Majalah Sunday

Petak Umpet Terakhirmu

Penulis: Ari Setiawan – Majalah Sunday

Sepulang sekolah, Budi bermain bersama Ani, adiknya, mengayuh sepeda menghampiri pojok perkampungan untuk bermain dengan teman-temannya.

“Main apa wey kita hari ini?” Budi yang memang suka ngegas, sama seperti bapaknya.

“Kita main benteng-bentengan aja gimana?” tawar Yuni dengan suara lirih.

“Ya udah wey, kita main petak umpet aja lah. Tar kalau capek baru ganti yang lain.” dari usul inilah awal dari kengerian dimulai!
Budi dan Ani menaiki sepeda sepulang sekolah untuk bertemu teman-temannya

“Ah males, mainnya dapet satu tim sama kamu, bawaannya pasti kalah. Liat itu kakimu yang pincang, mana bisa diajak lari kencang!” ledek Ani yang disertai tawa abangnya dan beberapa teman lainnya.

“Ya udah wey, kita main petak umpet aja lah. Tar kalau capek baru ganti yang lain.” usul Budi disertai anggukan anak-anak kampung lainnya.

Mereka pun melanjutkan dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang pertama kali menutup mata dan berjaga. Dengan tengilnya, Budi memberikan kode untuk sepakat menutup tangan ke teman-teman lainnya agar si Yuni yang berjaga.

“Hompimpa aladihum gambreng, gambreng, gambreeeeeng. Yeaaa Yuni yang jaga,” sorak anak-anak kegirangan atas manipulasi yang dilakukan secara kekeluargaan.

“Hitung 1-100 ya pincang, weeeekkkk.” Ani pergi dan menjauhi lokasi di mana Yuni harus berdiri dan menunggu.

“Ya udah wey, kita main petak umpet aja lah. Tar kalau capek baru ganti yang lain.” dari usul inilah awal dari kengerian dimulai!
Budi dan Ani pun pergi bersembunyi di suatu rumah

Budi dan Ani mencari lokasi di sela-sela gang perkampungan, hingga sampai di gudang dari Pak Broto, ayah Yuni.

“Eh ini kan gudangnya bapaknya si pincang. Keliatan usang kali ya bang.” komentar Ani

“Ya namanya orang miskin, bangkrut. Mana ada uang juga buat benerin kakinya si pincang. Liat itu ada tangga buat naik, enak kali dek kalau kita bisa pantau dari atas sana.”

Mereka pun menaiki tangga di gudang usang tersebut. Begitu di lantai dua, mereka melihat Yuni yang sudah mulai membuka mata dan mencari anak-anak kampung “Pekandaran”

“Ah males kali si pincang ini. Udah jalannya lambat, gak mau jauh-jauh dari tempat jaga,” keluh sang abang.

“Bang, dia mau ke arah gudang bang. Kita sembunyi di belakang pintu ini aja gimana?” Bisik Ani yang dibalas dengan anggukan Budi.

“Ya udah wey, kita main petak umpet aja lah. Tar kalau capek baru ganti yang lain.” dari usul inilah awal dari kengerian dimulai!
Budi dan Ani pun bersembunyi di balik pintu rahasia

Mereka pun membuka pintu rahasia. Budi dan Ani menemukan tempat yang dirasa cocok buat mereka bersembunyi dari pencarian Yuni.

“Kalian ngapain di sini? Oh anaknya Pak Butet.”


“Eehhh, pak. Kak gimana jawabnya?” Ani ketakutan dan memegang tangan Budi.


“Lagi sembunyi pak Broto, kami sedang bermain petak umpet.”

“Oh ya sudah, sini sini. Tenang aja. Bapak bantu ikut supaya gak ketahuan.” jawab Pak Broto penuh senyum sembari menghampiri dua anak itu secara perlahan.

Ani dan Budi pun berjalan perlahan ke arah Pak Broto, karena mereka tahu bahwa Pak Broto pernah menjadi rekan bisnis keluarganya dulu.

“Budi, Ani, kamu sembunyi di mana hayo?” Teriak Yuni yang membuat mereka membalikkan badan ke arah pintu.

“Ya udah wey, kita main petak umpet aja lah. Tar kalau capek baru ganti yang lain.” dari usul inilah awal dari kengerian dimulai!
Pak Butet memegang Ani dan Budi

Dengan sigap kedua tangan Pak Broto menutup mulut Budi dan Ani.

“Pak, to tolong jangaaannn….” rintih Budi sedangkan Ani hanya bisa menangis.

Dengan kuat pak Broto semakin mencengkeram mulut mereka, “Kalian kira keluarga saya tidak tahu perbuatan si Butet bajingan itu? Kalian pun juga terus menghina anak saya. Sama iblisnya kalian ini!”

Kedua anak itu pun sudah tak sadarkan diri.

“Yuni, masuk nak.”

“Sukses pa?”

“Iya, mereka sudah tidak sadar. Sekarang kita bisa potong-potong tubuhnya dan kita jual organ tubuh mereka. Makasih ya anakku sayang, rencana kita berhasil.”

Bagi sebuah keluarga Pak Broto yang ingin membalaskan dendam dan membutuhkan uang, hari itu jadi hari paling bahagia.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Hati-hati, kisah yang kamu baca mungkin benar, berwaspadalah! Dapatkan cerita misteri lainnya dari Majalah Sunday.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 106
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?