Majalah Sunday

Luthfi Ramadhan:
PGSD Tidak Bisa digantikan Oleh AI

Penulis: Fauzi Ibrahim – Universitas Al-Azhar Indonesia

Hallo Sunners, balik lagi di sesi Review Jurusan! Sunners, siapa yang di sini suka berinteraksi dengan anak kecil sekaligus ingin menjadi guru Sekolah Dasar, tapi kebingungan mencari informasi perihal hal tersebut? Tenang Sunners! Kali ini Majalah Sunday berkesempatan mengulik informasi mengenai jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar atau PGSD. Dimulai dari mata kuliah apa saja yang dipelajari hingga peluang karir ke depan! 

Majalah Sunday berkesempatan mewawancarai Luthfi Ramadhan mahasiswa fresh graduate jurusan PGSD angkatan 2019 di Universitas Muhammadiyah Jakarta atau UMJ. Luthfi berbicara banyak ihwal apa itu PGSD itu sendiri, bagaimana peluang karir ke depannya dan suka dukanya selama menempuh jurusan ini. Untuk mengetahui lebih dalam, yuk Sunners simak wawancara berikut! 

(Luthfi Ramadhan (23 tahun) ketika ditemui Majalah Sunday, Senin, 25 November 2024)

IMS: Kenapa sih lo pilih jurusan PGSD? 

Luthfi: Sebenernya gue dari dulu emang pengen jadi guru, tapi gak minat di PGSD (pendidikan guru sekolah dasar). Gue minat ambil olahraga karena cakupannya lebih luas, bisa ngajar di SD, SMP dan SMA. Cuman karena sempat didiskusiin bareng keluarga, orang tua dan kakak lebih pilih jurusan PGSD. Yaudah, gue ngikut aja walaupun jadinya bukan prioritas awal gue. 

 

MS: Lo belajar apa aja sih di PGSD? 

 

Luthfi: Tentu kita belajar mata pelajaran untuk siswa SD ya. Di awal semester, semester satu sampe tiga, itu gue belajar matematika, Bahasa Indonesia dll.

 

Nah naik ke semester empat sampai enam kalo gak salah, gue belajar tentang teori perihal psikologi anak. Kayak gimana sih menghadapi peserta didik yang memiliki sikap beragam. Gue juga belajar teori ngajar yang asyik, gak ngebosenin buat peserta didik. Selain itu, gue juga belajar gimana sih cara nyusun RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran.

 

Naik di semester 7-8, gue udah mulai praktek magang. Mahasiswa udah diterjunin ke lapangan buat mempraktekkan apa yang sudah dipelajari. Mahasiswa nantinya juga dapet pengalaman dari praktek tersebut. 

 

MS: Gimana sih cara ngadepin mahasiswa yang lambat mencerna pelajaran? Karena gak semua peserta didik itu kan memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. 

 

Luthfi: Sebenernya harus ada second teacher sih. Jadi, ketika ada peserta didik yang belum paham, second teacher mengambil peran. Peserta didik yang belum paham bisa belajar lagi lewat second teacher. Mereka belajar materi yang sama, namun, dengan penalaran yang berbeda. Jadi, mereka bisa nangkep. 

 

Second teacher sendiri juga biasanya diperuntukkan buat mahasiswa magang. Karena itu menjadi jenjang buat dia nantinya menjadi guru. Second teacher memang belum tersedia di semua sekolah, namun beberapa sekolah sudah menerapkan sistem ini. 

 

Mungkin cara lain untuk dapet nanganin persoalan tersebut tanpa second teacher, itu bisa. Namun, jumlah peserta didik diturunkan jumlahnya. Semisal 20-25 saja. Karena dengan jumlah tersebut guru bisa  mengontrol peserta didiknya, tidak kewalahan. Karena seperti yang kita tahu, kadang guru ditugaskan dengan beban berlebih, entah dengan jumlah peserta didik yang banyak atau memegang kelas yang jumlahnya lebih dari satu. 

 

MS: Mata kuliah tersusah sendiri menurut lo apa? 

 

Luthfi: Menurut gue sih statistik. Metode penelitian itu sulit bagi gue. Karena beberapa metode membutuhkan waktu yang lama. Contoh, PTK (penelitian tindakan kelas) itu membutuhkan waktu sekitar satu sampe dua semester. Karena kita harus menunggu hasil apakah tindakan kita selama mengajar di kelas itu berhasil atau tidak. Itu kan bukan hal yang instan. 

 

MS: Lo sendiri magang di mana? 

 

Luthfi: Kalo di UMJ Jakarta sendiri ada tiga tahap buat magang. Di semester tiga, lima sampe tujuh. Di semester tiga cuma observasi lapangan aja. Kalo di semester lima itu bikin video pembelajaran, nanti dikirim ke dosen. Baru di semester tujuh kita turun ke lapangan. Gue sendiri magang di MI Muhammadiyah 01, Ciputat. Itu berlangsung selama tiga bulan.

 

MS: Suka duka lo selama magang? 

 

Luthfi: Mungkin bukan duka ya, paling hal yang sulit gue handle ketika magang ya peserta didik yang memiliki ragam sikap. Ya, namanya anak kecil ya kan, kadang berisik, kadang bercanda, kadang ini itu. Itu hal yang biasa sih sebenernya, mungkin karena gue baru awal ngadepin jadi agak kaget dan capek. 

 

Kalo buat sukanya itu, karena gue emang pengen jadi guru, ya berinteraksi dengan anak-anak. Selain itu, kekeluargaan yang terjadi di lingkungan sekolah juga positif. Guru senior itu ngebantu kita banget, memberi masukan ini dan itu. 

 

MS: Karir jurusan PGSD buat ke depannya gimana? Terbuka? 

 

Luthfi: Menurut gue terbuka lebar. Karena guru gak bisa digantiin sama AI atau robot menurut gue. Jurusan gue sendiri ini kan spesifik, PGSD, jadi gue terverifikasi lah ketika ingin mengajar. Beda sama jurusan yang lain, yang gelarnya bukan sarjana pendidikan.

 

Semisal jurusan ekonomi, itu kan bisa aja dia ngajar ekonomi di sekolah-sekolah. Namun, karena dia belom terverifikasi sebagai sarjana pendidikan, jadinya dia gak bisa mengajar di sekolah-sekolah. Mungkin bisa namun karirnya tidak sejelas lulusan sarjana pendidikan. 

 

MS: Di luar jadi guru, tapi apakah bisa lulusan PGSD berkarir di bidang yang lain? 

 

Luthfi: Tentu bisa. Contoh alumni gue itu ada yang berkarir di luar jurusannya, semisal di perusahaan korporat, administrasi, bank konvensional. Pokoknya bisa kemana-mana, asal emang punya keterampilan aja. Gue sendiri sekarang jadi freelancer, sembari nunggu PPG (profesi pendidikan guru) tahun depan.

 

MS: Pesan buat mereka yang mau ngambil jurusan ini? 

 

Luthfi: Mungkin riset lagi ya, mulai cari tahu gajinya berapa, karir ke depannya gimana. Jadi, gali informasi aja sebanyak-banyaknya. Buat haqqul yakin kenapa mau ambil jurusan ini, agar gak kecewa dan menyesal di tengah perkuliahan

 

Seperti yang dijelaskan Luthfi di atas, PGSD sangat cocok untuk mereka yang suka berinteraksi dengan anak kecil serta memiliki keinginan untuk mengajar. PGSD sudah terverifikasi dengan gelar pendidikan yang mana mengeluarkan lulusan kompeten di bidang pengajaran. PGSD juga tidak hanya berakhir  dengan berkarir menjadi guru, nyatanya bisa juga bekerja di bidang pekerjaan yang lainya. Jadi, gimana Sunners, apa mulai tertarik untuk ambil jurusan ini?

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 198
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?