Penulis: Muhammad Farhan Fahrezi – Politeknik Negeri Jakarta
Gabriel Jericho, seorang mahasiswa dengan segudang aktivitas kampus, masih menyempatkan diri menatap layar ponsel saat istirahat kuliah. Bukan untuk membalas pesan atau menelusuri media sosial biasa, melainkan untuk mencari informasi terbaru tentang JKT48. Sudah sejak SMA ia jatuh hati pada grup idola ini, semua berawal dari kekagumannya pada salah satu member, Angelina Christy. Senyumnya, suaranya, dan energinya di atas panggung seperti magnet yang menarik Gabriel untuk menjadi bagian dari fandom.
Namun, menjadi fans JKT48 bukanlah hal mudah, terutama bagi seorang pelajar dengan uang saku yang terbatas. Ada tiket konser yang harus dibeli, merchandise yang menggoda, dan acara-acara eksklusif yang membuat hatinya ingin selalu hadir. Di tengah segala keterbatasan itu, Gabriel belajar satu hal penting: bagaimana menyeimbangkan kecintaannya pada JKT48 dengan realitas finansialnya sebagai pelajar.
Dalam perjalanan fandom-nya, Gabriel menemukan bahwa mencintai idola tak harus mengorbankan segalanya. Dengan perencanaan yang matang, sedikit pengorbanan, dan kreativitas, ia berhasil merancang budget yang hemat untuk tetap menikmati dunia JKT48. Prolog ini adalah awal cerita tentang strategi, tips, dan pelajaran berharga dari Gabriel yang bisa menginspirasi pelajar lainnya.
Bagi Gabriel, langkah pertama dalam mengatur keuangan sebagai fans JKT48 adalah memahami prioritas. “Kalau makan dan kebutuhan sekolah saja belum terpenuhi, bagaimana bisa menikmati konser dengan tenang?” ujarnya. Maka, Gabriel selalu memastikan bahwa dana untuk kebutuhan primer, seperti makan, transportasi, dan kebutuhan sekolah, terpenuhi terlebih dahulu. Baru setelah itu, sisa uang sakunya ia tabung sedikit demi sedikit untuk dialokasikan ke aktivitas JKT48.
Pendekatan ini membuat Gabriel merasa lebih terorganisir. Ia tahu kapan harus berhenti dan kapan bisa mengizinkan dirinya bersenang-senang. Baginya, menjadi fans JKT48 adalah soal menikmati momen, bukan soal berkompetisi mengikuti semua kegiatan mereka.
Setiap awal bulan, Gabriel duduk dengan secarik kertas dan pulpen di tangannya. Ia menghitung uang sakunya, lalu memisahkannya menjadi dua bagian: kebutuhan primer dan tabungan untuk JKT48. “Yang penting tahu batas. Jangan sampai uang untuk makan habis gara-gara tiket konser,” katanya sambil tertawa.
Gabriel juga mencari cara lain untuk menyeimbangkan pengeluaran. Misalnya, ia lebih memilih menonton live streaming konser jika tiket offline terlalu mahal. Baginya, menikmati JKT48 tak harus selalu berada di venue, asal esensinya tetap terasa. Ia juga pandai mencari diskon atau promo merchandise, memastikan setiap pengeluaran sepadan dengan nilai yang ia dapatkan.
Gabriel punya trik hemat yang cukup sederhana namun efektif. “Menabung adalah kuncinya,” ujarnya. Setiap minggu, ia menyisihkan sebagian kecil uang jajannya, meskipun hanya Rp5.000 atau Rp10.000. Perlahan, tabungannya terkumpul, cukup untuk membeli tiket acara handshake atau merchandise favoritnya.
Selain menabung, Gabriel juga memanfaatkan waktu luangnya untuk mencari pekerjaan freelance untuk mendapatkan penghasilan tambahan. “Kalau ada niat, selalu ada jalan,” kata Gabriel sambil tersenyum.
Tak bisa dipungkiri, beberapa kegiatan fandom memang memerlukan biaya besar. Gabriel menyebutkan konser, meet and greet (MNG), dan sesi two-shot sebagai contoh. “Tapi itu semua worth it,” katanya. Baginya, momen bertemu langsung dengan Angelina Christy adalah pengalaman tak ternilai. Melihat senyum idolanya dari dekat, berbicara dengannya, bahkan mengabadikan momen bersama adalah bentuk kebahagiaan yang sulit digantikan.
Namun, Gabriel juga sadar bahwa tidak semua kegiatan harus diikuti. “Kalau terlalu memaksakan diri untuk hadir di semua acara, ujung-ujungnya malah stres sendiri,” ujarnya. Gabriel memilih untuk menikmati fandom dalam batas kemampuannya. Ia menghindari rasa takut ketinggalan (FOMO) dan hanya mengikuti kegiatan yang benar-benar ia inginkan.
Di balik semua perencanaan dan pengorbanan, Gabriel merasa bahwa menjadi fans JKT48 memberinya banyak hal positif. Ia bertemu dengan teman-teman baru yang sama-sama mencintai grup ini, membangun relasi yang bahkan berguna untuk kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, kegiatan fandom menjadi pelipur lara di tengah rutinitas sekolah yang padat. “Bahagianya sederhana, tapi bermakna,” kata Gabriel sambil mengenang sesi two-shot pertamanya bersama Christy.
Baginya, mendukung JKT48 adalah tentang kebahagiaan kecil yang ia ciptakan sendiri. Kegiatan ini mengajarkannya arti disiplin, tanggung jawab, dan tentunya kebijaksanaan dalam mengelola uang. Gabriel kini bukan hanya fans biasa, tetapi juga seorang pelajar yang mampu merancang keuangannya dengan cerdas.
Bagi Gabriel Jericho, menjadi fans JKT48 bukan hanya soal mengidolakan Angelina Christy atau menghadiri setiap konser. Lebih dari itu, perjalanan ini mengajarkannya cara menghargai setiap rupiah yang dimiliki, bagaimana menyeimbangkan antara hobi dan tanggung jawab, serta pentingnya mengetahui batas diri. Dalam setiap langkahnya, Gabriel menemukan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari banyaknya kegiatan yang diikuti, tetapi dari bagaimana ia menikmatinya dengan penuh rasa syukur.
Kini, ia percaya bahwa menjadi fans JKT48 tidak harus membuat kantong jebol. Dengan perencanaan yang baik, sedikit usaha, dan kreativitas, semua pelajar bisa tetap menikmati dunia fandom tanpa mengorbankan kebutuhan utama mereka. Gabriel adalah contoh nyata bahwa mencintai idola tidak hanya soal uang, tetapi juga tentang pengelolaan, prioritas, dan kesenangan hati.
Bagi pelajar lainnya, Gabriel hanya punya satu pesan: “Nikmati fandom sesuai kemampuanmu, jangan terlalu memaksakan diri. Karena pada akhirnya, kebahagiaan terbesar adalah bisa mendukung idola tanpa merasa terbebani.”
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.