Penulis: Masya Hanifa Putri – UNJ
Di bawah langit yang gelap, muram dan hampa
Tiang-tiang berdiri, memancang tubuh tak bersalah.
Darah mengalir menjadi tinta di lembar-lembar konstitusi.
Sementara kau, duduk tenang di singgasana yang basah.
Api yang sejak dulu berkobar
Kini membakar suara membungkam jerit yang dipaksa.
Tanpa pedang, hanya alur dan janji
Cukup untuk mengaburkan nalar, menjerat perlahan di pusara.
Tiap zaman selalu terjerat oleh dahaga kuasa.
Dan takhta yang kau bangun selalu bertanya,
Siapa korban yang kini harus dihaturkan sebagai persembahan fana?
Ladang tandus, hutan-hutan kian menyusut sirna.
Namun kau sibuk merayakannya di altar-altar megah.
Sementara kami, bak abu yang beterbangan tak berjiwa.
Dipaksa memikul dosa oleh tangan-tangan yang berdarah.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.