Majalah Sunday

Prolonged Grief Disorder: Kesedihan Mendalam Akibat Ditinggal Seseorang. Apakah Berbahaya?

Penulis: Cantika Cahyaning Arifin – SMAN 4 PROBOLINGGO

Apakah kalian pernah mengalami kesedihan yang mendalam akibat ditinggal seseorang? Entah itu seseorang yang sangat dekat bahkan berharga, yang akhirnya membuat luka dan rasa kehilangan begitu dalam di diri kita. Akibatnya membuat kita merasakan kerinduan terhadap sosok tersebut, dan menginginkan sosok tersebut untuk kembali disisi kita. Jika, kondisi ini mengganggu kalian dalam menjalankan aktivitas sehari-hari mungkin kalian merasakan Prolonged Grief Disorder. Apa itu Prolonged Grief Disorder? Yuk simak, penjelasannya.

Apa itu Prolonged Grief Disorder?

Complicated grief atau prolonged grief disorder adalah kondisi yang ditandai dengan rasa sedih yang mendalam dan berkepanjangan ketika orang terdekat meninggal dunia sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Kondisi ini bisa terjadi setidaknya dalam kurang lebih 6 bulan pada dewasa atau 12 bulan pada anak-anak dan remaja. Kondisi ini sering dikaitkan dengan gangguan tidur, penyakit kardiovaskular, hingga depresi.

Penyebab Prolonged Grief Disorder.

Gangguan Prolonged Grief Disorder sering kali dialami oleh seseorang yang pernah kehilangan seorang anak, orang tua, ataupun pasangannya. Seperti gangguan kesehatan lainnya, ini mungkin melibatkan faktor lingkungan, kepribadian, serta sifat bawaan dari seseorang. Sehingga resiko kematian seseorang secara mendadak akibat kekerasan, bunuh diri, kecelakaan atau suatu bencana. Namun, bisa saja seseorang itu mempunyai riwayat depresi, kecemasan akibat perpisahan, atau gangguan PTSD (pascatramua), pengalaman masa kecil yang traumatis (pernah mendapatkan pelecehan atau penelantaran), serta Hubungan dekat atau ketergantungan dengan orang yang meninggal. 

Gejala Prolonged Grief Disorder

Perasaan sedih memang wajar, apalagi setelah ditinggalkan oleh orang terdekat. Biasanya hal ini akan membaik dengan sendirinya karena kita sendiri bisa beradaptasi dengan rasa kehilangan tersebut. Biasanya dibutuhkan waktu kurun 6 bulan untuk membaik. Namun, pada kasus Prolonged Grief Disorder, seseorang merasakan perasaan tersebut dengan waktu yang lama sehingga sulit untuk ia kendalikan. Pada dasarnya, PGD bisa dialami oleh siapa saja. Dengan, gejalanya mungkin akan berbeda pada setiap orang, tergantung pada usia, jenis kelamin, atau budaya tertentu. 

Gejala umum, kerap dialami oleh orang dengan Prolonged Grief Disorder adalah sebagai berikut : 

  1. Identity disruption, yaitu perasaan bahwa bagian dari dalam diri sendiri telah mati setelah mengalami kejadian yang mengganggu secara mendadak.

  2. Mulai tidak percaya terhadap kematian.

  3. Menolak mempercayai bahwa orang tersebut sudah meninggal dunia.

  4. Munculnya perasaan marah dan sedih yang kuat saat berhubungan dengan kematian.

  5. Kesulitan untuk bersosialisasi, melakukan hal yang dulunya disenangi, atau bahkan merencanakan masa depan.

  6. Rasa kesepian yang ekstrem.

  7. Merasa bahwa hidupnya sudah tidak berarti.

  8. Meletakkan barang-barang milik orang yang sudah meninggal persis seperti sebelumnya.

  9. Kesulitan mengingat kenangan positif mengenai orang terdekat.

  10. Menyalahgunakan alkohol atau zat lainnya.

  11. Memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri (suicide thought).

Pada anak dan remaja akan menimbulkan reaksi yang berbeda dari gejala yang sudah disebutkan diatas, yaitu: 

  1. Menunggu orang yang meninggal untuk kembali.

  2. Pergi ke tempat-tempat di mana mereka melihat orang terkasih yang sudah meninggal.

  3. Merasa takut orang-orang di sekitarnya akan meninggal.

  4. Mempunyai pikiran “gaib” atau gangguan kecemasan saat berpisah.

  5. Menunjukkan kesedihan atau perasaan sakit yang kuat.

Complicated grief atau prolonged grief disorder adalah kondisi yang ditandai dengan rasa sedih yang mendalam dan berkepanjangan ketika orang terdekat meninggal dunia sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari.

Complicated grief atau prolonged grief disorder adalah kondisi yang ditandai dengan rasa sedih yang mendalam dan berkepanjangan ketika orang terdekat meninggal dunia sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari

Lantas Bagaimana cara menangani Prolonged Grief Disorder. 

Kondisi kesehatan mental ini bisa kita tangani dengan terapi PGD (PGDT) dengan seorang profesional untuk menghadapi rasa kehilangannya dengan aman, tidak menghakimi, dan penuh kasih sayang, serta meningkatkan kesejahteraan emosionalnya secara keseluruhan. Namun, dapat didukung oleh kita sendiri. Sebagaimana, kita bisa membicarakan tentang kesedihan dan membiarkan diri menangis. Walaupun menyakitkan, tetapi yakinlah bahwa dalam banyak kasus, kesedihan akan mulai berkurang jika kalian membiarkan diri kalian merasakannya. Bisa juga, dengan mencari dukungan, misalnya dari anggota keluarga, sahabat, dan lainnya. Dengan hal ini, kita bisa mengurangi rasa kerinduan serta rasa kesedihan yang mendalam akibat kehilangan seseorang. 

Cobalah untuk berdamai atas kesedihan itu sendiri, lupakan rasa sakit yang sudah terjadi. Memang, tidak mudah untuk ikhlas, tapi bagaimana lagi jika tuhan sudah mengkehendakinya?. Yang kita lakukan hanya terima saja, tanpa adanya perlawanan apapun. Menangis bukan berarti kamu lemah, menangis bukan berarti kamu cengeng. Menangis adalah cara yang terbaik untuk meluapkan apa yang sudah dirasa. Tidak masalah menangislah sesekali. Jangan dipendam, masih panjang halaman hidupmu yang belum kamu buka. Tetap Semangat jangan menyerah. 

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 112
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?