Penulis: Lilis Anggraeni – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Istilah perfeksionis berasal dari kata serapan bahasa Inggris, yaitu perfection yang berarti kesempurnaan. Dari arti kata tersebut bisa kita ketahui bahwa sifat perfeksionis menggambarkan sosok individu yang selalu menginginkan kesempurnaan dalam hal apapun.
Lebih jelas artikel ini akan membahas mengenai, apakah punya sifat ini aman atau bahaya bagi kesehatan mental? Simak ulasannya berikut.
Ilustrasi seorang wanita mengamati penampilannya di depan cermin, pict by canva.com
Seseorang yang memiliki sifat ini cenderung selalu berusaha untuk menampilkan kesempurnaan dalam hal apapun. Selain itu, seseorang yang perfeksionus juga seringkali menetapkan standar yang sangat tinggi, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Itulah mengapa mereka cenderung mengkritik diri sendiri dan orang lain jika menurutnya tidak sesuai standar yang diinginkan.
Adapun dua jenis sifat perfeksionis seperti berikut:
Individu dengan tipe perfeksionis ini termasuk dalam kategori perfeksionis yang sehat dan terorganisir. Meskipun mereka memiliki standar yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, tetapi mereka tidak menunjukkan reaksi berlebihan saat hasil atau keinginan tidak mencapai standar yang diharapkan.
Justru mereka cenderung lebih fokus pada hal positif dengan memotivasi seseorang untuk melalukan sesuatu dengan baik. Maka dari itu, cara mereka mengkritik bersifat membangun bukan menjatuhkan sesama. Dalam perspektif psikologis, sifat perfeksionis jenis ini biasanya menunjukkan perilaku positif, seperti berprestasi, kinerja aktif dan baik, dan sebagainya.
Jenis perfeksionis ini tergolong ekstrem dan tidak sehat. Dikatakan tidak sehat karena cenderung menuntut diri sendiri atau orang lain untuk memahami standar tinggi yang ia harapkan. Akibatnya, sifat perfeksionis jenis ini dapat menyebabkan stress bahkan berujung depresi.
Oleh karena itu, jenis perfeksionis ini membuat seseorang mengalami gangguan kesehatan mental, seperti merasa tidak bahagia, overthinking, merasa rendah diri, gangguan makan, hingga insomnia.
Tidak dipungkiri, meski sifat perfeksionis sering dikaitkan dengan tantangan dan dampak negatif. Namun, ada beberapa sisi positif yang akan kita dapatkan terlebih jika sifat tersebut tergolong positif dan terorganisir, seperti berikut:
Seseorang dengan sifat perfeksionis seringkali terdorong untuk mencapai standar yang tinggi. Untuk mencapai standar tersebut, mereka didorong untuk berusaha ekstra dan berkomitmen terhadap hasil yang baik.
Selain memiliki motivasi tinggi, mereka juga sangat disiplin saat mengerjakan suatu hal dan konsisten demi mencapai hasil yang diinginkan.
Orang bersifat perfeksionis seperti ini umumnya cenderung sangat teliti dan akurat saat melakukan pekerjaan mereka. Maka dari itu, mereka selalu berfokus pada detail dan memastikan keakuratan untuk mecapai asil yang diharapkan.
Sifat tersebut selalu menginginkan kesempurnaan membuat mereka berambisi yang tinggi dan perencanaan yang cermat. Maka tak heran bila mereka memiliki tujuan yang jelas dan mampu berusaha keras untuk mencapainya.
Kecenderungan mereka yang sering memperhatikan detail membuat mereka menjadi sosok yang cermat dalam mencari solusi dalam berbagai kondisi.
Individu yang perfeksionis memiliki keterampilan organisir yang baik karena mereka cenderung merencanakan dan mengatur pekerjaan dengan hati-hati.
Di balik sisi positif dari sifat perfeksionis, penting untuk menyadari bahwa ada sisi negatif dari sifat ini, seperti stres berlebihan, kecemasan, atau kesulitan menerima ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, mengelola sifat ini secara sehat sangat diperlukan untuk kesejahteraan mental dan emosional. Terlalu menginginkan kesempurnaan dapat menyebabkan berbagai masalah, baik secara fisik maupun mental.
Beberapa bahaya dari sifat perfeksionis antara lain:
Individu yang memiliki sifat ini cenderung menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri dan merasa cemas atau tidak puas ketika tidak dapat memenuhi standar tersebut. Akibatnya, individu mengalami tekanan yang memicu stress berlebihan bahkan kecemasan.
Sifat perfeksionis cenderung memiliki standar yang sangat tinggi, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, mereka sering kali skeptis atau ragu-ragu terhadap kemampuan orang lain dalam mencapai standar yang mereka tetapkan. Mereka mungkin merasa bahwa hanya mereka yang dapat melakukan pekerjaan dengan benar atau sesuai dengan ekpektasi.
Terlalu fokus pada kesempurnaan sehingga merasa bimbang sekali untuk memulai atau menyelesaikan tugas karena takut tidak mampu mencapai standar yang diharapkan. Akibatnya, mereka sering menunda-nunda pekerjaan atau tugas karena merasa tidak siap atau tidak yakin bahwa hasil akhir akan memenuhi ekspektasi.
Individu dengan kepribadian perfeksionis bisa mengalami gangguan kesehatan, seperti gangguan makan, merasa tidak bahagia dan tidak puas (disforia), merasa rendah diri, kesepian, frustasi, obsesif kompulsif, insomnia, depresi yang berujung keinginan untuk bunuh diri.
Gangguan tersebut timbul karena kecenderungan sifat perfeksionis yang selalu menginginkan kesempurnaan tanpa melihat keterbatasan.
Individu dengan kepribadian perfeksionis akan menilai orang lain sama seperti menilai diri sendiri. Hal itulah yang memicu individu menaruh harapan terlalu tinggi pada teman, keluarga, pasangan, atau rekan kerja. Akibatnya individu tersebut memiliki masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Sifat perfeksionis cenderung terlalu fokus pada kesalahan sebelumnya, takut akan kesalahan baru, memikirkan harapan orang lain, membandingkan diri, takut ditolak, dan meragukan diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, penderita sifat perfeksionis tidak bisa menikmati hidup dengan tenang dan damai pikiran.
Sifat perfeksionis tidak dapat secara langsung dikatakan “bahaya” atau “aman”, karena hal itu tergantung pada bagaimana sifat tersebut dimanifestasikan dan dikelola oleh individu. Orang-orang yang memiliki sifat ini cenderung memiliki standar tinggi dapat memberikan motivasi untuk mencapai kesempurnaan dalam hal pekerjaan atau kehidupan.
Sebaliknya, jika sifat tersebut dibiarkan tidak terkendali dapat menyebabkan stres berlebihan, kecemasan, dan kesulitan dalam menerima ketidaksempurnaan. Dengan demikian, penting bagi individu yang memiliki sifat perfeksionis untuk mengelola ekspektasi tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain.
Sebagaimana yang ditinjau oleh Dr. Sienny Agustin dari Alodokter menyarankan beberapa langkah untuk mengelola sifat perfeksionis, di antaranya:
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.