Penulis: Fauzi Ibrahim – Universitas Al-Azhar Indonesia
Hallo Sunners, bagaimana kabarnya? By the way, Sunners, apa pernah mendengar jurusan Sastra Arab? Jika belum, yuk kita cari tahu bersama apa sih itu jurusan Sastra Arab, apa saja mata kuliah yang dipelajari dan bagaimana prospek kerja ke depannya. Let’s go!
Sunners, pada artikel ini Majalah Sunday berkesempatan untuk mewawancarai alumnus jurusan Sastra Arab Universitas Al-Azhar Indonesia, Dimas Prakoso. Dalam wawancara tersebut, pria yang disapa Dimas, dirinya mengenalkan apa itu Sastra Arab, khususnya di Universitas Al-Azhar Indonesia atau UAI, yang mungkin sampai saat ini masih terdengar sebagai jurusan yang asing. Untuk lebih lanjut, berikut adalah wawancara Majalah Sunday bersama Dimas Prakoso.
(Dimas Prakoso mahasiswa jurusan Sastra Arab UAI 20/Dokumen istimewa)
MS: Halo Dimas, apa kabar? Boleh kenalin diri lo dan kasih tahu ke temen-temen lo dari Sastra Arab UAI angkatan berapa?
Dimas: Halo, alhamdulillah baik hahaha. Gue Dimas dari angkatan 20 dan gue domisili di Tangerang Selatan.
MS: Lo sendiri kenapa sih ambil jurusan Sastra Arab?
Dimas: Sebenarnya alasannya simpel sih. Gue ini kan alumni pondok pesantren yang mana sehari-hari praktek dan belajar Bahasa Arab. Jadi, buat gue lebih mendalami lagi apa itu Bahasa Arab dan karena gue tau lingkungannya nanti bakal seperti apa, so, gw pilih Sastra Arab. Kurang lebih gitu aja sih.
MS: Karena ini jenjang lo mengambil pendidikan di perguruan tinggi, tentu ini bukan hal yang mudah dalam menentukan jurusan untuk karir di masa depan nanti. Nah, apa yang menjadi pertimbangan lo ketika memilih jurusan ini? Apa lo cukup yakin dengan prospek kerja atau industri ke depannya?
Dimas: Untuk mikir ke sana sebenarnya gak terlalu khawatir, soalnya peluang kerja kami banyak. Mulai dari penerjemah, duta besar, pengajar atau bahkan sampai bisnis pun ada. Banyak alumni kami pun yang masuk dalam lingkup-lingkup tersebut. Terlepas dari itu semua, setiap orang juga bisa kok untuk bekerja di luar jurusannya. Entah itu sebagai editor, photographer, business-man, banyak deh pokoknya. Karena setiap orang punya cita-cita dan kemampuan yang berbeda-beda. Jadi gak terlalu khawatir.
MS: Lo sendiri belajar apa aja di Sastra Arab?
Dimas: Kami belajar tata bahasa Arab. Itu diajarkan di beberapa semester awal. Nantinya, ilmu itu bakal dipraktekin, mulai dari penulisan dan percakapan. Kami juga belajar perihal linguistik, kebudayaan, puisi prosa (balaghah) hingga geografinya. Bahkan dulu katanya sempat ada mata kuliah makanan khas Timur Tengah gitu, tapi sayangnya sekarang udah gak ada lagi.
MS: Menurut lu sendiri apa mata kuliah yang paling bikin lo kewalahan?
Dimas: Kalo buat gue sendiri itu di tata bahasanya atau yang biasa kita kenal nahwu dan shorof. Karena itu banyak rumus yang harus dihafal dan dipraktekkan. Itu yang menurut gue paling menyulitkan, walaupun teman-teman yang lain mungkin ada yang kesulitan di mata kuliah kebudayaan, linguistik atau pun puisi dan prosa.
MS: Lo sendiri kenapa spesifik buat pilih jurusan Sastra Arab di UAI, bukannya ada universitas yang menyediakan jurusan yang sama?
Dimas: Pertama, mungkin karena deket sama rumah dan gak harus merantau kaya gue pondok dulu. Jadi, kan itu deket sama orang tua. Kedua, karena di UAI juga akreditasinya jurusan Sastra Arab itu A. Btw, jurusan Sastra Arab di UAI udah ganti nama jadi Bahasa dan Kebudayaan Arab. Yang ketiga mungkin karena dosen-dosennya memiliki kemampuan di bidangnya masing-masing. Sebagian dosen-dosen yang mengajar itu juga lulusan Timur Tengah. Kami juga dapat dosen native di semester-semester awal. Kalo gue waktu itu dapet dosen dari Sudan. Kalo gak salah di semester dua atau tiga.
MS: Ada gak sih program pertukaran pelajar di jurusan lo ini?
Dimas: Ada, yang gue tau UAI sendiri punya program belajar luar negeri, Mesir, selama kurang lebih satu semester. Gue lupa nama kampusnya apa.
MS: Di UAI sendiri apa ada kewajiban magang? Kalo iya lo sendiri magang di mana dan bagian apa? Kayaknya cukup menarik buat teman-teman tahu.
Dimas: Gue sendiri magang di Perpustakaan Nasional. Kok bisa? mungkin itu langsung menjadi sebuah reflek pertanyaan dari luo hahaha. Gue ada mata kuliah filologi di kampus. Itu ada di semester enam sampai tujuh. Filologi sendiri kan belajar tentang naskah-naskah kuno dan manuskrip, nah di Perpusnas itu gue ditaruh di bagian tersebut. Kalo gak salah ya, itu ada di lantai 9 gedung. Tugas gue di sana yang mendata manuskrip, mulai dari tahunnya, tulisannya dan semacamnya, gitu.
MS: Tadi lo sematt spill bahwa lo dari pondok pesantren, nah, apa mungkin orang yang masuk dan tertarik di jurusan Sastra Arab berangkat dari hal yang sama? Di UAI sendiri gimana?
Dimas: Itu ada benarnya, tapi gak semua dari pondok pesantren. Di sini juga ada yang dari latar belakang SMA dan SMK. Semua di sini kami sama, sama-sama belajar dari nol. Baik itu yang sudah tahu atau pun belum sama sekali mengenal Bahasa Arab. jadi gak ada gap sih. Perbedaan mungkin ada di sistem pergaulan, karena yang dari pondok pesantren harus adaptasi dengan pergaulan SMA dan begitu juga sebaliknya. Itu sifatnya adaptif.
MS: Lo ini udah lulus kan? Kalau boleh tau lo lagi sibuk apa sekarang?
Dimas: Betul gue udah lulus. Baru aja lulus. Tinggal nunggu wisuda
nanti di bulan Februari. Kesibukan saat ini, sembari nunggu wisuda, ya paling bantu ngurusin bisnis abang gue di dunia travel aja sih.
MS: Terakhir nih, kasih tips dong buat para Sunners yang sekiranya ingin masuk di jurusan Sastra Arab. Apa aja sih yang harus diperhatikan sebagai pembekalan?
Dimas: Kalau dari gue sih mungkin ya lo harus menceburkan diri sepenuhnya lah kalau memang ingin masuk di jurusan ini. Karena kan itu bukan bahasa ibu kita, ya, jadi, ya lo harus bener-bener fokus buat mempelajarinya, tahan banting. Dan lo juga harus konsisten. Semakin lo banyak belajar dan praktek semakin lo bisa, tapi jika sebaliknya, ya, wassalam.
MS: Wah, cukup menarik kayaknya untuk mendalami apa itu Sastra Arab. Banyak yang orang awam tidak tahu jadi tahu sih kalo baca artikel ini. Pesan yang lo sampaikan juga menarik, konsistensi, karena itu tidak mudah hahaha. Terima kasih Dimas sudah mau menjadi narasumber di wawancara kali ini. Sukses terus untuk ke depannya!
Dimas: Terima kasih kembali.
*****
Gimana Sunners? Jadi, tertarik masuk Sastra Arab? Setelah melihat penjabaran Dimas tadi kita jadi tahu banyak perihal Sastra Arab itu sendiri. Mulai dari apa yang dipelajari hingga prospek kerja ke depannya.
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.