi khusus bagi yang ingin bertanya tentang kampus dan nilai di luar jam pelajaran.