Penulis: Afindi Ranika Dewi – UNJ
Pernah nggak sih kamu dapet kepuasan dari jadi superhero? Bantuin temen-temenmu, ngutamain masalah mereka dibanding masalahmu, atau malah kena sindrom “I can fix them” setiap pacaran? Kalau kamu relate sama situasi-situasi itu, tandanya kamu harus kenalan sama kodependensi!
Situasi di mana kamu terlalu bergantung dan terikat, pict by canva.com
Kodependensi adalah kondisi di mana seseorang bener-bener ngegantungin kebahagiaan dan jati dirinya pada orang lain. Kayak terlalu melekat dengan satu sisi koin, sampai susah banget merasa lengkap tanpa orang tersebut. Orang-orang yang kodependen baru mendapatkan kepuasan dan validasi dari memenuhi kebutuhan orang lain, sampai bisa dibilang bahwa merekalah si caretaker dalam hubungan. Next level dari people pleaser lah pokoknya!
Konsep ini muncul di tahun 80-an, di mana umum adanya keluarga dengan salah satu anggota yang alkoholik, sehingga semua perhatian terfokus untuk mengurus dan menyembuhkan orang tersebut. Mereka yang besar di keluarga kayak gini biasanya punya pemikiran bahwa caranya berhubungan sama orang lain ya dengan ‘mengurus’ mereka. Hal itu menjadi kebiasaan dan pelan-pelan menghilangkan kemampuan memutuskan untuk diri sendiri saking fokusnya memenuhi kebutuhan orang lain. Walaupun mereka memulai hubungan dengan orang di luar keluarga, polanya akan tetap berulang. Terciptalah hubungan kodependensi yang juga bisa terjadi di situasi asmara dan pertemanan.
Kodependen ditandai dengan beberapa ciri, sesuaikah denganmu? pict by canva.com
Dalam wawancaranya bersama Seattle Anxiety Specialists, Karin Sponholz, seorang psikolog klinis, menyebutkan beberapa ciri yang menandakan kalau kamu kemungkinan kodependen. Cirinya meliputi:
Tapi, kamu baru bisa dikatakan sebagai kodependen kalau punya beberapa ciri sekaligus dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu, ya!
Selain bantuan profesional, peran lingkunganmu juga penting, pict by canva.com
Selain terapi dan mendapat pertolongan profesional, Dr. Sponholz berpendapat bahwa cara terpenting untuk keluar dari kodependensi adalah dengan mengalami sendiri situasi healthy relationship. Penting banget nih buat nemuin teman atau pasangan yang bisa ngedorong kamu buat lebih aware sama kebutuhan dan keinginanmu sendiri. Lingkungan sehat ini pelan-pelan akan mematahkan persepsi dan kebiasaan kamu yang masih terjebak di situasi kodependen.
Kamu juga bisa melakukan terapi kecil-kecilan dengan dirimu sendiri. Seperti belajar bedanya ngontrol dan dukung partner, punya ketertarikan dan goals-mu sendiri, fokus pada kebutuhanmu, mengenali dan mengakui emosi negatif, hingga membangun kepercayaan diri.
Rasanya diandalin dan dibutuhin orang-orang sekitar emang seneng banget ya, Sunners. Tapi jangan sampai berlebihan dan bikin kamu merasa harus bisa handle semua masalah orang lain, padahal masalahmu sendiri dikesampingin. Prepare to put on your superhero cape, tapi kali ini buat ngejaga diri sendiri dulu!
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.