Penulis: Delia Putri Amanda – Universitas Negeri Jakarta
Split bill adalah istilah terkenal untuk menggambarkan kondisi membagi tagihan atau pembayaran dari makanan yang dinikmati bersama-sama.
Saat makan bareng sama temen, baik berdua maupun rame-rame, biasanya kita bakal patungan dengan nominal seharga makanan yang dipesan masing-masing. Sampai sini, sih, harusnya gak ada masalah, ya. Toh, yang makan pun kita sendiri, sudah jelas harus bayar sendiri-sendiri. Masa ngarep dibayarin sama satu orang, misal, sama teman yang dianggap paling banyak punya duit? Selain kurang sopan, hal itu bisa memicu perpecahan dalam jalinan persahabatan kalian, loh. Urusan duit memang sangat krusial soalnya, hehe.
Nah, beda ceritanya kalau split bill diterapkan saat kencan pertama dua sejoli yang baru banget jadian. Tahu, nggak? Di platform sosial media seperti X, topik split bill saat first date sudah menjadi diskursus bulanan para netizen. Minimal sebulan sekali topik ini diungkit-ungkit seolah-olah ini adalah hal yang sangat penting untuk diperdebatkan. Huh. Memang apa sih yang menarik dari topik ini sampai bisa berulang-ulang kali dibicarakan?
Makan bareng saat first date, pict by canva.com
Split Bill: Topik yang Menuai Pro-Kontra
Berangkat dari mindset yang terbentuk dari ideologi patriarki yang melabeli laki-laki adalah seorang provider atau pihak yang “memberi” dan “menyediakan”, sebagian perempuan menganggap bahwa split bill saat first date adalah hal yang memalukan. Pasalnya, sebagian perempuan yang kontra menganggap bahwa laki-laki seharusnya membawa uang yang “cukup” untuk membayari makanan pasangannya. Mereka menganggap konsep split bill adalah prinsip laki-laki “gak modal” dan “pelit”.
“Soalnya yang ngajak kencan kan kamu, harusnya kamu bayarin makan juga, dong!” kurang lebih begitu dalihnya.
Apalagi di kencan pertama, pertaruhannya adalah first impression. Baik buruknya first impression inilah yang menentukan apakah hubungannya layak untuk diperjuangkan seterusnya atau sampai di sini saja. Alhasil, jika di awal sudah mendapatkan impression yang buruk gara-gara split bill, sudah bisa dibayangkan deh hubungannya bakal berakhir seperti apa.
Lain halnya dengan yang kontra, sebagian perempuan yang pro dengan konsep split bill menganggap kalau tidak ada salahnya untuk membayar makanan masing-masing saat first date. Toh, mereka kan baru pacaran. Jadi, laki-laki seharusnya tidak punya kewajiban untuk mem-provide segala hal termasuk membayari makanan saat first date.
Selain itu, banyak juga dari sebagian perempuan yang pro split bill memilih untuk tidak mempermasalahkan hal ini lantaran banyaknya kasus di mana laki-laki menagih hal-hal yang sudah diberikan sewaktu pacaran. Alias, banyak laki-laki yang merasa rugi karena merasa sudah membelikan dan membayari pacarnya ini-itu lalu mengungkit-ngungkit atau bahkan lebih buruk—menagihnya kembali dalam bentuk nominal uang saat mereka putus. Hal inilah yang mendasari sebagian perempuan yang pro karena mereka malas berurusan dengan laki-laki yang “tidak ikhlas”.
Berantem gara-gara split bill, pict by canva.com
Waduh, rumit juga ya permasalahan split bill ini. Menurut mimin, sih, sah-sah saja kalau mau split bill saat first date, tapi sebaiknya dibicarakan dulu di awal dan pastikan kalian sepakat untuk bayar masing-masing. Soalnya, biasanya split bill jadi masalah gara-gara ceweknya ngarep dibayarin, tapi ternyata gak sesuai harapannya. Atau malah ada juga yang sudah dibayarin di meja makan, tapi pulangnya ditagih uang patungan. Nah, loh!
Iya, mimin tahu, kok, pembahasan soal “duit” bakal jadi topik yang bikin gak nyaman bagi beberapa orang. Apalagi buat pasangan yang baru jadian, pasti gengsi banget buat banyak nanya-nanya. Tapi, gak ada salahnya buat mencoba, kan? Daripada ujungnya jadi berantem, mending diobrolin dulu di awal. Jangan lupa, komunikasi itu kunci untuk hubungan yang sehat, loh.
Oh iya, jadi, kalian termasuk tim yang pro atau tim yang kontra nih?
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.