Majalah Sunday

Kisah Penunggu Tanah Kami

Penulis: Muhammad Amin Azzaki – Universitas Sumatera Utara

Kisah tentang gedung tua, rumah sakit, dan tanah sekolah yang dulunya bekas kuburan adalah kisah yang akrab di telinga kita semua. Kisah yang terlepas entah benar atau tidak, namun tetap menarik untuk didengar. Kisah yang membuat kita takjub, bergidik, dan sulit diterima akal sehat, namun sarat akan amanat di dalamnya. Kisahku adalah salah satunya.

Kisah ini aku alami waktu berumur 10 tahun. Rumahku berada di area perkampungan yang cukup jauh dari keramaian, dan udah ada ancang-ancang buat pindah sejak lama. Dan tepatnya setelah adikku lahir, keluargaku mutusin pindah ke tempat yang lebih strategis buat buka usaha. Melalui tetua desa dan beberapa orang kenalan ayah, didapatlah tanah kosong yang walaupun bukan di tengah kota, tapi letaknya persis dipinggir Jalan Lintas Medan – Tebing Tinggi.

Pernah dengar kisah tempat angker? Kisah penunggu yang entah bener entah engga, tapi tetap menarik untuk didengar! Kisahku ini salah satunya!

Tanah yang kami beli… (Pinterest)

Tanah yang kami beli adalah tanah kosong yang dikelilingi oleh semak belukar di kanan kiri, dan rawa-rawa tepat di belakangnya.Tanah ini kami pilih karena harganya bisa dibilang lebih murah dibandingkan dengan tanah lain di lokasi yang tidak jauh dari sana. Panjang tanah ini 12 meter, dan lebarnya 6 meter. Ibuku sempat ragu mengapa harga tanah ini begitu murah, tapi ayahku berhasil meyakinkannya, mengingat budget kami yang sangat terbatas waktu itu.

Kami mulai membangun rumah makan sederhana berikut dengan dua buah kamar tidur di bagian belakang, karena konsep bangunan ini adalah rumah makan yang menyatu dengan tempat tinggal. Proses pembangunan ini dibantu oleh kakek dan nenek, beserta sanak saudara yang turut senang ketika mendengar kami akan membuka usaha dan memulai hidup baru.

Awalnya, semua baik-baik saja dan berjalan sebagaimana mestinya. Namun ketika pembangunan memasuki minggu pertama, peristiwa yang ganjil mulai terjadi. Semua orang yang mengerjakan rumah kami terkena penyakit aneh yang membuat mereka terus menerus buang air kecil, termasuk kakekku. Ketika mereka ingin buang air, kemaluan mereka rasanya panas, sakit, dan urinnya tidak mau berhenti. Mereka sudah mencoba untuk berobat ke dokter, namun dokter tidak berhasil menemukan kelainan apapun pada tubuh mereka.

Merasa tidak sanggup melanjutkan pembangunan, para tukang itu memohon maaf yang sebesar besarnya kepada kami dan menyarankan kami untuk memanggil ‘orang pintar’, namun ayahku menolak. Seumur hidupnya, ayahku tidak pernah percaya kepada hal seperti itu.

Karena tidak ingin membuang waktu, ayahku berniat melanjutkan pembangunan rumah kami seorang diri. Dulunya, ayah memang seorang kuli bangunan, jadi menyelesaikan sebuah rumah bukanlah hal yang sulit baginya.

Dibantu olehku, kami mulai mengerjakan rumah kami perlahan lahan, namun pasti. Minggu kedua, ketiga, dan seterusnya, pembangunan berjalan lancar meskipun hanya dilakukan oleh dua orang, aku dan ayahku. Namun ketika pembangunan memasuki minggu ketujuh, hal yang mungkin menjadi penyebab dari mulai muncul.

Di dalam mimpinya, ayah melihat bahwa kondisi tanah ini tidak pernah berubah dari tahun ke tahun. Semak di kanan-kirinya tak pernah dipotong, namun tidak juga tumbuh terlalu tinggi. Rawa di belakangnya tidak pernah kering meskipun dilanda kemarau hebat, dan tidak pernah banjir oleh hujan selebat apapun.

Keesokan paginya, ayah menceritakan ini pada kami semua. Hal ini membuat kakek dan nenek semakin mendesak ayah membuat ritual persembahan khusus, untuk memecahkan maksud dibalik mimpi ayah. Mengingat kakek juga mengidap penyakit aneh yang membuatnya harus membawa jerigen 5 liter kemanapun untuk buang air. Tapi ayah tetap bersikukuh dengan prinsipnya. Membuat nenek membenci ayah, tetapi tidak dengan kakek. Kakek sangat menyukai ayah karena prinsipnya.

Beberapa malam setelahnya, ayah kembali bermimpi. Dalam mimpinya, tanah tempat kami ini tetap sama dan tidak pernah berubah.

“Kaulah si Lung?”

sosok hitam besar

Sosok hitam berbadan tinggi… (Pinterest)

Sosok hitam berbadan tinggi besar, dengan bola mata merah menyala, bertanduk, mengenakan rantai dan dua buah gelang emas di tangannya muncul dihadapan ayah, diiringi suara berat beserta helaan napas yang berat pula. Membuat ayah tertegun, namun tanpa rasa takut.

“iya, akulah.”

Ayah paham, kalo yang dimaksud “Lung” itu bukan nama, tapi panggilan untuk anak laki-laki pertama dalam suku Melayu. Dan ayahku adalah anak laki-laki beserta cucu laki-laki pertama dari keluarganya, sama sepertiku.

“Aku Datuk Seribu Jiwa.”

Sosok itu menghilang setelah menyebutkan namanya, lalu memperlihatkan bahwa tanah kami, beserta wilayah dengan radius 100 km dari tempat itu adalah wilayah yang sudah ia jaga selama ratusan tahun. Ayah bilang, sosok itu mengaku bahwa ia adalah penguasa tanah ini. Dengan bahasa yang tidak dapat dipahami , namun disampaikan lewat pikiran, sosok itu mengatakan bahwa tanah tempat kami membangun rumah, yang kondisinya tetap terpelihara, seolah ada yang menjaga selama bertahun tahun lamanya, adalah tanah yang memang harus diberikan kepada ayahku.

Keesokan harinya, kami menerima kabar gembira, bahwasanya semua orang yang terkena penyakit aneh itu sudah sembuh total. Ayah sangat senang mendengarnya, apalagi aku. Ketika ayah pergi ke rumah kakek dan nenek untuk menceritakan mimpinya, kedatangan kami telah disambut oleh semua orang yang terkena penyakit aneh itu. Termasuk tukang-tukang yang membangun rumah kami.

Mimpi ayah dibenarkan oleh tetua desa. Tanah yang kami beli ini sebenarnya dijual dengan harga murah karena terkenal angker. Semak belukarnya tidak dapat dipangkas, rawa belakangnya tidak dapat ditimbun ataupun dikuras. Siapapun yang mencoba melakukan sesuatu kepada tanah itu akan berakhir sama, terkena penyakit aneh yang membuat mereka buang air terus menerus.

dukun dengan ritualnya

Paranormal panggilan penduduk desa.. (Pinterest)

Penduduk setempat pun sebenarnya sudah berulangkali memanggil paranormal, dukun, orang pintar, dan sejenisnya. Namun mereka semua bahkan tidak dapat menemui makhluk penunggu tanah itu. Masing-masing mereka mengatakan bahwa, terdapat kasta yang menunjukkan kesaktian dan kekuasaan di kalangan jin, yaitu berdasarkan usia dan keturunannya. Mereka semua mengatakan bahwa penunggu tanah kami bukanlah jin sembarangan, melainkan bangsawan jin yang telah hidup selama ribuan tahun.

Temukan misteri teror hantu perpustakaan yang bersembunyi di balik rak buku saat malam tiba. Apakah hanya legenda, ataukah ada sosok lainnya

Aura unik milik ayah… (Pinterest)

Hingga pada suatu hari, saat tetua desa menghadiri pesta pernikahan ayah dan ibu, beliau melihat aura yang berbeda dari ayah. Aura yang belum pernah ia lihat seumur hidupnya. Maka dari itu, tetua desa sengaja menawarkan tanah itu kepada ayah, dan ayah pun menyetujuinya.

Aku sedikit kesal karena tetua desa yang terkesan ‘menumbalkan’ kami untuk tanah ini. Namun ayah tampak tak mempermasalahkan hal ini sedikitpun.

“Apa yang sudah ditakdirkan untukmu, pada akhirnya akan menjadi milikmu bagaimanapun caranya. Meski dengan jalan yang mudah, maupun susah.”

Itulah prinsip yang dipegang ayah. Prinsip yang senantiasa diajarkan kepadaku. Prinsip yang nantinya akan kuwariskan kepada anak cucuku.

*Terinspirasi dari kisah nyata

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Hati-hati, kisah yang kamu baca mungkin benar, berwaspadalah! Dapatkan cerita misteri lainnya dari Majalah Sunday.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 78
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?